close

Apa Yang Dimaksud Dengan Gaya Bahasa Dalam Puisi Itu?

Pelajarancg: Dalam kegiatan mengekspresikan karya sastra, selain mengetahui isi dan bentuk, juga mesti hingga pada menanggapi kejadian dan pelaku secara emotif dan merasakan serta menemukan keindahan bahasa pengarang. Salah satu cara pengarang mengekspresikan keindahan karangannya yaitu dengan plastik bahasa. Plastik bahasa ialah kekuatan kata atau bahasa untuk membentuk citra di benak seseorang yang mendengar atau membaca kata-kata itu (Tjahyono, 1988). Salah satu yang membentuk pengarang dalam membentuk plastik bahasa yang berpengaruh yakni gaya bahasa.

Gaya bahasa dalam puisi ialah salah satu komponen dari sebuah puisi. Gaya bahasa yaitu cara khas dalam menyatakan fikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan dalam puisi penyair menyampaikan inspirasi, perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibentuk sedemikian rupa sehingga terlihat indah, dan sarat makna.

Berikut pembahasan yang dapat dipelajari terkait karya sastra Puisi terutama ialah gaya bahasa pada soal penjelasan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di pelajarancg.blogspot.com:

 Dalam kegiatan mengekspresikan karya sastra APA YANG DIMAKSUD DENGAN GAYA BAHASA DALAM PUISI ITU?

Pelajari Apa pengertian gaya bahasa?

Gaya bahasa di pelajaran bahasa Indonesia ialah salah satu bagian dari suatu puisi. Dalam Moelino (1989), Gaya bahasa yaitu cara khas menyatakan asumsi dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Dalam puisi, penyair berusaha memberikan ide, perasaan dan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat indah dan penuh makna. Oleh sebab itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita mesti memahami gaya bahasa tersebut.

Menurut spesialis sastra mirip HB Jassin, gaya bahasa adalah perihal memilih dan memanfaatkan kata sesuai dengan isi yang akan disampaikan. Sedangkan menurut Nata Wijaya (1986:73), gaya bahasa ialah pernyataan dengan acuan tertentu, sehingga memiliki imbas tersendiri kepada pemerhati (pembaca dan pendengar).

Pelajari Apa jenis-jenis gaya bahasa?

Secara garis besar, gaya bahasa yang dipelajari dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yakni:

  1. Gaya bahasa perbandingan;
  2. Gaya bahasa penegasan;
  3. Gaya bahasa sindiran; dan
  4. Gaya bahasa kontradiksi.

Berikut penjelasan kurikulum mata pelajaran (mapel) bahasa Indonesia di pelajarancg.blogspot.com:

1. Gaya bahasa perbandingan

Sesuai dengan namanya gaya bahasa perbandingan yaitu gaya bahasa yang berusaha membuat istilah dengan cara memperbandingkan suatu hal atau kondisi dengan hal atau keadaan lainnya.

Adapun macam-macam gaya bahasa perbandingan yang dimaksud itu, diantaranya yaitu:

  • Gaya bahasa personifikasi. Personifikasi ialah gaya bahasa yang menganggap benda-benda tak bernyawa memiliki kegiatan, maksud dan nafsu seperti yang dimiliki manusia. Contoh di Kurikulum pelajarancg.blogspot.com: “anak panah melangkah mencari mangsa”
  • Gaya bahasa metafora. Metafora yakni gaya bahasa yang memperbandingkan secara pribadi sesuatu hal atau kondisi dengan hal atau kondisi lain yang mempunyai sifat, keadaan, atau perbuatan yang sama. Contoh : “dewi malam mulai memancarkan sinarnya”
  • Gaya bahasa perkumpulan. Asosiasi yakni perbandingan kepada sebuah benda yang telah disebutkan sehingga menimbulkan perkumpulan atau balasan dengan benda yang diperbandingkan itu, biasanya dinyatakan dengan kata bagai, mirip, laksana, bak, dan sebagainya. Contoh : “hidupnya seperti biduk kehilangan kemudi”
  • Gaya bahasa metonimia. Metonimia adalah gaya bahasa yang menyamakan sepatah kata atau nama yang memiliki kekerabatan dengan suatu benda lain yang ialah merek perusahaan atau perdagangan. Atau menyatakan sesuatu langsung menyebut namanya. Contoh : “kami ke tempat tinggal nenek naik kijang”
  • Gaya bahasa simbolik. Simbolik yakni gaya bahasa yang menyamakan sepatah kata dengan kata atau nama benda lain. Contoh : “orang-orang merebutkan bangku kepala desa yang kosong (jabatan)”
  • Gaya bahasa tropen. Tropen adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kata-kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksud. Contoh : “tadi pagi temanku telah terbang ke Sumatera”
  • Gaya bahasa litotes. Litotes yaitu gaya bahasa yang memanfaatkan kata-kata yang berlawanan arti atau meminimalisir kenyataan untuk merendahkan diri sebagai gaya pelembut untuk mempersopan yang kena pada dirinya sendiri. Contoh : “singgahlah ke gubuk kami! (padahal rumahnya mirip istana)”
  • Gaya bahasa eufemisme. Eufemisme ialah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata lain dari pengertian sebetulnya dengan maksud agar terdengar lebih sopan, biar jangan sampai melukai orang tersebut. Contoh : “ maaf, aku mau kebelakang. (wc)”
  • Gaya bahasa hiperbola. Hiperbola yaitu gaya bahasa yang menyatakan sesuatu hal atau kondisi secara berlebihan memakai kata-kata yang mengandung makna lebih ahli dari arti atau rasa yang bahwasanya. Contoh : “larinya secepat kilat”
  • Gaya bahasa sinekdose. Gaya bahasa ini dibedakan menjadi dua macam:
    1. Pars pro toto, adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan atau sebagian, namun yang dimaksud untuk keseluruhan. Contoh di Kurikulum pelajarancg.blogspot.com: “kalau ke pasar belilah tiga ekor ayam”
    2. Totem pro parte, adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian, tetapi yang dimaksud untuk keseluruhan. Contoh : “desa itu diserang wabah flu burung”
  • Gaya bahasa alusio. Alusio yakni gaya bahasa yang memakai perumpamaan, kiasan atau peribahasa yang sudah biasa dipakai orang. Contoh : “ hidupnya seperti telur di ujung tanduk”
  • Gaya bahasa antonomasia. Antonomasia yakni gaya bahasa yang menyebutkan nama orang dengan sebutan lain sesuai dengan ciri fisik dirinya atau sopan santun orang tersebut, atau menyatakan sesuatu dengan memakai kata beragam posesif. Contoh : “apa si gendut telah makan?”
  • Gaya bahasa periphrasis. Periphrasis ialah gaya bahasa yang digunakan dalam rangkaian tuturan secara keseluruhan.Contoh : “si mahir merah telah pergi, tinggal asap menyapu reruntuhan di pasar ahad”
  Dari hasil penelitian selama lima tahun menunjukkan bahwa jumlah kendaraan di DIY melebihi fasilitas jalan

2. Gaya bahasa penegasan

Gaya bahasa penegasan ialah gaya bahasa yang berupaya menekankan pengertian sebuah kata atau perumpamaan.

Adapun macam-macam gaya bahasa penegasan ini dibagi menjadi, yakni:
Gaya bahasa penegasan ini dibagi menjadi :

  • Gaya bahasa pleonasme. Pleonasme yaitu gaya bahasa yang menerangkan suatu kata yang sebenarnya tidak perlu diterangkan lagi alasannya adalah telah terperinci pengertiannya. Contoh di Kurikulum pelajarancg.blogspot.com: “mereka mundur ke belakang”
  • Gaya bahasa paralelisme. Paralelisme yaitu gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan perulangan kata atau kalangan kata di depan atau di belakang. Contoh : “ beliau cantik, cerdas, sarat pengertian dan memiliki semuanya yang diperlukan oleh seorang lelaki”
  • Gaya bahasa repetisi. Repetisi ialah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau kalangan kata berulang kali dalam kalimat yang berbeda. Contoh : “bukan harta, bukan pangkat, bukan keayuan, melainkan akal bahasalah yang menarik perhatian itu”
  • Gaya bahasa tautologi. Tautology yakni gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau sekelompok kata berulang kali dalam suatu kalimat. Contoh : “disuruhnya aku bersabar, bersabar dan terus bersabar”
  • Gaya bahasa klimaks. Klimaks ialah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut kian usang semakin ahli atau makin memuncak. Contoh : “ rakyat di kampung, di desa, di kota mengibarkan sang saka”
  • Gaya bahasa antiklimaks. Antikllimaks yaitu gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin usang semakin melemah artinya. Contoh : “jangankan bangun, duduk, bergerak pun aku tak mampu”
  • Gaya bahasa asindenton. Asindenton yakni gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan perincian tanpa kata sambung, atau menyatakan beberapa hal berturut-turut tanpa menggunakan kata-kata penghubung. Contoh : “coba ambilkan bantal, selimut, untuk tamu kita”
  • Gaya bahasa polisindenton. Polisindenton adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung atau kata sambung yang serupa. Contoh : “setelah makan dan berpakaian dan menghisap rokok sebatang barulah beliau pergi.
  • Gaya bahasa enumerasi. Enumerasi ialah gaya bahasa yang digunakan untuk menyebutkan beberapa peristiwa yang membentuk kesatuan, dilukiskan bagian demi bagian semoga jelas. Contoh : “kau tak tau siapa aku yang bahwasanya. Saya seorang yang hina, yang diusir keluarga, yang tidak mempunyai alamat pasti”
  • Gaya bahasa interupsi. Interupsi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat sisipan di antara kalimat pokok, dengan maksud menerangkan sesuatu dalam kalimat tersebut. Contoh : “dia -suami yang dicintainya -gugur dalam peperangan”
  • Gaya bahasa retoris. Retoris yaitu gaya bahasa yang memakai kalimat tanya yang tidak memerlukan balasan. Contoh : “mana mungkin orang mati hidup kembali”
  • Gaya bahasa koreksio. Koreksio yaitu gaya bahasa yang berisi pembentukan apa yang diucapkan yang salah sebelumnya, baik disengaja maupun tidak disengaja. Contoh : “beliau sakit kenangan, eh maaf, beliau sakit demam”
  • Gaya bahasa eksklamasio. Eksklamasio yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru tiruan suara untuk memastikan maksud. Contoh : “aduhai, indahnya pemandangan ini”
  • Gaya bahasa elipsi. Elipsi ialah gaya bahasa yang menetralisir satu komponen atau beberapa kalimat, mungkin subyek, predikat, atau keterangan. Makara gaya bahasa inni mempergunakan bentuk kalimat elips biar penegasan jatuh pada kata-kata sisa yang disebutkan. Contoh ; “rasain bekas tanganku! Mencuri lagi?”
  Tujuan Dibuatnya Teks Petunjuk

3. Gaya bahasa sindiran

Gaya bahasa sindiran ialah gaya bahasa yang dipakai untuk menyindir orang lain, dari sindiran halus hingga pada sindiran kasar selaku ungkapan perasaan tak senang atau murka.

Adapun macam-macam gaya bahasa sindiran dibedakan menjadi tiga macam, adalah:

  • Gaya bahasa ironi. Ironi ialah gaya bahasa yang memakai kata-kata yang bertentangan dengan maksud bahwasanya. Contoh : “cepat benar kau pulang, masih jam dua malam”
  • Gaya bahasa sinisme. Sinisme yakni gaya bahasa yang mirip dengan ironi, namun kata-kata yang dipergunakan agak bernafsu. Contoh : “mual perutku menyaksikan tampangmu”
  • Gaya bahasa sarkasme. Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang paling agresif. Contoh : “bedebah, berani benar kamu menantangku!”

4. Gaya bahasa kontradiksi

Gaya bahasa kontradiksi yakni gaya bahasa yang diungkapkan dengan jalan mempertentangkan sebuah hal atau keadaan.

Ragam gaya bahasa kontradiksi yakni:

  • Gaya bahasa paradoks. Paradox ialah gaya bahasa yang terlihat seakan-akan ada pertentangan. Contoh : “di malam yang ramai ini, beliau merasa kesepian”
  • Gaya bahasa pertentangan in terminis. Kontradiksi in terminis ialah gaya bahasa yang berisi perumpamaan yang berlawanan dengan apa yang disebutkan sebelumnya. Contoh : “tahun ini semua anak naik kelas, kecuali Kurikulum”
  • Gaya bahasa antitesis. Antitesis ialah gaya bahasa kontradiksi yang mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti. Contoh : “bau tanah-muda, besar-kecil, laki-laki-perempuan, berkumpul di tanah lapang ini”

Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat. gaya bahasa itu untuk menyebabkan reaksi tertentu, untuk menjadikan jawaban asumsi kepada pembaca. Setiap pengarang umumnya mempunyai gaya bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Pengarang memakai gaya bahasa yang bermacam-macam untuk mengungkapkan fikiran dan pembacanya.

Gaya bahasa bergotong-royong merupakan bagian dari diksi atau opsi kata. Karena yang dibicarakan disini puisi maka diksi atau opsi kata tersebut dilihat penggunaannya dalam suatu puisi. Yang dipersoalkan ialah sempurna tidaknya pemakaian kata, frase, dan kalimat untuk menggambarkan suasana tertentu dan maksud tertentu.

  Kalimat Yang Merupakan Ide Pokok Disebut Kalimat…

Pelajari: UNSUR-UNSUR DALAM KARYA SASTRA

Dalam Keraf (1987), menungkapkan bahwa untuk mengerti, mempelelajari dan menggunakan gaya bahasa yang bagus, anda perlu mengetahui bagian-bagian yang perlu ada di dalamnya. Gaya bahasa yang baik mesti mangandung tiga komponen ialah: kejujuran, sopan santun, dan mempesona.

Berikut klarifikasi kurikulum mata pelajaran (mapel) bahasa Indonesia terkait bagian-unsurnya di pelajarancg.blogspot.com:

1. Kejujuran

Dalam menggunakan gaya bahasa, anda dituntut untuk berlaku jujur terhadapnya. Kejujuran dalam bahasa berarti anda mesti mengikuti hukum-aturan, kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Dalam mengungkapkan fikiran, anda perlu menggunakan kalimat yang panjang dan berbelit-belit yang menyusahkan pembaca untuk memahaminya, penggunaan kata-kata yang kurang sempurna dan tidak terarah serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit adalah jalan untuk mengundang ketidak jujuran.

2. Sopan-santun

Yang dimaksud dengan sopan-santun ialah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak berbicara, terutama pendengar atau pembaca.

3. Menarik

Dalam penggunaan gaya bahasa, syarat kejujuran, kejelasan, dan kesingkatan baru ialah langkah pertama, syarat lainya yang harus dipenuhi yakni penggunaan gaya bahasa tersebut mempesona.

Dilihat dari segi bahasa, ada berbagai jenis gaya bahasa. Keraf (1987) menyampaikan, ada gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, adalah gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Ada gaya bahasa yang menurut nada, ialah gaya sederhana, gaya mulia, dan bertenaga, serta gaya penengah.

Pelajari Apa gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat?

Struktur sebuah kalimat mampu dijadikan selaku dasar untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat yang dimaksud adalah di mana letak suatu komponen kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Dari hal tersebut kita mengenal ada kalimat yang bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang (keraf,1987). Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat tersebut di atas, maka dapat diperoleh gaya bahasa, diantaranya yakni: titik puncak, antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi.

Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna itu apakah pola yang di pakai masih mempertahankan makna dasar, makna bahasa masih bersifat polos. Gaya bahasa di kelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni gaya bahasa retoris. Yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi lazimuntuk meraih imbas tertentu, dan gaya bahasa kiasan.

Pelajari: PERBEDAAN ANTARA PROSA DENGAN PUISI

Pelajari Apa aspek kebahasan dalam puisi?

Bahasa puisi bersifat khas, berlawanan dengan bahasa prosa. Dalam puisi, penyair kadang memakai bahasa yang lain dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Untuk menerima irama yang liris dan membuat kepadatan, kesejukan serta ekspresitas lainnya, penyair bisa banyak membuat penyimpangan dari tata bahasa normatif dalam puisi-puisinya. Berikut ini acuan-acuan faktor kebahasaan dalam puisi khususnya adalah gaya bahasa pada soal penjelasan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di Kurikulum pelajarancg.blogspot.com:

  • Penyingkatan atau pemendekan kata. Dalam puisi modern sering kita jumpai kata-kata yang dipendekkan.
  • Penghilangan imbuhan. Imbuhan yang biasanya dihilangkan oleh penyair untuk menerima efek puitisnya adalah awalan,akhiran,ataupun awalan dan akhiran.
  • Penghapusan tanda baca. Penyair juga sering menghapuskan tanda baca dalam puisi-puisi yang ditulisnya.
  • Pemutusan kata. sering menjumpai puisi yang di dalamnya terdapat kata-kata yang diputus. Penyair yang terkenal dengan pemutusan kata-kata dalam puisinya ialah Sutardji Calzoum Bachri.
  • Penggabungan atau perangkaian dua kata atau lebih. Efek yang ditimbulkan dengan penggabungan kata-kata tersebut ialah adanya kesan melebihi-lebihkan.
  • Penyimpanan struktur sintaksis. Sahabat Kurikulum pelajarancg pasti juga sering menjumpai penyimpangan-penyimpangan dari struktur sintaksis yang normatif. Hal ini dilaksanakan oleh penyair untuk menerima irama yang liris, kepadatan, dan ekspresivitas.

Kesimpulan pelajarancg.blogspot.com:

Gaya bahasa dalam puisi merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa yaitu cara khas dalam menyatakan anggapan dan perasaan dalam bentuk tulis atau ekspresi dalam puisi penyair menyampaikan ilham, perasaan, dan pemikirannya dengan memakai bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat indah, dan penuh makna.