Andai Nikmat Dunia Bisa Menyelamatkan

Membiasakan membaca sesuatu yang baik itu baik, memposting hal-hal baik itu juga baik, tetapi jangan menyebut-nyebut kebaikan itu tidak baik, jangan karena senang akan membaca dan memposting hal baik sampai lupa untuk memperbaiki diri sendiri begitulah bisik hati ini..
Hari ini nisa mau posting bacaan yang supaya berfaedah, semoga mampu menolong diri dalam hijrah mitra-kawan, semoga bisa menjadi rekomendasi untuk diri langsung.. 
Felix Siauw :
Andai Nikmat Dunia Bisa Menyelamatkan
Seandainya harta yang banyak itu bermakna kebaikan, maka Qarun tidak akan binasa jadinya. Jika tahta dan kuasa itu kebaikan, maka Fir’aun tak tenggelam akhirnya.
Apabila gelar dan wawasan itu niscaya menyelamatkan, maka Haman tak akan celaka. Manakala cinta saja cukup, maka istri Nabi Nuh niscaya menaati perintah suaminya.
Tapi kita menyaksikan, bahwa harta, tahta, kata, dan cinta yang senantiasa dianggap sebagai kebahagiaan bagi manusia saat ini, ternyata belum tentu bisa menenteng senang.
Justru banyak insan celaka alasannya lezat dunia yang diberi kepadanya, padahal mungkin dia adalah orang yang bertahan dikala diberikan ujian kelemahan sebelumnya.
Karena itulah Rasulullah memberi tahu, bukan kemiskinan yang dia khawatirkan atas kita, tetapi justru dikala dunia dibukakan kepada kita layaknya orang sebelum kita.
Lalu kita berlomba-lomba menerimanya dengan banyak sekali cara, tanpa memperdulikan lagi wacana halal-haram, baik buruk, lalu kita dibinasakan alasannya adalah harta dunia itu.
Kita tak hendak mengatakan bahwa harta, tahta, kata dan cinta itu tidak penting. Yang hendak kita sampaikan, itu cuma alat saja, sementara alat diputuskan penggunanya.
Dunia bisa dibentuk jadi jalan menuju keridhaan Allah, juga bisa jadi jalan bagi kita untuk dimurkai Allah. Lalu apakah yang jadi pembeda diantara keduannya? ridha dan marah?
Rasulullah sampaikan kepada kita, satu hal penting, “Siapa yang Allah harapkan padanya kebaikan, maka Allah akan faqihkan dia dalam perkara agama. (HR. Bukhari & Muslim)
Inilah yang harusnya kita berlomba di dalamnya, mengerti agama, sebab dengan Islam seseorang bisa menempatkan sesuatu secara benar dan seharusnya.
Di tangan Abdurrahman bin Auf, harta berbuah surga. Saat Umar bin Khattab menggengam tahta, Allah beri ridha, karena mereka memahami masalah agama ini.
Maka tak perlu hasad dan iri pada orang lain jika itu perkara dunia, ingat-ingat bahwa orang zaman dahulu lebih mahir dari kita perlombaannya,tetapi mereka hasilnya celaka.
Iri itu pada mereka yang diberi Al-Qur’an dan bisa berinfak dengannya, juga mereka yang diberi harta lalu berderma siang dan malam. Inginlah seperti mereka.
Sumber: 
@IG: SelangkahpadaMu