Acuan Usulan Tingkat Literasi Komputer Penduduk

Contoh Proposal Tingkat Literasi Komputer Masyarakat 
Sebagaimana dikenali, peradaban periode depan yakni masyarakat info (information society), yakni peradaban dimana isu telah menjadi komoditas utama, dan interaksi antar manusia telah berbasis teknologi isu dan komunikasi (TIK), demikian antara lain sambutan tertulis Menkominfo yang disampaikan oleh Deputi Bidang SDM Kominfo Ir. RSY. Kusumastuti pada program pembukaan Diklat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk golongan aparatur negara yang diselenggarakan di Jakarta, atas kerja sama Depkominfo dan Japan International Cooperation Agency. Selain itu, perkembangan teknologi gosip memacu sebuah cara gres dalam kehidupan insan, dari kehidupan dimulai hingga dengan selsai, kehidupan seperti ini diketahui dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini, sedang semarak dengan banyak sekali karakter yang dimulai dengan awalan e, mirip  e-commerce,   e-government,  e-education,  e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversity, dan yang yang lain lagi yang berbasis elektronika (Wardiana, 2002).

Seperti telah diungkapkan di atas, eletronik secara tidak eksklusif mempunyai peran strategis dalam mengembangkan masyarakat informasi. Mengapa demikian, alasannya elektronik bertindak sebagai perantara atau media yang membawa atau menyuarakan isu dari pengantarke peserta.

Untuk itu guna menuju transformasi masyarakat menuju penduduk gosip dan masyarakat berbasis pengetahuan, tidak saja memerlukan infrastruktur (hardware, software, aplikasi, dan konektivitas/saluran) yang handal, dan regulasi (peraturan) yang mendukung, namun juga sumber daya insan (SDM) atau brainware dengan tingkat literasi (melek) media yang memadai dan kesanggupan mengeksplorasi konten (literasi isu) untuk menciptakan kemakmuran. Bahkan dalam sebuah papernya, Fasli Jalal dan Nina Sardjunani menghubungkan antara tingkat literasi dengan harapan hidup masyarakat. Ternyata ada kekerabatan yang konkret antara keduanya, artinya semakin tinggi tingkat literasi sebuah penduduk makin tinggi pula harapan hidupnya (Isnaini).

Kemajuan Teknologi Informasi saat ini, telah menyebabkan banyak pergantian fundamental dalam kehidupan manusia. Ketersediaan info yang mampu diakses secara “Instant” melalui telepon, televisi, komputer, jaringan internet dan aneka macam media elektronik, telah memindah cara manusia melakukan pekerjaan , berguru, mengorganisir perusahaan, melakukan pemerintahan, berbelanja ataupun melakukan acara perdagangan (http://www.Ippm.itb.ac.id).
Hal ini seringkali disebut selaku periode globalisasi ataupun revolusi berita, untuk menggambarkan betapa gampangnya aneka macam jenis gosip mampu diakses, dicari, disimpulkan serta dapat diantarkan tanpa lagi mengenal batas-batas geografis sebuah negara. Teknologi gosip sudah memperluas komunikasi yang dilaksanakan oleh insan dengan perkembangannya dikala ini telah merambah sampai ke pelosok perdesaan. Dalam hal ini teknologi berita yang meningkat dan penggunaannya berkembangdengan pesat adalah komputer. Adanya pertumbuhan teknologi isu yang digabungkan dengan pendekatan berbagai perangkat keras dan lunak, menciptakan tidak hanya suatu perangkat gres, namun juga teknologi baru yang diperluas hingga batas optimalnya. Dibanding dengan teknologi isu yang lain, perkembangan komputer berlangsung dengan sangat pesat karena memiliki keunggulan dan fasilitas dalam pemanfaatannya.
Komputer yaitu alat yang dipakai untuk mengolah data, tergolong memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menciptakan info.

Kemajuan teknologi gosip dan komunikasi, tergolong komputer diakui selaku salah satu “lompatan teknologi” yang telah menghipnotis berbagai faktor kehidupan insan akil balig cukup akal ini dan menjadi salah satu kunci perkembangan masa depan. Kesiapan manusia/masyarakat dalam menyongsong kurun isu/digital menjadi salah satu perhatian banyak pihak, utamanya para pembuat kebijakan, karena bermacam-macam konsekuensi/implikasi yang mampu timbul dari perkembangan ini. Jika beberapa waktu lampau “kesanggupan membaca” ialah kesanggupan dasar yang penting bagi perkembangan masyakat, maka hal ini dinilai sebagai ukuran yang tak lagi mencukupi. Kemampuan dalam mempergunakan komputer merupakan salah satu indikator yang kini dinilai makin penting.

Sesuai dengan kenyataan yang ada, di Kabupaten Samosir pemanfaatan teknologi isu masih sangat terbatas, bahkan masih ditemui acara surat-menyurat dilaksanakan secara manual. Informasi-gosip menyangkut pertanian, pasar, pariwisata, pendidikan, kesehatan, masih belum dapat diakses secara cepat dengan teknologi gosip dalam hal ini mirip komputer apalagi Internet.
Untuk menanggulangi kesenjangan ini, perlu dijalankan observasi yang diharapkan mampu mengidentifikasi tingkat pemanfaatan teknologi isu terutama komputer dan mendapatkan pemikiran -gagasan yang kontekstual untuk menentukan kebijakan ialah lewat sebuah pengkajian dan observasi.
Permasalahan
a)      Bagaimana tingkat literasi komputer pada masyarakat Desa Pardomuan-I Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ?
b)      Faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong/penunjang bagi penduduk Desa Pardomuan-I Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dalam memakai komputer ?
c)      Faktor-aspek apakah yang menjadi penghambat bagi penduduk Desa Pardomuan-I Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dalam menggunakan komputer ?
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan Penelitian.
a)      Untuk mengenali bagaimana tingkat literasi komputer pada penduduk Desa Pardomuan-I Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
b)      Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong/pendukung bagi masyarakat Desa Pardomuan–I Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dalam menggunakan komputer.
c)      Untuk mengenali faktor-aspek apakah yang menjadi penghambat bagi penduduk Desa Pardomuan-I Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dalam menggunakan komputer.
Kegunaan Penelitian
Secara teoritis, hasil observasi ini diperlukan dapat menjadi masukan dan menjadi referensi dalam penelitian berikutnya dibidang teknologi informasi khususnya komputer. Secara praktis, hasil observasi ini diperlukan dapat memiliki kegunaan sebagai materi masukan untuk kebijakan pemerintah pusat maupun daerah, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi info komputer untuk kepentingan publik.
Tinjauan Teori 
Secara biasa untuk menggambarkan kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang telematika mampu diketahui dari tingkat kesadaran, pemahaman dan pendayagunaan ICT yang disebut e-literacy. Literacy dalam kamus bahasa inggris, diartikan selaku “the ability to read and write” atau kemampuan untuk membaca dan menulis. Dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan kata “melek”.

  Efek Perlindungan Kredit Terhadap Pertumbuhan Perjuangan Kecil Dan Menengah (Ukm) Pada Acara Kemitraan

Dalam bidang yang terkait dengan telematika, ada beberapa jenis literacyatau kadar melek seseorang, adalah melek gosip, melek komputer, melek internet, melek teknologi.

Gambaran e-literacy secara konseptual mampu dikategorikan dalam enam klasifikasi, menurut desain atau teori Personal-Capability Maturity Model (P-CMM). 

Menurut teori ini, level e-literacy seseorang mampu digambarkan selaku berikut :

Level 0
Seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak perduli akan pentingnya info dan teknologi untuk kehidupan sehari-hari
Level 1
Jika seorang individu pernah mempunyai pengalaman satu dua kali dimana info merupakan sebuah bagian penting untuk pencapaian cita-cita dan pemecahan dilema, dan sudah melibatkan teknologi berita maupun komunikasi untuk mencarinya.
Level 2
Jika seorang individu telah berkali-kali memakai teknologi isu dan komunikasi untuk membantu aktivitasnya sehari-hari dan telah mempunyai pola keberulangan dalam penggunaannya.  
Level 3
Jika seorang individu telah mempunyai standard penguasaan dan pemahaman terhadap berita maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten mempergunakan standard tersebut sebagai pola penyelenggaraan aktivitasnya sehari-hari.
Level 4
Jika seorang individu telah mampu meningkatkan secara signifikan (dapat dinyatakan secara kuantitatif) kinerja acara kehidupannya sehari-hari melalui pemanfaatan informasi dan teknologi       
Level 5
Jika seorang individu sudah menganggap berita selaku bab tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari, dan secara langsung maupun tidak langsung telah mewarnai perilaku dan budaya hidupnya (bagian dari information society atau insan berbudaya berita).            
Selanjutnya teori yang juga mampu dijadikan contoh adalah teori Difusi Inovasi. Teori difusi inovasi termasuk kedalam pemahaman komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan pandangan baru-wangsit dan hal-hal yang baru. Menurut Rogers (1995), dalam penyebaran suatu inovasi baru, terdapat unsur-komponen (a) suatu inovasi, (b) dikomunikasikan lewat satu saluran tertentu, (c) dalam rentang waktu tertentu, (d) diantara para anggota sebuah sistem sosial.
Bahkan dibilang oleh Rogers dan Shoemaker, ada 4 tahap keputusan seorang individu dalam peneeyebarserapan inovasi baru yakni :
1.      Pengetahuan : mengenali adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana penemuan tersebut berfungsi.
2.      Persuasi : memilih sikap suka atau tidak sukanya terhadap inovasi.
3.      Keputusan : terlibat dalam acara yang membawa seseorang pada situasi menentukan apakah menerima atau menolak penemuan.
4.      Konfirmasi : mencari penguat bagi keputusan yang sudah diambil sebelumnya.
Selanjutnya Rogers (1995 : 15-16) memastikan bahwa ada beberapa karakteristik yang mensugesti tingkat adopsi penemuan tersebut, yakni :
1.      Keuntungan relatif : tujuannya yakni sejauhmana inovasi tersebut dipandang lebih baik dan menunjukkan laba bagi penggunanya dari teknologi sebelumnya.
2.      Kesesuaian : sejauhmana penemuan tersebut konsisten terhadap nilai-nilai yang ada.
3.      Kerumitan : maksudnya ialah sejauhmana inovasi tersebut dipandang sukar untuk dimengerti atau digunakan oleh penggunanya.
4.      Kemampuan untuk dicoba : sejauhmana inovasi tersebut mungkin mampu dicobakan dengan kemampuan yang terbatas.
5.      Kemampuan mampu dilihat : tujuannya ialah sejauhmana hasil-hasil dari inovasi tersebut mampu dilihat oleh orang lain dalam waktu cepat.
Kerangka Konsep
Kerangka rancangan ialah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karaktersitik peristiwa ke dalam golongan atau individu tersebut (Singarimbun, 1998:24).
Berdasarkan kerangka teoritis di atas, adapun desain-rancangan dalam observasi ini mampu dibedakan menjadi beberapa variabel, yakni:
1.      Variabel Anteseden.
Variabel anteseden ini berisikan data sosiodemografis dan psikologis masyarakat. Dimana variabel anteseden ini akan membedakan antara satu huruf individu dengan individu lainnya. Adapun yang tergolong kedalamnya ialah : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pemasukan, minat akan info dan teknologi internet.
2.      Variabel Penerima.
Maksudnya yakni sejauhmana tingkat penerimaan suatu individu dalam masyarakat kepada internet dan kemampuannya dalam menguasai internet tersebut. Yang termasuk kedalamnya ialah tingkat pengetahuan, persuasi, keputusan dan konfirmasi.
3.      Variabel Media.
Variabel media yaitu sejauhmana terpaan media internet (adopsi inovasi) bisa diterima oleh individu dalam penduduk . Adapun yang termasuk kedalamnya adalah laba relatif, kesesuaian, tingkat kerumitannya, mampu dicobakan, dan bisa dilihat balasannya.
4.      Variabel Efek.
Maksudnya adalah sejauhmana tingkat penguasaan individu dalam masyarakat dengan menggunakan internet. Ini mampu dilihat dari tingkat atau level e-literacy.
Model Teoritis.
Variabel                   Variabel                 Variabel            Variabel
Anteseden                Penerima                Media               Efek
Sosiodemografis   Dimensi Inovasi     Terpaan Internet    Pemanfaatan dan Psikologis                                                                              Internet 
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian 
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang bermaksud mengumpulkan dan menggali sejumlah besar data untuk dianalisis berikutnya. Dalam metode survei, dikerjakan juga prasurvey selaku eksperimen untuk menyaksikan kelayakan penelitian tersebut untuk dilanjutkan.
2. Lokasi Penelitian 
Penelitian ini memilih lokasi penelitian di Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara yang ialah bagian dari kawasan kerja BBPPKI Medan. Penentuan kawasan ini menjadi lokasi penelitian ialah dengan pendapatbahwa Pemerintah sudah membangun “Kampung Digital” di Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi 
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini yakni seluruh penduduk yang mengenal atau mengerti komputer, masyarakatDesa Pardomuan – I Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Propinsi Sumatera Utara.
b. Sampel
Berhubung besarnya jumlah populasi yang mengenal atau mengetahui komputer di desa Pardomuan – I tidak dimengerti, maka untuk memilih besarnya sampel, peneliti menggunakan formula Cochram (dalam Lubis, 2003 ; 72) dengan rumus sebagai berikut :
                 n0 =  (t)2 . (s)2    
                            (d)2      
 
Keterangan :
no = ukuran sampel standard Cochram
  t  = nilai persentil t = 1,96
  s  = perhitungan standard deviasi populasi 1,25
  d = interval kesalahan (margin of error)
Menurut Lubis, 2003 ; menyatakan bahwa secara umum dalam penelitian, interval kesalahan pada data adalah sebesar 10% dan untuk data kontiniu sebesar 3%. Sehingga margin error dalam penelitian ini yang mampu diterima  3/100 x 10 = 0,30
                             n = (1,96)2 . (1,25)2
                                         (0,30)2
                               =  75,4 dibulatkan menjadi 75.
    
Jadi sampel dalam observasi ini ialah sebanyak 75 orang responden.
   
4. Metode Pengumpulan Data 
Dalam melaksanakan observasi ini, akan dilaksanakan pengumpulan data lewat:
a.       Library Research (Penelitian Kepustakaan). 
Ini dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik dari kepustakaan maupun dari sumber-sumber lain yang bekerjasama dengan observasi ini.
b.      Field Research (Penelitian Lapangan). 
Yaitu menghimpun data dengan cara menghimpun data secara pribadi di daerah lokasi yang diteliti dan direkam lewat observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner. 
5. Metode Analisis Data 
Sesuai dengan sifat dan maksudnya, maka analisis observasi ini dijalankan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif didukung dengan data kualitatif yang diperoleh melalui indepth-interview, dimana data lapangan yang diperoleh melalui daftar pertanyaan dikoding dan ditabulasi untuk menerima tendensi dengan persentase.