BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk mampu mengkaji dan mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran agama Islam yang harus kita pegang teguh. Tentunya, kita mustahil memahami kedua sumber itu kecuali setelah kita mengenali kaidah-kaidah bahasa Arab, utamanya Ilmu Nahwu dan Ilmu sharaf. Karena keduanya ialah kunci dalam mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah. Dan pada potensi ini, kami akan membahas wacana beberapa kaidah yang ada di dalam kaidah bahasa Arab yakni Isim Dhamir (Kata Ganti).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Isim Dhamir (Kata Ganti)?
2. Bagaimana Pembagian Isim Dhamir (Kata Ganti)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Isim Dhamir
Definisi Dhomir yakni tiap Isim yang dibentuk untuk mewakili Mutakallim (pembicara/orang pertama), Mukhaotob (yang diajak mengatakan/orang kedua), Ghaib (yang tidak ada di tempat/orang ketiga).
Contoh:
Mutakallim : أَنَا ( Saya) dan نَحْنُ ( Kami).
Mukhotob : أَنْتَ ( Kamu ) dan أَنْتُمْ ( Kalian ).
Ghaib : هُوَ (Dia) dan هُمْ ( Mereka ).
Dhamir atau “kata ganti” yakni Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
Contoh:
أَحْمَدُ يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ = Ahmad menyayangi anak-anak.
هُوَ يَرْحَمُهُمْ = Dia mengasihi mereka.
Pada contoh di atas, kata أَحْمَدُ diganti dengan هُوَ ( dia), sedangkan الأَوْلاَد (bawah umur) diganti dengan هُمْ ( mereka). Kata هُوَ dan هُمْ dinamakan Dhamir atau Kata Ganti. Menurut fungsinya, ada dua kelompok Dhamir yakni:
1) DHAMIR RAFA’ ( ضَمِيْر رَفْع ) yang berfungsi sebagai Subjek.
2) DHAMIR NASHAB ( ضَمِيْر نَصْب ) yang berfungsi sebagai Objek.
Dhamir Rafa’ mampu bangun sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak mampu berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat. Dalam kalimat: هُوَ يَرْحَمُهُمْ ( Dia menyayangi mereka):
– Kata هُوَ (beliau) ialah Dhamir Rafa’, sedangkan
– Kata هُمْ (mereka) ialah Dhamir Nashab.
B. Pembagian Isim Dhamir
Dhomir secara sederhana terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Al-Bariz, ialah Dhomir yang mempunyai bentuk dan terlihat dalam lafazh. Seperti abjad Taa’ pada kata kerja قُمْتُ ( Aku sudah bangun ). Al-Bariz dari segi bersambung dan tidaknya terbagi menjadi dua adalah :
1. Al-Muttashil, yakni Dhomir yang bersambung dengan lafazh sebelumnya. Lebih jelas kita katakan bahwa Dhomir jenis ini tidak mungkin digunakan untuk mengawali ucapan, misalnya:
huruf Yaa’ pada kata اِبْنِيْ (Anakku) dan abjad Kaaf pada kata أَكرَمَكَ (Ia memuliakanmu). Dhomir-dhomir mirip ini tidak mungkin ada di awal kalimat.
2. Al-Munfashil, yaitu Dhomir yang tidak bersambung dengan lafazh apapun sehingga bisa dipakai untuk mengawali ucapan dan mampu diletakkan sehabis harf.
Contoh: أَناَ (Saya) yang bisa dipakai untuk mengawali ucapan mirip: أَنَا مُؤْمِنٌ (Saya seorang mu’min) atau bisa juga diletakkan setelah harf, mirip: مَا قَامَ إِلاَّ أَنَا (Tidak ada yang bangkit kecuali saya).
2) Al-Mustatir, ialah Dhomir yang tidak mungkin terlihat dalam lafazh akan namun mampu diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir أَنْتَ (Kamu) dalam kata قُمْ (Berdirilah!) yang walaupun tidak nampak dalam lafazh namun kita mampu perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud yakni أَنْتَ alasannya kata perintah niscaya ditujukan untuk orang kedua. Al-Mustatir terbagi menjadi dua:
1. Al-Mustatir yang wajib, yaitu yang mustahil digantikan oleh Isim Zhahir (Isim umumyang bukan Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil.
2. Al-Mustatir yang boleh, yakni yang mampu digantikan oleh Isim Zhahir (Isim umumyang bukan Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi diatas, mampu disimpulkan bahwa, kalimat didalam bahasa Arab, terbagi menjadi 3 bagian, adalah:
ISIM ( اِسْم ) = setiap lafadz yang pertanda terhadap nama orang, atau nama binatang, atau benda mati.
FI’IL ( فِعْل ) = setiap lafadz yang menerangkan wacana pekerjaan di era- kala yang khusus.
HARF ( حَرْف ) = setiap Setiap lafadz selain Isim dan Fi’il, atau bisa diartikan kata sambung, kata penghubung, kata tanya tugas.
Definisi Isim Dhamir ialah tiap Isim yang dibuat untuk mewakili Mutakallim (pembicara/orang pertama), Mukhaotob (yang diajak berbicara/orang kedua), Ghaib (yang tidak ada di tempat/orang ketiga).
Dhamir Rafa’ mampu bangkit sendiri selaku satu kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat. Dhamir secara sederhana terbagi menjadi dua, yakni:
1) Al-Bariz, yaitu Dhomir yang memiliki bentuk dan terlihat dalam lafazh. Seperti aksara Taa’ pada kata kerja قُمْتُ ( Aku telah bangun ).
2) Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang mustahil terlihat dalam lafazh akan tetapi bisa diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir أَنْتَ (Kamu) dalam kata قُمْ (Berdirilah!) yang walaupun tidak nampak dalam lafazh tetapi kita mampu perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud yaitu أَنْتَ alasannya kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.
Adapun penggunaan Dhomir dalam kata kerja, menyesuaikan dengan bentuk kata kerja itu sendiri. Apakah kata kerja lampau, kini, atau perintah.
B. Saran-nasehat
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, selaku insan yang hidup di dunia ini, hendaklah kita selalu mempunyai angan untuk senantiasa haus akan ilmu pengetahuan, dari ilmu kita bisa melakukan hidup ini dengan sebaik- baiknya. Adapun dengan selesainya penulisan makalah ini, agar mampu berguna untuk pembelajaran bahasa Arab nantinya. Aamiin.
Mengenai bahan yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, pastinya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau rujukan yang ada relevansinya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca sudi menunjukkan kritik dan rekomendasi yang membangun kepada penulis demi menjadi lebih baiknya makalah ini dan penulisan makalah di peluang – kesempatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtarot – Ringkasan kaidah kaidah bahasa arab; Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron. Penerbit Al Furqon. Gersik.
Mulakhos Qowaidul Lughoh Al Arobiyyah (ملخص قواعد اللغة العربية) – Fuad Ni’mah Bab Dhomir hal 113 – 118.
Zakaria Ahmad. 2004. Ilmu Nahwu Praktis, al- kalimah, Ibnu Azka press. Tarogong, Garut.
Zakaria Aceng, 2004, “Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam”. Garut : ibn azka.
Sumber lain :
Belajar bahasa Arab, Arab Indo.co.nr
http://qonitah.com/kata-kata-ganti- الضَّمَائِرُ/