Masalah penelitian ini mampu dirumuskan selaku berikut : ”Bagaimana pelaksanaan diseminasi informasi ketenagakerjaan bagi pencari kerja di Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah ?” Beberapa pertanyaan penelitian mampu diajukan, yaitu :
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran diseminasi isu ketenagakerjaan bagi pencari kerja di Palangkarya, Kalimantan Tengah. Secara spesifik melalui studi ini mampu diketahui :
Hasil penelitian ini mampu berguna selaku tumpuan memperbesar khazanah pengetahuan perihal diseminasi isu. Di samping itu, secara mudah mampu dipakai selaku masukan dalam penyusunan/penyempurnaan kebijakan pelayanan atau diseminasi informasi pada Departemen Komunikasi dan Informatika, khususnya dalam menyiapkan implementasi Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 perihal keterbukaan info publik. Bagi Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkarya saran-anjuran penelitian ini dapat dipraktekkan untuk memajukan diseminasi infomasi ketenagakerjaan kepada pencari kerja.
Tiap bagian komunikasi memiliki kiprahnya sendiri untuk merealisasikan proses komunikasi yang efektif. Satu unsur saja tidak ada membuat komunikasi tidak berlangsung dengan baik. Komunikasi mampu berjalan kalau komponen-unsur yang menopangnya ada dan berperan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Harold D. Laswell dalam Wilbur Schramm (1963 :117) menyampaikan ”a convenient way to describe an act of communication is to answer the following questions : who says what in which channel to whom with what effect ?” Schramm memperlihatkan unsur-komponen yang menggambarkan suatu tindakan komunikasi.
Dalam kaitannya dengan diseminasi berita selaku bentuk dan proses komunikasi, Ibnu Hamad (2007) mengatakan pembahasan lebih pada diseminasi gosip menggunakan 5W & 1H. Rumus 5W & 1H yang dipakai dalam penyusunan info ( Effendy, 1993 :72) mencakup Why, Who, What, Where, When, dan How dapat juga dipakai untuk diseminasi gosip. Setidaknya, komponen komunikator (who), pesan (what) dan khalayak (whom) ialah variabel observasi yang penting dicermati dalam studi diseminasi isu pada instasni pemerintah. Pemerintah sebagai komunikator atau sumber informasi memberikan pesan (message) terhadap khalayaknya. Salah satu faktor yang besar lengan berkuasa terhadap dapat dipercaya komunikator yakni kekuasaan dan keterampilan yang dimiliki sehingga menimbulkan doktrin di mata khalayak. Dengan kekuasaan dimaksudkan sumber info memiliki kewenangan di bidangnya secara resmi. Menurut Sasa Djuarsa dkk, (1993 : 204) … pentingnya pelaku (sumber) dalam suatu acara. Dalam hal ini, sedikitnya ada tiga karakteristik dari sumber yang perlu diperhatikan ialah : ’credibility’(kredibilitas), ’attractiveness’(pesona) dan ’power’(kekuasaan/kekuatan)” Credibilityatau kredibilitas menunjuk pada suatu keadaan di mana si sumber dinilai punya pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang berkaitan dengan atau topik pesan yang disampaikannya, sehingga pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif” Lebih lanjut dikemukakannya, ”seorang komunikator akan berhasil dalam upaya persuasi yang dilakukannya apabilka beliau (1) dipandang punya wawasan dan keahlian, dan (2) dinilai jujur, punya integritas serta dipercayai oleh pihak komunikan (khalayak)”
Dalam diseminasi gosip selaku proses komunikasi yang efektif membutuhkan packing pesan sehingga mengakibatkan kebutuhan bagi khalayak. Untuk itu, perlu dirancang semoga pesan menawan perhatian. Agar khalayak terpesona kepada pesan yang disampaikan komunikator, maka pesan tersebut hendaknya gampang dipahami baik bahasa, ungkapan, kata-kata dan kalimatnya (Wilbur Scramm, 1973 dalam Hamidi, 2007 : 72-73) Informasi yang dikandung dalam pesan itu akan dipakai khalayak, apabila syarat-syarat pesan yang baik itu dapat terpenuhi. Terlebih lagi sebab info berharga guna menghemat ketidakpastian seperti dikemukakan dalam Shannon dalam Griffin, 1997 : 50) bahwa “information refers to the opportunity to reduce uncertainty”. Proses pengambilan keputusan yang menawarkan kepastian hanya mungkin jikalau tersedia info yang cukup.
Unsur komunikasi lain yaitu khalayak kadang-kadang dipersepsikan sebagai unsur yang kurang penting alasannya adalah dianggap sebagai orang bersikap pasif dan mendapatkan saja apa yang disampaikan oleh komunikator. Hal itu semakin terperinci, terlebih jika komunikatornya ialah instansi pemerintah yang dianggap memiliki dapat dipercaya di bidangnya. Padahal khalayak selaku target juga mempunyai perilaku sendiri dalam berkomunikasi sesuai dengan kepentingan dan tujuannya. Khalayak ternyata tidak pasif dalam proses komunikasi, namun mempunyai persepsi kepada pesan dan komunikator. Dalam hal inilah pentingnya pengetahuan dan informasi bagi khalayak sehingga dapat memilih perilaku yang tepat.
Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk (1993 : 221) … khalayak bukanlah merupakan sekumpulan dari indvidu-individu yang bersikap dan bertindak ’pasip’… Mereka aktif dan juga selektif. Karena itulah, dalam mendesain sebuah aktivitas komunikasi apakah melalui jalan masuk kegiatan komunikasi personal atau lewat media massa, kita seyogyanya berorientasi ke khalayak sasaran (audience oriented)” Sejalan dengan itu, John Fiske (2006 : 208) mengemukakan “khalayak memiliki sekumpulan kebutuhan yang dicari pemuasannya lewat media massa, cara lain dan relasi sosial”. Model ini mengasumsikan khalayak setidaknya sama aktifnya dengan pengirim… dan bahwa pesan yakni apa yang diperlukan oleh khalayak, bukan yang dimaksudkan oleh pengirim. Dalam keterkaitannya dengan observasi ini, khalayak dalam proses komunikasi yang dimaksud adalah pencari kerja yang juga pencari informasi. Secara implisit mereka memerlukan gosip ketenagakerjaan yang memiliki kegunaan untuk membantunya dalam mencari atau melamar pekerjaan, bahkan untuk membuka lapangan pekerjaan baru.
Diseminasi ialah penyebaran (of information) (John M Echols dan Hassan Shadily, 1979)
Informasi adalah “data yang sudah dimasak menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerimanya dan berguna dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang” (Gordon B Davis, 1995,28).
Diseminasi isu ketenagakerjaan yaitu sebuah bentuk komunikasi yang menyampaikan atau mengembangkan info atau pesan tentang ketenagakerjaan dari pemerintah selaku komunikator terhadap khalayak pencari kerja. Diseminasi gosip ketenagakerjaan melalui online ialah diseminasi info ketenagakerjaan yang “terhubung secara eksklusif ke internet” (Jasmadi, 2004 : 230)
Komunikator atau sumber info yakni bagian dalam proses komunikasi yang menyampaikan atau menyebarluaskan pesan atau informasi kepada khalayak. Dalam hal ini selaku komunikator yaitu instansi pemerintah, yakni Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya.
Pesan adalah data dan gosip ketenagakejaan yang disampaikan oleh pemerintah kepada pencari kerja.
Khalayak yakni bagian dalam proses komunikasi yang ialah target dari penyampaian pesan atau akseptor isu dari komunikator atau sumber isu. Sebagai khalayak adalah pencari kerja baik pencari yang melakukan pekerjaan di dalam negeri maupun di luar negeri (kandidat TKI).
Informasi ketenagakerjaan yaitu berita yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mirip peraturan ketenagakerjaan, lowongan kerja, pencari kerja tergolong berita TKI mencakup standar dan prosedur bekerja di luar negeri, hak dan keharusan TKI.
Pencari kerja adalah setiap orang yang terdaftar di Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota / Kabupaten untuk mencari atau melamar pekerjaan di dalam negeri maupun di mancanegara
Kebutuhan berita ketenagakerjaan ialah kebutuhan khalayak pencari kerja tentang informasi ketenagakerjaan.
Metode observasi ialah seperangkat cara yang sistematik, logis dan rasional yang digunakan oleh peneliti dikala menyiapkan, mengumpulkan, menganalisis dan menyuguhkan data untuk menarik kesimpulan. (Hamidi, 2007 : 122).
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan memakai pendekatan kualitatif dengan fenomenologi. Dengan observasi ini diperlukan mampu digambarkan proses diseminasi gosip dan jenis keperluan info khalayak pencari kerja. Pendekatan kualitatif ”lebih dimaksudkan untuk menunjukkan citra atau pengertian perihal gejala (dari perspektif subjek atau pemain film), membuat teori” (Pawito, 2007 : 44) Dalam hal ini salah satu varian fenomenologi yang digunakan adalah fenomelogi realistik. Menurut Embree (1998 :333-343) dalam Pawito (2007 :58), fenomenologi realistik lebih menekankan pada pengamatan serta penggambaran esensi-esensi yang bersifat biasa .”
Selain lewat observasi atau pengamatan kepada proses diseminasi info di lingkungan instansi pemerintah, pengumpulan data lapangan juga dikerjakan wawancara mendalam (depth interview). Narasumber yang diwawancarai adalah pejabat Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya, petugas loket pelayanan kartu kuning, dan pencari kerja.Wawancara dengan menggunakan aliran wawancara yang disusun terlebih dahulu.
Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive yakni Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Provinsi Provinsi Kalimantan Tengah di Kota Palangkaraya dengan pertimbangan bahwa instansi pemerintah yang melayani berita ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat di kota tersebut. Oleh sebab diseminasi berita ketenagakerjaan langsung kepada pencari kerja melalui loket pengurusan kartu kuning cuma dijalankan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten / Kota, maka diseleksi Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkarya dengan alasan kota ini merupakan pusat acara pemerintahan dan penduduk , termasuk acara ketenagakerjaan di Kalimantan Tengah.
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan melaksanakan reduksi data apalagi dulu kepada data yang masuk baik yang diperoleh melalui wawancara mendalam maupun catatan observasi di lapangan. Data kualitatif yang diperoleh dari tanggapan narasumber dan hasil pengamatan yang benar-benar sesuai dengan tujuan observasi berkesempatan untuk dianalisis, sedangkan data yang kurang berkaitan tidak dimasukkan dalam analisis. Kategori data dibentuk menurut problem penelitian dan data lapangan.