close

Abjad Dalam Film (Bagian 2)

 dapat dilihat di postingan sebelumnya di  Karakter dalam Film (Bagian 2)

Oleh: Melody Muchransyah

Karakter dalam Film (Bagian 2). Untuk abjad dalam film point [a] dan [b], mampu dilihat di postingan sebelumnya di Karakter dalam Film (Bagian 1).

c. Character Breakdown
Sebelum menulis skenario, penulis umumnya menciptakan daftar karakteristik dari abjad-aksara yang mau timbul di dalam cerita. Ini yang disebut dengan Character Breakdown. Formatnya bisa beragam, tetapi biasanya ditulis dengan format patokan sebagai berikut: Nama (Umur/Jenis Kelamin) yang diikut dengan deskripsi abjad. Nama abjad yaitu hal paling penting, alasannya ia memberi tahu siapa yang sedang berada di dalam suatu scene di skenario kita kelak, baik dengan dialog atau tidak. Yang perlu diingat yakni untuk selalu konsisten dengan nama yang dipilih. Jangan menamai seseorang Justin di scene 1, kemudian memanggil ia Pak Bieber di scene 10, walaupun namanya adalah Pak Justin Bieber. Apabila terdapat flashback di dalam skenario kita, di mana abjad kita timbul dalam sosok yang lebih muda, maka kita mesti menuliskan huruf tersebut selaku huruf yang berlawanan dengan huruf utama kita. Contoh: Taylor Swift (22/P) berlainan dengan Taylor Swift Remaja (15/P). Johnson (2015) menuliskan hal-hal penting yang biasa ia jabarkan di ketika menulis perihal abjad:

  1. Nama?
  2. Penampilan fisik?
  3. Backstory (latar belakang cerita huruf sebelum ceritanya di film dimulai)?
  4. Keadaannya saat ini (pekerjaan, pemasukan, lokasi geografis, kondisi kawasan tinggal, orang-orang yang penting di kehidupannya)?
  5. Pandangan kepada dunia?
  6. Sikap?
  7. Opini?
  8. Nilai-nilai yang dipegang?
  9. Kepercayaan?
  10. Kelemahan-kelemahannya?

Contoh Character Breakdown di dalam film The Hunger Games (Ross, 2012) bisa kita lihat di bawah ini:

Character Breakdown di film The Hunger Games
– Katniss Everdeen (16/P) ialah karakter utama protagonis yang berasal dari Distrik 12, sebuah distrik pertambangan batu bara yang merupakan distrik paling miskin dan paling padat penduduknya di negara Panem. Katniss menjadi seorang sukarelawan untuk menggantikan adiknya, Primrose Everdeen, sehabis dia terpilih di hari pemungutan, hari di mana satu anak laki-laki dan satu anak wanita berumur 12 hingga 18 tahun dari setiap distrik diseleksi untuk bertarung hingga mati dalam pertandingan mematikan berjulukan The Hunger Games. Dia memakai pengetahuannya soal berburu dan memanah untuk bertahan hidup, dan ia bersama Peeta menjadi pemenang sesudah menentang upaya Capitol untuk memaksa seseorang untuk membunuh lainnya.

– Peeta Mellark (16/L) adalah peserta laki-laki dari Distrik 12, bareng Primrose Everdeen (yang berikutnya digantikan oleh kakaknya, Katniss Everdeen) untuk ikut serta dalam Hunger Games ke-74. Dia adalah putra seorang tukang roti, sangat pemalu tapi yakin diri, dan ia menyampaikan dalam wawancara sebelum Hunger Games ke-74 dimulai bahwa ia sudah jatuh cinta pada Katniss semenjak hari pertama dia melihatnya. Hubungannya dengan Katniss berkembang sepanjang cerita.

– Gale Hawthorne (18/L) yaitu seorang dewasa berumur 18 tahun dan merupakan sobat berburu sekaligus teman terdekat Katniss Everdeen. Ayahnya tewas dalam ledakan tambang, sehingga beliau terpaksa menjadi tulang punggung keluarga bagi ibu dan adik-adiknya.

– Presiden Coriolanus Snow (76/L) yakni abjad antagonis utama yang ialah penguasa otokratis di Capitol dan semua distrik di Panem. Meskipun kelihatan santai, terbukti jikalau ia itu seorang psikopat dan sungguh sadis.

  Cerita dengan Struktur Cerita Tiga Babak Pada Film (Bagian 2)

Untuk mendapatkan citra yang lebih mendalam perihal abjad yang ada di dalam skenario film yang hendak kita tulis, kita bisa saja menambahkan detail-detail tentang perjalanan hidup serta persepsi aksara tersebut. Di dalam sebuah workshop penulisan skenario yang saya ikuti beberapa tahun yang lalu, Tom Abrams, seorang penulis skenario kenamaan di Hollywood, membagikan daftar pertanyaan berikut yang mampu kamu gunakan untuk mengenal karaktermu lebih jauh lagi.

Pertanyaan-pertanyaan perihal Karakter:

  • Apa pertimbangan ia mengenai ayahnya? Apa yang dia suka dan benci dari ayahnya? Bagaimana efek ayah atas dirinya?
  • Bagaimana dengan ibunya? Apa pertimbangan beliau atas ibunya? Apa yang ia suka dan benci dari ibunya? Menurut beliau, bagaimana dampak ibu atas dirinya?
  • Saudara laki-lakinya? Saudara perempuannya? Apa yang beliau suka dari mereka? Mengapa? Apa yang tidak ia suka dari mereka?
  • Cara disiplin seperti apakah yang diterapkan padanya di rumah? Keras? Luwes?
  • Apakah beliau overprotected (dilindungi secara berlebihan – oleh keluarganya, orangtuanya)? Apakah dia pernah merasa ditolak atau diterima semasa kecilnya?
  • Apa status ekonomi keluarganya? Apakah ada situasisituasi yang tidak menguntungkan atau tidak menyenangkan?
  • Apakah ada perceraian, penyakit, alcoholism, dll (dalam kehidupannya)?
  • Pengaruh agama apa yang ada dalam keluarganya?
  • Bagaimana pendapatnya perihal agama itu sendiri?
  • Apakah dia pandai, pintar atau lambat (dalam berpikir)?
  • Bagaimana prestasinya di sekolah? Apa tingkatan terakhir pendidikannya? Apa pendapatnya mengenai dirinya sendiri? Pandai? Cerdas? Kurang cendekia? Bagaimana latar belakang pendidikan dan kecerdasannya mampu tampakdari cara bicaranya, kosa katanya dan pelafalan katakatanya?
  • Apakah dia menggemari sekolah? Guru-gurunya? Teman-sobat sekolahnya? Apa (aktivitas sekolah) yang paling menarik untuknya, di mana ia suka melibatkan diri? Bagaimana persepsi politiknya?
  • Apa pekerjaannya/nafkahnya? Apa pendapatnya perihal profesinya sendiri? Sebagai “pekerjaan”? Sebagai “karir”? Apa yang dia suka dan tidak suka mengenai pekerjaannya?
  • Apakah dia senang berpergian (travel)? Ke mana? Mengapa? Apa yang ia peroleh di sana dan apa yang masih beliau ingat (tentang perjalanannya, atau hal-hal yang beliau peroleh di sana)?
  • Apa kekecewaan paling besar dalam hidupnya?
  • Kejadian apakah, politik atau sosial – nasional atau internasional, yang pernah ia alami, yang paling meninggalkan kesan yang dalam untuknya?
  • Bagaimana kelakuannya? Pahlawan mirip apakah yang dia puja? Tokoh seperti apakah yang ia benci?
  • Siapa teman-temannya? Para kekasihnya? Apa tipe pasangan hidup idealnya? Apa yang dia cari dari pasangan hidupnya? Apa pandangannya dan perasaannya tentang sex?
  • Kelompok dan kegiatan sosial mirip apakah yang beliau ikuti? Peran apakah (di masyarakat) yang dia ingin lakoni? Peran apakah yang sebetulnya beliau lakoni, biasanya?
  • Apa hobby dan kesenangannya? Apa yang ia kerjakan untuk bersenang-senang?
  • Seperti apakah rumahnya? Seleranya? Pakaiannya? Perabotannya? Rambutnya? Berewok? Kumis? Makeup? Bagaimana dia tercermin dalam penampilannya? Bagaimana caranya berpakaian? Gayanya? Kualitasnya?
  • Siapa sahabatnya? Bagaimana mereka berafiliasi/berjumpa ? Mengapa dan bagaimana dia menetapkan untuk erat (dengan orang ini)?
  • Peran apa yang dia lakoni di rumah? Peran apa yang bekerjsama ingin beliau lakoni?
  • Apakah ia mempunyai belum dewasa? Bagaimana perasaannya tentang perannya sebagai orangtua? Bagaimana pendapatnya perihal anak-anaknya? Bagaimana ambisinya (mengenai anak-anaknya)? Bagaimana relasi anak-anaknya dengan ia?
  • Bagaimana cara beliau menangai suasana-suasana sulit? Dengan bertahan? Dengan berangasan? Dengan mengelak?
  • Apakah beliau “minum”? Atau ‘ngobat’? Apakah ia merasa dirinya paling benar? Apakah beliau seorang pendendam? Apakah dia suka merasionalisasi kesalahannya? Bagaimana caranya menerima bencana alam dan kegagalan? Apakah dia menikmati penderitaan? Apakah beliau menikmati penderitaan orang lain? Apakah beliau seorang yang manipulatif? Apakah dia suka melepas tanggungjawabnya?
  • Bagaimana imajinasinya? Apakah beliau sering terdiam dan berangan-angan? Apakah ia sering merasa khawatir? Apakah beliau ‘hidup di kala kemudian’?
  • Apakah ia lazimberpandangan negative kepada hal-hal yang baru? Curiga? Menyerang? Takut? Bersemangat? Apa yang sering ia ejek? Hal-hal apa yang menurutnya udik? Bagaimana selera humornya? Apakah ia menyadari dirinya sendiri? Kekurangan-kekurangannya? Kebiasaan-kebiasaannya yang unik dan aneh? Apakah beliau mampu melihat segi ironis dari dirinya sendiri?
  • Apa yang paling ia inginkan? Hal apa yang amat ia perlukan? Bahkan secara kompulsif? Apa yang rela beliau lakukan atau korbankan untuk menerima apa yang ia inginkan?
  • Seberapa besar keinginannya untuk mencapai hal yang menjadi tujuan hidupnya? Bagaimana cara ia untuk memburu cita-citanya tersebut?
  • Apakah dia tinggi? Pendek? Berapa beratnya? Bagaimana perasaannya mengenai ukuran badannya, berat badannya? Bagaimana postur tubuhnya? Bagaimana caranya berjalan? Apakah beliau ingin mengambarkan bahwa dirinya yaitu seorang yang lebih muda, lebih tua, lebih penting? Apakah ia ingin dilihat orang, atau malah menjadi sosok yang tidak terlihat?
  • Apa yang menjadi kebiasaan tindak tanduknya secara fisik? Bugar? Lemah? Teratur? Serampangan? Apakah beliau bergairahatau lamban?
  • Bagaimana dengan suaranya? Lengkingan suranya? Kekuatan suaranya? Kecepatan dan irama bicaranya? Lafalnya? Aksennya?
  • Apakah kau menyukainya? Membencinya? Mengapa kamu perlu menulis tentang dia? Mengapa orang lain perlu mengenalnya?
  Logline Dalam Menciptakan Film

Yang perlu diingat, di ketika menciptakan tokoh-tokoh yang mau berperan di dalam skenario kita, kita mampu menggunakan rumus yang dinamakan dengan The Clash of Characters atau ukiran karakteristik antar aksara. Yang dapat kita lakukan ialah membuat huruf-aksara dengan karakteristik yang saling bertolak belakang sehingga di dikala mereka berjumpa , perbedaan mereka akan menjadi peluangterciptanya pertentangan. Contohnya saja di film The Fault in Our Stars (Boone, 2014), abjad Hazel yang depresif bertemu dengan Augustus yang ceria dan senantiasa menentang kehidupan. Setelah melewati konflik di permulaan konferensi mereka, kedua tokoh ini mendapatkan mutu satu sama lain yang tidak mereka miliki di diri mereka yang hasilnya membuat mereka jatuh cinta. Namun perbedaan inilah yang balasannya menciptakan kualitas cinta mereka terus-menerus diuji di sepanjang film.
 
d. 3 – Dimensional Character
Untuk mampu membuat karakter yang ‘hidup’, kita mesti mampu menciptakan abjad yang memiliki tiga dimensi. Seperti setiap objek di dunia ini yang mempunyai tiga dimensi: tinggi (y), panjang (x), dan lebar (z); manusia pun memiliki komponen suplemen tiga dimensi: fisiologi, psikologi, dan sosiologi. Tanpa pengetahuan atas tiga dimensi ini, penulis skenario tidak mampu menganggap aksara manusia kebanyakan (Egri, 1960). Mari kita lihat masing-masing dari ketiga dimensi tersebut:

a) Fisiologi
Dimensi yang pertama ialah fisiologi. Aspek fisiologi mampu dilihat berdasarkan keadaan fisik aksara. Keadaan fisik setiap orang dapat mempengaruhi cara pandang seseorang. Si buta, si tuli, si cantik, si tinggi, si pendek, menatap segala hal berlawanan dari yang yang lain. Seseorang yang sedang sakit, akan melihat kesehatan yakni keperluan yang paling penting, sedangkan orang tanpa kendala kesehatan akan meremehkan kesehatan, itupun jika beliau memikirkannya.

  Logline Dalam Membuat Film

Penampilan fisik seseorang dianggap dapat menggambarkan warna dari hidup seseorang. Penampilan fisik mensugesti manusia tanpa henti dalam pengembangan mental yang berfungsi sebagai dasar kepribadian inferiority (rendah diri) dan superiority (angkuh). Inilah hal yang paling jelas dari set pertama dimensi seseorang. Berikut adalah faktor-faktor yang tergolong kedalam fisiologi: 1) Jenis kelamin; 2) Umur; 3) Tinggi badan dan berat tubuh; 4) Warna mata, kulit, rambut; 5) Postur tubuh; 6) Penampilan: berpenampilan menawan, keunggulan atau kelemahan berat tubuh, higienis, bentuk kepala, muka, dan anggota tubuh yang lain; 7) Kekurangan fisik: Abnormal, tanda lahir, penyakit; 8) Keturunan.

b) Sosiologi
Sosiologi yaitu hal kedua dari tiga dimensi huruf yang harus dipelajari. Orang-orang yang terlahir di lingkungan pinggiran kota yang kotor, akan memiliki contoh pikir dan reaksi yang berbeda dibanding orang-orang yang terlahir dari lingkungan yang serba higienis dan terencana. Secara sederhana, sosiologi mengecek huruf seseorang lewat lingkungan tempat beliau lahir dan dibesarkan, juga bagaimana orang-orang di sekitarnya memperlakukannya.

Unsur yang termasuk kedalam dimensi sosiologi adalah: 1) Kelas sosial: Bawah, menengah, atas; 2) Pekerjaan: Jenis pekerjaan, jam kerja, penghasilan, kondisi pekerjaan, serikat atau tidak berserikat, perilaku di organisasi, kecocokan dengan pekerjan; 3) Pendidikan: jumlah ongkos pendidikan, jenis sekolah, nilai, pelajaran favorit, pelajaran yang dibenci, bakat; 4) Kehidupan di rumah: orang bau tanah yang masih hidup, kekuasaan, yatim piatu, orang bau tanah berpisah atau bercerai, kebiasaan orang tua, pengembangan mental orang renta, kejahatan orang renta, pengabaian, status perkawinan; 5) Agama; 6) Ras, kebangsaan; 7) Posisi di komunitas: Pemimpin diantara sahabat, berkelompok, berolahraga; 8) Keanggotaan secara politik; 9) Kesenangan, hobi: buku, koran, majalah.

c) Psikologi
Psikologi ialah hasil dari adonan dua dimensi yang lain, fisiologi dan sosiologi. Kombinasi ini melahirkan ambisi dalam hidup, rasa frustasi, watak, tingkah laku, dan kepribadian. Yang termasuk kedalam aspek psikologi ialah: 1) Kehidupan seksual, tolok ukur budpekerti; 2) Alasan personal, ambisi; 3) Frustrasi, kekecewaan; 4) Watak: koleris, easygoing, pesimistis, optimistis; 5) Perilaku kepada hidup: pengunduran diri, militan, pengalah; 6) Complexes: Obesesi, kekangan, takhyul, fobia; 7) Extrovert, introvert, ambivert; 8) Kemampuan: bahasa, talenta; 9) Kualitas: khayalan, evaluasi, selera; 10) IQ.

Sumber: Buku Menulis Cerita Film Pendek: Sebuah Modul Workshop Penulisan Skenario Tingkat Dasar.
Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Tim Penyusun: Perdana Kartawiyudha (koordinator), Baskoro Adi Wuryanto, Damas Cendekia, Melody Muchransyah, dan Rahabi Mandra.