Adapun unsur-bagian stratifikasi sosial yakni selaku berikut:
a. Status dan Kedudukan
Paul B. Horton (1999), mendefinisikan status atau kedudukan adalah suatu posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Pada lazimnya , untuk menemukan status atau kedudukan ada tiga cara, yaitu:
- Ascribed status, merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang melalui kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang aristokrat diperoleh alasannya ia dilahirkan dari orang bau tanah yang berdarah darah biru.
- Achieved status, merupakan status atau kedudukan seseorang yang diperoleh melalui usaha-perjuangan yang disengaja. Misalnya, setiap orang bisa menjadi guru, asal mereka memenuhi tolok ukur untuk menjadi guru.
- Assigned status, merupakan status atau kedudukan yang diberikan. Misalnya, gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang sebab dianggap berjasa.
b. Peranan
Dalam setiap peranan akan terdapat suatu perangkat tugas (role set) yang menawarkan bahwa dalam suatu status tidak cuma mempunyai satu peran tunggal, namun sejumlah peran yang saling bekerjasama. Misalnya seorang anak juga seorang siswa (murid) dan ia seorang sahabat, mungkin seorang ketua OSIS, mungkin anggota karang taruna, dan masih banyak lagi perangkat peran yang disandangnya. Selain perangkat tugas terdapat pula sikap tugas, yakni sikap yang bergotong-royong dari anggota yang melakukan suatu tugas. Perilaku peran sering kali berlawanan dari perilaku yang diperlukan. Misalnya, penduduk menghendaki seorang dokter bersikap baik dan ramah dikala memeriksa pasien, tetapi ada pula dokter yang tidak bersikap demikian.
Menurut Soerjono Soekanto, dalam peranan setidaknya mencakup tiga hal, yaitu selaku berikut:
- Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kawasan seseorang dalam masyarakat.
- Peranan selaku desain mengenai apa yang mampu dilakukan oleh individu dalam penduduk sebagai organisasi.
- Peranan juga mampu dibilang sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.