Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap insan terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)
Ibnu Katsir menyampaikan:
يخبر تعالى عن فضله وكرمه، وامتنانه ولطفه بخلقه وإحسانه: أن المؤمنين إذا اتبعتهم ذرياتهم في الإيمان يُلحقهم بآبائهم في المنزلة وإن لم يبلغوا عملهم، لتقر أعين الآباء بالأبناء عندهم في منازلهم، فيجمع بينهم على أحسن الوجوه، بأن يرفع الناقص العمل، بكامل العمل، ولا ينقص ذلك من عمله ومنزلته، للتساوي بينه وبين ذاك
“Allah menginformasikan tentang keistimewaan, kemurahan, dan nikmat-Nya kepada makluk-Nya, bahwa orang yang beriman, jika keturunannya juga mukmin maka Allah kumpulkan keturunannya bareng orang tuanya dalam satu kedudukan, walaupun amal keturunannya ini tidak sebanyak amal bapaknya. Agar lebih menggembirakan si bapak, dengan kehadiran anaknya di sisi mereka. Allah kumpulkan mereka dengan tampang yang sangat indah, Allah angkat orang yang kurang amalnya dan Allah gabungkan bareng orang yang lebih tepat amalnya. Namun hal ini sama sekali tidak meminimalisir amal orang tua dan kedudukan orang renta, sebab kesaman antara keduanya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7:432)
Dari said bin Jubair, bahwa Ibnu Abbas pernah menafsirkan ayat ini dan mengatakan:
هم ذرية المؤمن، يموتون على الإيمان: فإن كانت منازل آبائهم، أرفع من منازلهم ألحقوا بآبائهم، ولم ينقصوا من أعمالهم التي عملوا شيئا
“Mereka yakni keturunan orang yang beriman. Mereka mati dengan menjinjing keyakinan. Jika kedudukan bapaknya lebih tinggi dari pada derajatnya maka Allah kumpulkan mereka bareng bapaknya, tanpa mengurangi sedikit pun amal bapaknya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7:433)
Wallaahu a’lam