Khutbah Pertama:
الحمد لله الذي أصلحَ الضمائرَ، ونقّى السرائرَ، فهدى القلبَ الحائرَ إلى طريقِ أولي البصائرِ، وأشهدُ أَنْ لا إلهَ إلا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، وأشهدُ أن سيِّدَنا ونبينا محمداً عبدُ اللهِ ورسولُه، أنقى العالمينَ سريرةً وأزكاهم سيرةً، (وعلى آله وصحبِه ومَنْ سارَ على هديهِ إلى يومِ الدينِ.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Jadikanlah kita selalu dalam mengisi hidup ini dengan ibadah kepada Allah Ta’ala. Senantiasa mencari cinta dan ridha-Nya dengan ucapan dan perbuatan kita baik lahir maupun yang batin. Karena barang siapa yang senantiasa mengisi hidupnya dengan ibadah kepada Allah Ta’ala dan mencari cinta serta ridha-Nya, maka hal itu akan menjadi perisai bagi dirinya dari kemurkaan dan siksa Allah Ta’ala. Ketika kita setiap ketika mengisi hidup ini untuk ibadah kepada Allah Ta’ala maka kita akan termasuk golongan Al-Muttaqin, yaitu yang mempunyai sifat ketakwaan yang baginya Jannah yang luasnya seluas langit dan bumi. Hal inilah yang dijanjikan pada mereka. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 21)
Ayat ini yakni permintaan pertama di dalam Al-Quran. Yaitu permintaan yang ditujukan kepada seluruh manusia agar mereka senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala. Mereka mengabdikan dirinya terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Tentu untuk ibadahlah insan diciptakan oleh Allah Ta’ala, dan Allah cukupkan keperluan manusia di dunia. Allah berfirman.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan saya tidak menciptakan jin dan manusia melainkan semoga mereka mengabdi terhadap-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Alquran) dan Dia tidak menyelenggarakan kebengkokan di dalamnya.” (Al-Kahfi: 1)
Demikian oleh Allah Ta’ala disebut sebagai rasul-Nya. Ketika Allah muliakan dengan Al-Alquran Allah sebut predikatnya selaku yang paling mulia, adalah selaku hamba Allah Ta’ala. Demikian juga yang tertulis dalam Al Alquran Surat Al Isra ayat 1.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang sudah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya supaya Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia ialah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Isra: 1)
Dalam ayat tersebut terdapat kata ‘yang kami berkahi sekelilingnya’, yakni bermakna bahwa daerah sekelilingnya Masjidil Aqsa yang paling akrab ialah Baitul Maqdis, kawasan tersebut diberkahi alasannya sepanjang sejarah dipakai untuk ibadah kepada Allah Ta’ala. Demikianlah jikalau ibadah hadir di suatu daerah maka tempat itu akan mulia sarat dengan keberkahan dan kemuliaan.
=>
Wali Nikah Anak Perempuan Hasil Zina
Sebaliknya, jika daerah tersebut diisi dengan maksiat, maka daerah itu menjadi hilang kemuliaannya. Sebagaimana sabda Rasul Shallallahu alaihi wasallam bahwa tempat terburuk di wajah bumi yaitu pasar dan sebaliknya kawasan terbaik di muka bumi yakni masjid. Hal ini dikarenakan masjid dipakai untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sementara pasar yaitu daerah yang paling banyak dilakukan maksiat pada-Nya. Oleh karena itu Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar tempat yang mereka tinggali senantiasa diisi dengan ibadah terhadap Allah Ta’ala, baik shalat, membaca Al-Alquran, zikir dan ibadah-ibadah yang lain sehingga tempat tersebut tidak menjadi seperti kuburan.
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Demikianlah saat Allah memuliakan seorang hamba-Nya, maka Allah memperlihatkan taufik kepada ia sehingga beliau mampu memajukan ibadahnya kepada Allah Ta’ala. Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam memberikan pelajaran terhadap kita semuanya dalam doa-doa istimewa kita, doa-doa di tempat terbaik agar kita tidak lupa meminta kepada Allah Ta’ala biar mampu membantu kita menguatkan dan meneguhkan kita, senantiasa memberi taufik kepada kita untuk beribadah dengan ibadah yang terbaik kepada-Nya. Demikian yang dinasihatkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Mu’adz Bin Jabal radhiallahu anhu.
Beliau bersabda: Yaa Muadz. Sesungguhnya saya menyayangimu. Oleh alasannya itu janganlah engkau lewati sehabis shalat untuk membaca:
اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
“Ya Allah berilah derma kepadaku untuk mampu senantiasa berzikir terhadap Engkau, mampu senantiasa bersyukur kepada Engkau dan bisa selalu beribadah dengan baik terhadap Engkau.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian juga yang kita minta setelah shalat subuh satu doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sangat aku memohon kepada-Mu ilmu yang manfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu As-Sunni dan Ibnu Majah)
Salah satu doa terbaik yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam terhadap kita ialah minta tolong kepada Allah biar kita dibantu untuk diteguhkan dalam melakukan ibadah terbaik untuk Allah subhanahu wa Ta’ala. Hal ini dikarenakan kemuliaan manusia yang ditentukan dari penghambaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh alasannya itu kita selaku orang yang beriman diperintahkan untuk menunjukkan kesaksian terhadap manusia terbaik di tampang bumi adalah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa ia yakni hamba Allah dan utusan-Nya. Demikianlah yang selalu kita baca saat duduk tasyahud terakhir dalam shalat kita.
Tentu kita mengetahui bahwa kemuliaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu juga ditentukan pada ibadahnya kepada Allah Ta’ala. Maka mampu kita lihat dalam riwayat yang shahih Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat malam sampai jerawat kakinya. Lalu istrinya, Aisyah radhiallahu anha merasa iba terhadap ia, kemudian memberikan kepadanya, “Kenapa engkau masih melaksanakan semua ini, padahal dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang telah diampuni?” Maka di Jawablah oleh Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam:
أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Apakah dihentikan kalau aku menjadi hamba yang bersyukur.” (HR. Al-Bukhari).
Begitulah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam orang yang terbaik di mata Allah. Sehingga pantaslah Allah Subhanahu Wa Ta’ala muliakan ia demikian juga para nabi dan para rasul serta orang-orang beriman lainnya. Allah sebutkan pada surat Al-Furqon ayat 63
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan jika orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan: 63)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Itulah gambaran mereka yang selalu beribadah terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun sebaliknya, jika meninggalkan ibadah kepada Allah, maka itu akan menimbulkan kehinaan dunia dan alam baka. Hal itulah yang terjadi kepada iblis Laknatullah alaihi dikala ia keluar dari penghambaan dan tak ingintaat lagi kepada Allah Ta’ala, maka Allah laknat dan usir beliau dari Jannah hingga beliau ditetapkan oleh Allah subhanahu wa Ta’ala sebagai penghuni neraka. Hal ini di firmankan oleh Allah subhanahu wa taala dalam Al-Quran.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’.” (Ghafir: 60)
Maka ketika ada seorang insan dimuliakan dengan dikeluarkan dari daerah penghambaan terhadap Allah, diklaim sebagai anak Allah, serta diklaim mempunyai sifat ketuhanan hingga kemudian Ia di sembah dan diibadahi sebagaimana Allah, maka ini bukanlah memuliakannya, namun ini menghinakannya. Oleh sebab itu Allah sampaikan dalam surat Maryam ayat ke 88-93. Allah berfirman.
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (٨٨) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (٨٩) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (٩٠) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (٩١) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (٩٢) إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (٩٣)
“Dan mereka berkata, ‘Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak.’ Sungguh, kamu telah menjinjing sesuatu yang sangat mungkar. Hampir saja langit pecah dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (sebab ucapan itu). Karena mereka menilai Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi Allah Yang Maha Pengasih memiliki anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang terhadap Allah Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.” (QS. Maryam: 88-93)
Mengeluarkan manusia dari penghambaan yang lalu diangkat derajatnya hingga derajat ketuhanan yang dianggap mewarisi sifat ketuhanan, karena sifat seorang anak itu akan mewarisi sifat dari bapaknya, maka ketika orang tua mengharapkan punya anak bermakna beliau punya pengharapan kepada selainnya. Oleh alasannya itu maha suci Allah dari sifat butuh terhadap selainnya dan maha suci Allah dari sifat ketuhanannya turun terhadap selainnya.
Ketika ada seseorang yang mengklaim bahwa ada insan yang berkembangderajatnya menjadi anak yang kuasa itu bukanlah memuliakan, tetapi sesungguhnya itu sangat menghinakan. Karena kemuliaan manusia diputuskan dari seberapa besar lengan berkuasa ibadahnya terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu muliakanlah diri kita dengan selalu beribadah terhadap Allah Ta’ala dan jauhi diri kita dari musuh ibadah kita. Di antaranya dengan memberikan sikap santunan akan klaim kepada manusia yang keluar dari peran ibadah kepada Allah Ta’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shamit radhiallahu Anhu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمداً عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه. والجنة حق، أدخله الله الجنة على ما كان من العمل “
Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada yang kuasa yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu baginya, bahwa Muhammad yaitu hamba dan delegasi Allah, kalimat-Nya yang dia sampaikan terhadap Maryam dan ruh dari-Nya, nirwana ialah haq dan neraka adalah haq, pasti Allah memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal yang beliau kerjakan. (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah yang dipegang oleh kaum muslimin. Kita berharap dengan kalimat ini Allah akan memasukkan kita ke dalam jannahnya dan juga kita berharap agar Allah Ta’ala menawarkan hidayah serta taufik terhadap kita, supaya dapat memajukan ibadah kepadanya. Sehingga saat kita dimasukkan ke dalam Jannahnya kita menempati derajat tertinggi di dalamnya.
Meyakini akan kehambaan nabi Isa Alaihissalam bahwa dia bukanlah anak Allah, Ia tidak mempunyai sifat ketuhanan. Beliau mulia sebab ibadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan ini yaitu suatu kewajiban serta menjadi dasar dari keimanan. Siapa yang menyatakan sebaliknya maka dia telah keluar dari Islam, demikian yang Allah katakan dalam firmannya.
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam’.” (Al-Maidah: 72).
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Kita seluruhnya sebagai seorang muslim tentu meyakini bahwa Nabi Isa itu yaitu hamba Allah dan delegasi-Nya. Namun ada sekelompok manusia yang menyatakan bahwa Isa putra Maryam, adalah anak Allah dan mewarisi sifat ketuhanannya. Dinyatakan lahirnya tanggal 25 Desember dan pendapat yang lain Tanggal 1 Desember. Kemudian di hari lahirnya itu dijadikan hari pertama dalam perjalanan 1 tahun. Sejak lahirnya itu dicatat selaku tahun pertama yang mereka sebut selaku tahun Masehi atau tahun Miladiyah. Inilah tahun yang disandarkan terhadap Almasih atau kelahiran Almasih.
Maka semenjak kelahiran itu dinyatakan sebagai tahun Masehi. Adapun tahun-tahun sebelumnya disebut sebagai tahun sebelum Masehi. Tahun masehi ialah produk peradaban mereka yang diisi dengan catatan-catatan nilai Ibadah dalam agama mereka. Kaum muslimin mempunyai catatan kalender yang sudah ditetapkan oleh umat terbaik ialah kalender Hijriyah yang kemudian tercatat padanya catatan-catatan peribadahan di dalam Islam. Kalahnya peradaban kaum muslimin terhadap peradaban kafir sehingga menjadikan banyak kaum muslimin ikut-ikutan dan lebih bangga kepada produk peradaban mereka. Sampai hari yang mereka agungkan, hari yang mereka rayakan tidak sedikit dari kaum muslimin ikut-ikutan.
Pernyataan bahwa Nabi Isa alaihis salam merupakan hamba Allah dan delegasi-Nya sering tidak selaras dengan sikap ikut bergembira pada hari dirayakannya kelahiran Isa Alaihis salam yang diklaim sebagai anak Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maha Suci Allah dari memiliki Putra dan Nabi Isa bukanlah selaku putranya, namun cuma sebagai hamba dan delegasi-Nya. Semoga Allah menguatkan kepercayaan kita sehingga kita gembira kepada agama ini dan merasa mulia dengannya. Selalu berupaya mengamalkan agama ini dengan semaksimal mungkin, karena kemuliaan kita terletak seberapa besar amalan kita terhadap Islam ini.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ :
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ