اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan belum dewasa Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang bagus-baik dan Kami lebihkan mereka dengan keunggulan yang tepat atas pada umumnya makhluk yang sudah Kami ciptakan” [Al Isra’ 17 ; 70]
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah SWT
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam melakukan kehidupan ini selalu dalam panduan-Nya, Amin. Shalawat dan salam terhadap Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang sudah mengorbankan segala peluanghidupnya untuk menyelamatkan ummat insan di dunia ini kehidupan yang sarat arti melalui dogma dan pengabdian hanya kepada Allah semata.
Kemudian marilah kita optimalkan doktrin dan taqwa kita terhadap Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan abadi kekal adalah kampung akherat. Taqwa yang benar-benar itulah kelak akan mendapat daerah yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah SWT
Seorang petani meskipun terkuras tenaganya, keringatnya bercucuran, rasa letih bukan kepalang, tapi sebab yang dilakukan selaku kewajibannya untuk memenuhi nafkah keluarga maka ia akan melakukan pekerjaan sarat tanggungjawab meskipun tenaga dan keringat selaku imbalannya.
Demikian pula dengan ibadah kepada Allah yang kita lakukan harus tahu untuk apa gunanya kita beribadah, apakah dengan tidak beribadah itu untuk Allah atau untuk manusia, jika ibadah itu untuk Allah berarti Dia membutuhkan dan bersandar terhadap insan. Sebenarnya ibadah itu untuk manusia, mau kepercayaan ataupun kafir seluruh insan di bumi tidak akan meninggikan atau merendahkan Allah.
Untuk apa manusia beribadah? Inilah pertanyaan yang memerlukan balasan semoga ibadah yang kita lakukan, dilakukan dengan baik dan motivasi yang benar pula.
1). Beribadah Untuk Membina Pribadi
Asal peristiwa dan eksklusif manusia adalah baik, sebagaimana firman Allah SWT; ”Sungguh Kami telah membuat manusia itu dalam sebaik-baik insiden” [ At Tin 95; 4]
Kalau kita bandingkan insiden kita dengan makhluk Allah lainnya sungguh insan berada dalam bentuk yang bagus, fisik maupun bathinya. Disamping itu manusiapun makhluk yang mulia dan dimuliakan Allah dengan memperlihatkan bekal dalam kehidupan, baik yang berada di maritim ataupun di darat, Al Isra 17 ; 70 membenarkannya; “Dan Sesungguhnya sudah Kami muliakan bawah umur Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang bagus-baik dan Kami lebihkan mereka dengan keunggulan yang sempurna atas pada umumnya makhluk yang telah Kami ciptakan”
Dalam suatu hadits Nabi bersabda; ”Tidak dilahirkan seseorang anak melainkan dalam keadaan suci dari dosa” [HR. Muslim].
Keberadaan manusia yang baik, mulia dan suci tadi akan jatuh ke kawasan yang terendah alasannya memperturutkan hawa nafsu atau melakukan dosa, baik besar ataupun kecil, dalam surat At Tin Allah menerangkan pada ayat 5; ”Kemudian Kami jatuhkan ia ke tempat yang terendah”. Kehancuran dapat pulih kembali terhadap posisi semula dengan melakukan ibadah terhadap Allah; ”Kecuali orang-orang yang beriman dan berzakat shaleh [mereka tidak direndahkan] bagi mereka ganjaran yang tidak putus”.[At Tin 95; 6-7]
2). Beribadah Untuk Menyukseskan Tugas Khalifah
Kelahiran manusia di dunia ini mengemban peran mulia adalah sebagai hamba Allah sekaligus selaku Khalifah Allah yang berkewajiban mengorganisir, memelihara dan memanfaatkan alam ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al An’am 6;165; ”Dan Dialah yang menjadikan kau penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat”.
Tugas ini hendaklah dilaksanakan dengan keseriusan hati sehingga segala apa yang diamanatkan Allah berhasil sesuai dengan tujuan, surat Al Haj 22;78 Allah berfirman; ”Dan berjuanglah kau pada jalan Allah dengan berjuang yang sungguh-sungguh”.
Kekhalifahan yang disandang manusia mempunyai sekup dan tingkat yang berbeda-beda sesuai dengan kesanggupan yang dimilikinya. Dalam sebuah sabdanya Rasulullah pernah menyampaikan, ”Setiap kamu ialah pemimpin, isteri yakni pemimpin rumah tangga dan harta suaminya, suami yakni pemimpin keluarga, seorang budak memimpin amanat yang disampaikan oleh majikannya yang mesti dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah”.
Dalam HR Ibnu Hibban dia bersabda, ”Sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin tentang apa –apa yang dia pimpin, apakah ia memeliharanya ataukah menyia-nyiakan, sehingga seseorang akan ditanyai perihal permasalahan keluarganya”.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah SWT
Pengamalan islam yang disebut dengan ibadah bukan sekedar problem shalat, zakat, puasa, haji atau acara dogmatis dan ritual lainnya tetapi segala dinamika aktifitas kehidupan insan untuk mengolah alam sesuai dengan tata aturan, sesuai dengan nilai yang ditunjukkan-Nya. Bila seorang khalifah tidak beriman dan tidak suka beribadah kepada Allah kemungkinan besar penyelewengan jabatan dan kedudukan akan terjadi; seorang kepala keluarga akan mengabaikan anak dan isterinya, seorang buruh atau karyawan akan menyelewengkan amanat majikannya, seorang pimpinan perusahaan akan melaksanakan korupsi dan manipulasi yang merugikan bangsa dan negara.
Bila suami tidak beribadah kepada Allah pasti beliau akan melaksanakan tindakan di luar aturan demi menyanggupi harapan isteri tersayang, kalau ini terjadi mempunyai arti tugas kekhalifahan mengalami kehancuran alasannya adalah ia diperbudak oleh hawa nafsu dan sebaliknya akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akherat bila tugas kekhalifahan didasari pengabdian terhadap Allah, tercapainya kebahagiaan bermakna suksesnya tugas khalifah. Dengan demikian memiliki arti ibadah bertujuan untuk menyukseskan khalifah.
Dalam menuntaskan tugas hidup ini insan harus waspada supaya peran yang disandangnya berhasil dengan baik dan sempurna. Ketika Mu’adz bin Jabbal dilantik selaku Gubernur di Yaman, pesan Rasulullah yaitu;
- Kurangi beban karena perjalanan seram, nabi menjelaskan bahwa beban adalah kesalahan dan dosa.
- Ikhlaskan niat alasannya adalah pengintai lebih awas dan tegas, pengintai yang dimaksud yakni malaikat.
- Perbaharuilah perahumu alasannya adalah laut yang akan dilalui sangatlah dalamnya, yang dimaksud Rasulullah dengan perahu yaitu hati/jiwa.
- Perbanyaklah bekal sebab perjalanan sangat jauh, bekal disini artinya amal shaleh.
Agar kehidupan dan tugas kekhalifahan untuk hari esok lebih baik dari hari ini, sebagai perayaan Allah memberikan dalam Al Hasyar”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah tiap eksklusif memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok [akherat] dan bertaqwalah kepada Allah, sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” .
3). Beribadah Mencari Keridhaan Allah
Ibadah yang dilakukan jikalau dimotori dan dimotivasi selain kepada Allah maka nilainya kecil di hadapan Allah bahkan hilang sama sekali, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah 2;272, ”Dan dilarang kau menafkahkan sesuatu melainkan untuk mencari keridhaan Allah”.
Jalan untuk mencapai keridhaan Allah tidak lain beribadah dengan nrimo sebanyak-banyaknya, Al Baqarah 2;195 pertanda; ”Berbuat oke, bahu-membahu Allah menyayangi orang yang berbuat baik”.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah SWT
KRITERIA IBADAH
Seorang hamba Allah yang sudah rela mengangkat saksi, ”Tidak ada Ilah selain dari Allah dan Muhammad delegasi Allah”, maka dipundaknya terpikul keharusan untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah, baik secara biasa maupun secara khusus, Allah berfirman; ”Tidak Kami ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah terhadap-Ku’’ [Adz Dzariyat;56].
- Ibadah dalam arti khusus mirip shalat, zakat, puasa dan haji, sedangkan secara lazim adalah seluruh acara seseorang hamba yang dijalankan tidak bertentangan dengan hukum Allah.
- Ibnu Taimiyah menyampaikan, ibadah adalah semua kebaikan yang disengangi Allah.
- Dalam pengabdian terhadap Allah banyak manusia yang mendapatkan cuma haus dan laparnya saja saat puasa, capeknya saja dari rukuk dan sujud, ibadahnya tidak berguna alasannya tidak disandarkan terhadap tujuan yang tulus.
- Ulama Salaf beropini, kerapkali amal yang kecil menjadi besar alasannya adalah niatnya, dan sering pula amal yang besar menjadi kecil alasannya adalah salah niatnya.
Sebagai hamba punya kewajiban dedikasi kepada Khaliqnya selaku penguasa, raja dan pencipta. Hak mutlak Allah adalah kawasan pengabdian bagi seorang hamba, bukan mempunyai arti bila manusia tidak menyembah kepada-Nya lalu wibawa dan kekuasaan Allah luntur atau hilang. Dalam Hadits Qudsi dinyatakan, ”Andai seluruh isi langit dan bumi serta apa yang ada disekitarnya tunduk dan patuh merendah terhadap Allah, tidaklah akan meninggikan nama Allah”, demikian pula sebaliknya, ”Walaupun seluruh isi langit dan bumi kafir, ingkar dan durhaka kepada Allah, maka tidak akan menetralisir ketinggian Allah”.
Keimanan seorang hamba cuma untuk keselamatannya, demikian pula keingkarannya akan tetap kembali kepadanya, namun Allah mengeluarkan ultimatum, kalau manusia tidak beriman dan menyembah kepadanya; ”….Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih” [An Nisa’ ;173].
Ibadah yang ikhlaslah yang mau diperhitungkan Allah meskipun sedikit serta tidak disaksikan orang lain, ”Sekiranya kamu terangkan apa yang ada dalam hatimu atau kamu sembunyikan, pasti Allah akan memperhitungkan kau juga” [Al Baqarah; 284]
Tidak ada artinya kalau ibadah tersebut disandarkan terhadap yang lainnya, disamping beribadah kepada Allah, juga kepada makhluk, jabatan serta kemegahan, hal ini disebut musyrik, menserikatkan Allah, masih mencari tandingan-tandingan lain selain Allah ”Jika kamu mensekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah kamu tergolong orang-orang yang merugi” [Az Zumar;65].
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah SWT
Disamping tatacara ibadah yang dilaksanakan kepada Allah disandarkan terhadap yang lainnya, ada pula ibadah yang dilaksanakan kepada Allah, namun tatacaranya jauh menyimpang dari aturan yang diajarkan Allah dan Rasulnya, penuh dengan kurafat, tahyul dan bid’wah, dedikasi inipun tidak ada artinya, ”Siapa yang membuat aturan gres dalam syari’at agama kami ini dengan suatu hukum yang tidak terdapat sandaran dalil, maka ia ditolak” [HR. Bukhari dan Muslim].
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم