Dampak Penggunaan Blackberry Messenger Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa-Siswi Dalam Berbelanja Online
Perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi dalam prosesnya saling mensugesti. Masyarakat meningkat alasannya adalah kemajuan teknologi. Teknologi maju dengan pesat disebabkan masyarakat yang semakin kompleks. Sebagaimana yang terkandung dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi Elektronik pasal 17 ayat (1) bahwa penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilaksanakan dalam lingkup publik ataupun privat. Dijelaskan bahwa Undang-Undang menunjukkan kesempatan kepada pemanfaatan Teknologi Informasi oleh penyelenggara Negara, Orang, Badan Usaha, atau penduduk . Pemanfaatan teknologi info mesti dijalankan secara baik, bijaksana, bertanggung jawab, efektif dan efisien agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Blackberry merupakan perangkat selular yang memiliki kesanggupan layanan push e-mail, telepon, sms, menjelajah internet, messenger (Blackberry Messenger/BBM), dan aneka macam kemampuan nirkabel lainnya. BlackBerry pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999 oleh perusahaan Kanada, Research In Motion (RIM).
Sejak kemajuan internet meningkat bahkan dapat diakses dihandphone mirip Blackberry, sebagian besar aktivitas dijalankan dengan lebih instan. Belanja pun lebih mudah. Konsumen tinggal pesan, transfer dan barang pun sampai di rumah. Tak jarang, harga barang di toko online lebih hemat biaya daripada toko offline. Hal ini dikarenakan toko online tidak memerlukan ongkos operasional yang besar. Murahnya harga inilah yang juga menjadi argumentasi membeludaknya belanja online. Shopping online akan menjadi pola hidup dan cara belanja terbaru karena meminimalisir duit dan waktu. Pembeli tidak perlu lagi bermacet-macet di jalan dan antre di mall untuk mendapatkan barang yang diharapkan.
Berdasarkan fenomena itulah, sehingga penulis kesengsem untuk melaksanakan observasi ini, untuk mengetahui serta dapat menggambarkan bagaimana imbas penggunaan Blackberry Messenger kepada sikap konsumtif siswa siswi SMK Negeri 1 Samarinda dalam berbelanja online?
Teori Persamaan Media
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass (professor jurusan komunikasi Universitas Stanford Amerika) dalam tulisannya The Media Equation: How People Treat Computers, Television, and New Media Like Real People and Places pada tahun 1996. Teori ini relatif sangat gres dalam dunia komunikasi massa.
Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab dilema mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan secara otomatis menanggapi apa yang dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia?
Dengan demikian, menurut asumsi teori ini, media diibaratkan insan. Teori ini mengamati bahwa media juga mampu diajak berbicara. Media mampu menjadi lawan bicara individu mirip dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face.
Jelas teori ini berkenaan sekali dengan penggunaan Blackberry Messenger saat ini, bahwa dengan media komunikasi seperti Blackberry Messenger ini kita mampu berinteraksi dengan handphone seperti handphone ini yakni lawan bicara kita. Serta penggunaan nya yang saat ini selaku media untuk berbelanja secara mudah, cepat dan sempurna waktu.
Dalam hal ini media-media mirip handphone lah yang mampu dipakai untuk menunjang proses ini, media inilah yang menjadi musuh dalam komunikasi insan. Karena itu dalam teori ini media pun disebutkan sebagai manusia sebab bisa memperlihatkan feedback eksklusif kepada kita manusia yang mengkomunikasikannya.
Teori Konvergensi Media
Perkembangan dibidang Teknologi Informasi telah menjadikan terjadinya konvergensi, hilangnya perbedaan antar media, sejak diperkenalkannya personal computer pada final tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an. Bill Gates pendiri microsoft mengemukakan kedatangan kala ini pada Consumer Electronoc Show tahunan. Konvergensi kebanyakan memiliki arti persimpangan media usang dan gres. Seperti yang dibilang oleh Henry Jenkins menyatakan bahwa konvergensi media adalah,
“Aliran konten di platform beberapa media, kerja sama antara industri beberapa media dan perilaku migrasi khalayak media.”
Konvergensi media tidak cuma perubahan teknologi atau proses teknologi, tetapi juga tergolong perubahan dalam paradigma industri, budaya, dan sosial yang mendorong konsumen untuk mencari info baru.
Konvergensi media terjadi dengan menyaksikan bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain pada tingkat sosial dan memakai banyak sekali platform media untuk menciptakan pengalaman gres, bentuk-bentuk baru media dan konten yang menghubungkan kita secara sosial termasuk ketika para sampaumur dalam penelitian ini memakai Blackberry Messenger untuk berbelanja secara online, dan tidak hanya terhadap konsumen lain, namun untuk para produsen perusahaan media.
Konvergensi media yang diteliti oleh Henry Jenkins pada tahun 2006, menyatakan bahwa konvergensi media ialah proses yang terjadi sesuai dengan kemajuan budaya masyarakat. Teori konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus merentang dari sejak awal siklus penemuannya. Setiap model media modern tersebut cenderung merupakan perpanjangan atau evolusi dari model-versi terdahulu, dalam konteks ini internet bukanlah pengecualian.
Teori Perilaku Dorongan (drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu memiliki dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme bertingkah. Bila organisme berperilaku dan mampu memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut (Hull Crider, 1983; Hergenhahn, 1976).
Dalam hal ini, bahwa terperinci manusia yang bertingkah konsumtif mendapatkan dorongan dari lingkungannya untuk memakan barang secara berlebihan atau dengan kata lain tidak sesuai dengan kebutuhan dasarnya. Hal ini lah yang menjadi motivasi bagi mereka dalam bertingkah konsumtif.
Remaja selaku pelaku konsumtif
Remaja selaku salah satu kelompok dalam masyarakat, tidak lepas dari dampak konsumtivisme ini, sehingga tidak gila jikalau remaja menjadi target aneka macam macam produk perusahaan (Jatman : 1987). Produk-produk yang dipandang selaku lambang dan simbol status di golongan cukup umur sungguh mensugesti kebutuhan dan perilaku hidup mereka. Loudon dan Bitta (1984) menyatakan bahwa cukup umur yaitu golongan yang berorientasi konsumtif, sebab kelompok ini suka menjajal hal-hal yang dianggap gres.
Kecenderungan inilah yang mengakibatkan kalangan akil balig cukup akal ini akan mengikuti trend-ekspresi dominan yang sedang berkembang dilingkungannya, hal-hal baru yang selalu ingin mereka coba. Termasuk pada produk Blackberry yang memang pada bertahun-tahun akhir-akhir ini sedang marak dipakai oleh masyarakat Indonesia.
Tabel Dimensi Perilaku Konsumtif
Hasil Penelitian
Pada observasi ini , peneliti menetapkan 7 orang sebagai informan yang sudah mempunyai persyaratan yang telah ditentukan oleh peneliti diantaranya:
1. Remaja dalam hal ini adalah siswa dan siswi SMK Negeri 1 Samarinda yang sudah aktif memakai Blackberry Messenger serta frekuensi penggunaan Blackberry Messenger nya sudah lebih dari 1 tahun.
2. Memiliki grup online shop minimal sebanyak 2 grup yang ada didalam Blackberry Messenger masing-masing siswa.
3. Sering berbelanja secara online lewat Blackberry Messenger , yang frekuensi membeli online nya telah lebih dari 3 kali berbelanja online dalam abad waktu 1 bulan.
Dalam observasi ini diperoleh sebanyak 37 siswa dan siswi yang mempunyai Blackberry. Namun dalam kenyataan pada dikala observasi dijalankan dari 37 informan yang mempunyai Blackberry terdapat aneka macam macam sikap mereka dalam penggunaan Blackberry tersebut. Diantaranya dari 37 informan yang mempunyai Blackberry terdapat 7 diantaranya yang memakai Blackberry secara optimal. Kemudian 6 informan yang lain tidak begitu dapat memanfaatkan Blackberry dengan sebagaimana mestinya atau dapat dikatakan menggunakan Blackberry tidak memaksimalkan seluruh fitur yang ada pada Blackberry tersebut.
Sebanyak 24 informan yang lain yang memiliki Blackberry, tidak secara optimal memakai Blackberry. Hanya dalam tahap wajar dalam penggunaannya, contohnya mereka menggunakan Blackberry Messenger untuk berkomunikasi dengan sahabat-teman lingkungan sekolah dan keluarga. Kemudian fungsi terusan intenet didalam Blackberry juga mereka pakai untuk memperoleh info seputar proses mencar ilmu mereka. Terdapat grup online shop pada Blackberry Messenger mereka pun jumlahnya masih dalam jumlah yang wajar, hanya 1-3 grup online shop saja. Sampai pada tahap itulah penggunaan Blackberry oleh 24 infoman yang peneliti temukan dilokasi observasi.
Sementara dari seluruh responden yang ada yang sudah diterangkan diatas tadi, terdapat 6 orang informan yang tidak begitu aktif dalam penggunaan Blackberry. Informan ini menggunakan Blackberry Messenger hanya untuk berkomunikasi saja, tidak terdapat grup online shop didalam Blackberry Messenger mereka. Hanya terdapat grup sahabat-sobat sekelas yang umum dipakai untuk mengembangkan jadwal panduan belajar, atau pun tugas-peran sekolah yang diinformasikan oleh ketua kelas mereka melalui grup Blackberry Messenger.
Diantara seluruh responden, terdapat 7 orang informan , yang ditemukan info untuk menerangkan bagaimana efek penggunaan Blackberry Messanger kepada prilaku konsumtif sampaumur dalam membeli online di Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Samarinda. Salah satunya dapat dilihat dari frekuensi,durasi,dan atensi dari penggunaan Blackberry Messenger yang digunakan oleh siswa dan siswi SMK Negeri 1 Samarinda. Dari aneka macam macam pertimbangan siswa dan siswi wacana penggunaan Blackberry Messenger tersebut secara biasa siswa dan siswi SMK Negeri 1 Samarinda baiklah sejak menggunakan Blackberry Messanger mereka lebih tertarik untuk berbelanja online dan rata-rata terus melakukan proses belanja barang yang sama dengan proses online.
Komunikasi massa yang disuguhkan oleh media masssa lewat Blckberry Messenger mempunyai imbas atau imbas yang tidak bisa dibantahkan. Kita tertarik bukan terhadap apa yang kita kerjakan terhadap media massa namun terhadap apa yang dilaksanakan media kepada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita menggunakan Blackberry Messenger yang membuat lebih mudah kita untuk berkomunikasi, tetapi bagaimana Blackberry Messnger yang mampu membuat lebih mudah kita dalam berkomunikasi ini bisa memperbesar pengetahuan, mengganti sikap atau menggerakan perilaku kita. Seperti yang dinyatakan oleh Donald K. Robert (1997), ada yang berpendapat bahwa imbas hanyalah “perubahan sikap manuasia sesudah diterpa pesan media massa”.
Dalam observasi ini , perilaku konsumtif siswa dan siswi lah yang menjadi konsentrasi observasi. Bagaimana perilaku konsumtif mereka setelah memakai Blackberry Messenger. Jadi, perilaku konsumtif siswa dan siswi yang diteliti oleh peneliti ialah perilaku yang terbentuk dan dapat dilihat dari hasil memakai Blackberry Messnger secara rutin.
Kemudahan dalam membeli yang dikerjakan secara online, menjadi daya tarik sendiri bagi cukup umur ketika ini. Paket data dari Blackberry yang disediakan secara murah oleh provider-provider di Indonesia mengakibatkan remaja mampu menggunakannya secara gampang. Relatif murahnya pulsa yang digunakan untuk dapat berlangganan paket internet ini lah yang menjadi salah satu alasan sampaumur banyak terpesona belanja secara simpel lewat Blackberry dibandingkan belanja secara normal.
Didalam penghidangan data hasil penelitian dan pembahasan ini, peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan di Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Samarinda. Wawancara dikerjakan sesuai dengan kriteria responden yang telah ditetapkan sebelumnya adalah pada siswa dan siswi kelas 1 dan 2 Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Samarinda utamanya yang mempunyai Blackberry dan memakai Blackberry Messenger secara aktif.
Pembahasan sebelumnya telah menerangkan bahwa banyak faktor yang menimbulkan timbulnya sikap konsumtif sampaumur pada saat memakai Blackberry Messenger. Blackberry Messenger ialah suatu media baru dimana mampu mempermudah akil balig cukup akal dalam mendapatkan gosip apapun, serta menjadikan konsumsi dewasa pada suatu hal makin besar.
Hal ini tampakdari banyaknya siswa dan siswi yang berbelanja barang-barang secara online dibandingkan berbelanja barang seperti lazimnya sebelum mereka menggunakan Blackberry Messenger. Pembelian barang yang sama dalam jangka waktu yang akrab, pembelian barang yang sedang nge-isu terkini, serta berbelanja barang alasannya adalah gengsi semoga diakui dilingkungan mereka juga ialah indikasi makin meningkatnya perilaku konsumtif pada diri dewasa yang dalam hal ini yaitu siswa dan siswi SMK Negeri 1 Samarinda.
Setidaknya ada beberapa imbas negatif yang ditunjukan dari media umum mirip penggunaan Blackberry Messenger ini. Salah satunya adalah, seseorang akan memiliki dunianya sendiri , sehingga tidak sedikit dari mereka tidak acuh lagi pada lingkungan sekitarnya apabila sedang menggunakan/mengakses media tersebut.
Hal ini sesuai dengan teori persamaan media yang peneliti gunakan, teori ini menyebutkan bahwa mengapa orang-orang secara otomatis menyikapi apa yang dikomunikasikan media seperti media sebagai insan. Dengan demikian, berdasarkan asumsi teori ini, media diibaratkan insan sebagai lawan bicara. Media bisa menjadi lawan bicara mirip dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam suasana tertentu.
Misalnya saat berbicara pada handphone, saat kita membaca,menyaksikan gambar, dan membalas pesan pada Blackberry Messenger kita dengan menganggap Blackberry Messenger itu sebagai manusia.
Menurut hasil penelitian, sebagian besar perilaku konsumtif siswa dan siswi Sekolah Menengah kejuruan.N 1 Samarinda dalam berbelanja secara online semakin meningkat sehabis mereka menggunakan Blackberry Messenger. Mereka tidak sadar bahwa seringnya penggunaan online shop pada grup Blackberry Messenger mereka menimbulkan semakin borosnya mereka dalam hal membeli.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa dampak penggunaan Blackberry Messenger kepada perilaku siswa siswi Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Samarinda dapat dilihat dari pengaruh atau efek media massa sendiri , diantaranya yaitu:
1. Efek kognitif
Penelitian ini memperlihatkan efek kognitif kepada pengguna Blackberry Messenger sebab sebelum mereka mengenal adanya Blackberry sebagai ponsel pintar yang bisa memberikan fungsi internet secara utuh pada setiap penggunanya, mereka belum bisa memperoleh berita tentang apapun dengan cepat dan efisien. Selanjutnya sehabis mereka mengenal Blackberry , maka ketika itu lah mereka bisa berkomunikasi dengan optimal apalagi lagi dikala didalam internet timbul belanja online yang mengakibatkan para pengguna Blackberry bisa melakukan transaksi lewat cara online. Artinya disini bahwa efek kognitif dari penelitian ini adalah Blackberry mampu memberikan pengetahuan gres bagi pengguna handphone Blackberry tersebut.
2. Efek afektif
Penelitian ini menawarkan efek afektif pula bagi setiap pengguna Blackberry Messenger , alasannya peneliti sesudah memakai Blackberry Messenger untuk membeli online mereka menjadi senang, dan merasa puas.
3. Efek konatif
Efek konatif ini tidak dapat pribadi mampu dilihat dari terpaan media massa dalam hal ini yaitu penggunaan Blackberry Messenger melainkan mesti setelah melalui kognitif dan afektif apalagi dulu. Karena konatif adalah selaku bentuk perilaku selesai yang ditimbulkan dari si pengguna Blackberry Messenger, seperti saat mereka sekali membeli secara online mereka akan terus merasa ketagihan untuk terus membeli online lagi, kemudia mereka para siswa siswi menjadi lebih konsumtif dengan berbagai indikasi sikap konsumtif yang telah dipaparkan pada hasil penelitian diatas. Efek konatif juga merupakan dimensi dimana mampu dilihat niat para pengguna Blackberry mulai dari mereka permulaan menggunakan dan pada kesudahannya mereka menjadi lebih konsumtif daripada sebelum mereka memakai Blackberry.