Khalifah Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengambil shuhuf dari A’isyah selaku perbandingan dengan shuhuf yang telah disusun oleh panitia yang sudah dibuat Utsman, dan melaksanakan pengoreksian terhadap kesalahan-keslaahan yang ada pada mushaf yang dipegang oleh panitia.
Khalifah Utsman juga melaksanakan verifikasi dengan shuhuf resmi yang semenjak semula ada pada Hafsah guna melaksanakan verifikasi dengan mushaf yang dia pegang.
Seseorang mampu jadi keheran-heranan mengapa Khalifah ‘Utsman bersusah payah mengumpulkan nashkah tersendiri, sedang akibatnya juga ketimbang shuhuf yang ada pada Hafsah.
Alasan yang paling mendekati kemungkinan, barangkali sekedar upaya simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk berperang melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di daerah yang lain, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi suhuf.
Untuk menarik lebih banyak kompilasi bahan-materi tulisan, nashkah Utsman tersendiri (independen) memberi kesempatan terhadap sahabat yang masih hidup untuk melakukan perjuangan yang penting ini.
Dalam informasi di atas, tidak terdapat inkonsistensi di antara shuhuf dan mushaf tersendiri, dan dari kesimpulan yang luas ini terdapat:
Pertama, semenjak awal teks Al-Qur’an ini sudah benar-benar kukuh sampai abad ketiga.
Kedua metodologi yang dipakai dalam kompilasi Al-Qur’an pada zaman kedua pemerintahan sangat sempurna dan akurat.
Setelah nashkah mushaf tersebut simpulan dibuat, maka disebarkan dan dibentuk menjadi beberapa duplikat dan dikirimkan ke beberapa tempat. Maka tak perlu lagi ada fragmentasi goresan pena Al-Qur’an yang bergulir di tangan orang-orang. Oleh alasannya adalah itu semua belahan tulisan (fragmentasi) Al-Qur’an telah dibakar.
Mus’ab bin Sa’d menyatakan bahwa masyarakat telah menerima keputusan Utsman, setidaknya tidak mendengar kata-kata keberatan.
Riwayat lain mengukuhkan akad ini, termasuk Ali bin Abi Thalib berkata,”Demi Allah, ia tidak melakukan apa-apa dengan pecahan-pecahan (mushaf) kecuali dengan kesepakatan kami semua (tak ada seorang pun diantara kami yang membantah)”.
Di dalam melaksanakan pengumpulan tujuan utama Utsman adalah ingin menutup semua celah-celah perbedaan dalam bacaan Al-Qur’an dengan mengantarmushaf atau mengirim sekalian dengan pembacanya.dan juga dengan dua perintah:
1) Agar membakar semua mushaf milik pribadi yang berlawanan dengan mushaf milikya harus dibakar.
2) Agar tidak membaca sesuatu yang berlawanan dengan mushaf Utsmani.
Oleh alasannya itu adanya kesatuan secara total yang ada teks Al-Qur’an di seluruh dunia selama empat belas kala, di berbagai kawasan dengan warna-warni yang ada, merupakan bukti keberhasilan Utsman yang tak mungkin tersaingi oleh siapa pun dalam menyatukan umat Islam dalam satu teks.