Hari Kiamat Manusia diuji dengan 4 Hal Paling Menakutkan !
Sejak manusia pertama turun ke paras bumi ini, hingga ketika ini bahkan hingga hari akhir zaman nanti manusia cuma di uji oleh 4 hal yang dengannya seluruh orang beriman bertekuk lutut mengalah terhadap Allah yang maha gagah perkasa.
Yang pertama ialah jarak yang memisahkan antara hamba dengan Rabbnya. 7 lapis langit yang tidak mungkin bisa dicapai dengan teknologi apapun, bahkan seandainya jin dan manusia berkolaborasi sekalipun!
Jarak yang jauh ini lalu jadi dekat dikala insan beriman dengan kabar yang turun dari langit, terhadap Nabi terakhir. Sholallahu alaiyhi wa sallam. Kemudian mereka mengasihi dan mentaatinya, mengikuti setiap ucapan, perintah dan meneladani apapun yang ia kerjakan.
Kedua, syaitan dari bangsa jin dan manusia yang cemburu kepada orang beriman. Mahluk-mahluk durhaka yang menghipnotis jiwa orang beriman dengan sihirnya. Baik sihir hitam dari bangsa jin ataupun sihir dunia yang menarik..
Ketiga, dunia yang manis. Allah ta’ala menyebutnya didalam al Quran dengan 9 hal; ayah, anak, saudara, istri-istri, keluarga, harta, pekerjaan, rumah dan kendaraan. Manusia sibuk dengan hal-hal yang kelak akan beliau lewati dan hancur ini, sampai lalai terhadap kehidupan selanjutnya yang awet abadi tiada final!
Yang terakhir adalah An Nafs, nafsu, syahwat, keinginan-keinginan, perasaan, emosi, obsesi jiwa, keinginan yang tak ada habisnya. Sebuah energi dahsyat yang menggerakkan insan untuk hidup dan menghidupi al hayaat ad dunya ini.
An Nafs atau nufus dalam bahasa indonesia disebut nafas atau nafsu, juga disebut syahwat. Secara resmi disebut ‘jiwa’, dalam bahasa ingris disebut ‘soul’, yunani disebut pshyche atau turunannya dalam bahasa indonesia disebut psikis.
Kondisi psikis, kondisi jiwa, cita-cita jiwa, nafsu syahwat insan, perasaan ingin dalam dada manusia cuma ada 4 juga. Menakjubkan. Yakni impian untuk makan (syahwat perut), keinginan untuk menikah (syahwat dikemaluannya), syahwat harta (untuk bertahan hidup) dan syahwat kekuasan (syahwat ingin jadi raja) yang hendak menerima 4 kenikmatan ini sekaligus.
Ada manusia yang selama hidupnya hanya diuji dengan syahwat yang pertama, beliau cuma mempertimbangkan hal sederhana siang dan malamnya ialah bagaimana caranya untuk makan.
Ada yang telah naik level, beliau berfikir bagaimana untuk menikah dan menikah lagi. Otaknya berfikir bagaimana membuat puas syahwat dibawah perutnya ini.
Ada yang lebih jauh lagi, Allah uji beliau dengan harta. Kemewahan dunia mulai menyapa dan menguras fikirannya. Bagaimana jikalau perbendaharaan dunia ini ada didalam genggaman tangannya selamanya.
Dan terakhir, Allah akan uji insan dengan syahwat sang raja. Dari mulai ingin di layani, di hargai, dita’ati hingga ditakuti manusia lain disekitarnya. Awalnya dirumah, dilingkungan, di wilayahnya, hingga di negara ini. Scoup nasional atau bila perlu, global!
Tidak ada satupun manusia yang lepas dari rantai ujian!
Sejak kecil, bahkan detik-detik kelahirannya di planet bumi ini insan telah diuji dengan syahwat haus dan lapar. Lalu sang bunda menawarkan air susu yang hangat, dan ia pun mereguknya dengan semangat.
Saat insan lahir kedunia, pelajaran pertama yang ia dapatkan yaitu bagaimana cara untuk menangis. Dan selanjutnya, disisa kehidupannya beliau kemudian akan berguru bagaimana untuk tersenyum dikala dunia memaksanya untuk menangis!
Manusi yang lemah ini Allah ajari untuk menangis, melepaskan kesulitan didadanya. Lalu kasihsayang ibu menyambutnya, ia pun tertawa dan senang; tujuan hidupnya cuma makan. Jajanan dan mainan yang banyak. Kita sudah lalui itu semua.
Tantangannya sederhana, pelajarannya pun hanya dua bagian; halal atau haram. Jika ia bisa, berani memilih cuma yang halal maka cobaan final. Maka ia kondusif dari godaan dunia..
Kemudian kita menjadi cukup umur, mulai ujian kedua. Mulai menggemari sesosok mahluk lembut yang menyerupai ibunya, hal yang tidak pernah ada sebelumnya datang-tiba timbul. Ia bersyahwat kepada musuh jenisnya.
Ujian tidak hanya lapar dan dahaga, namun gejolak dada yang luarbiasa. Mendung mulai turun, gerimis dan hujan deras. Demi Allah, disini manusia mampu hanyut berkali-kali jikalau beliau tidak segera bangkit dan kembali berguru ihwal arah hidup bantu-membantu.
Setelah badai berlalu, kemudian kita berguru membangun bahtera untuk berlayar; bareng jiwa yang searah. Layar pun terkembang, perlahan mengarungi samudra kehidupan dunia, meninggalkan pantai yang indah mencari mutiara pesan yang tersirat kehidupan yang sesungguhnya.
Lalu manusia beranjak remaja, dia mencar ilmu merelakan keindahan kurun sampaumur kolam pantai yang indah yang miliki segalanya; pasir putih, ikan-ikan kecil, nyiur melambai, terumbu karang dan warnanya yang biru kehijau-hijauan..
Perahu pun makin jauh ketengah lautan, ceritapun berlanjut tak seindah hayalan. Gelombang tinggi, angin puting-beliung, ikan-ikan ganas, dan kenyataan akan gelapnya dasar samudra. Sementara untuk bertahan kita perlu masakan, dan ikan-ikan besar hanya ada didasar lautan!
Diusia kematangan, insan akan mendapati betapa Allah memadai rezeki setiap mahluknya. Namun ujian terakhir dihadapan; syahwat untuk jadi sang raja. Penguasa lautan..
Itulah kehidupan, cuma dalam gelaplah manusia akan berhenti sejenak. Berfikir lagi tentang simpulan dari kehidupan dunia ini. Yakni pelabuhan kawasan semua perahu kehidupan bersandar di keabadian.
Saudaraku sekalian, mungkin usia kita di dunia ini berlawanan namun kita sepakat bahwa dipagi yang kesekian ini kita mendapati diri kita sudah remaja. Allah bersamakan kita untuk saling mendewasakan!
Kaprikornus, terimakasih sudah hadir. Menemani perahu kami. Mewarnai cerita perjalanan singkat yang tak akan pernah terulang ini. Perjalanan yang kelak akan kita kenang selaku roman, satu kisah lengkap wacana kehidupan dunia.
Kelak diakhirat, dipelabuhan itu. Kita semua akan terkejut, seperti gres saja terbangun dari mimpi yang panjang. Dan kita berharap kembali lagi kesini. Kepermukaan bumi ini.
Kaprikornus selama kita diruang mimpi bernama dunia ini, jadilah sahabat yang baik. Jangan engkau mencela cobaan yang saudaramu ini hadapi. Sungguh setiap jiwa itu diuji. Disetiap level kedalaman samudra yang beliau tinggalkan.