Daftar Isi
Konsep Dasar dan Metode Penelitian Sosiologi
Dalam kehidupan kita terdapat beragam gejala sosial yang menarik untuk dicermati. Tawuran antarpelajar yang terjadi di kota besar, contohnya. Pernahkah kalian melihat langsung tawuran antarpelajar tersebut? Bagaimana suasana yang muncul dikala tawuran? Bagaimana perasaan kalian? Apakah kerugian yang ditimbulkan? Mengapa terjadi tawuran antarpelajar?
Pertanyaan semacam itu menuntut kalian untuk mencari jawabnya.
Bagaimana cara menemukan balasan dari pertanyaan itu? Untuk memahami duduk perkara sosial, kalian perlu memahami beberapa konsep dasar dalam metode ilmu pengetahuan sosial.
Konsep Dasar dalam Metode Ilmu Penelitian Sosiologi
Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek kajian. Objek kajian ilmu pengetahuan biasanya dibatasi oleh definisi yang diajukan oleh ilmu pengetahuan tersebut. Misalnya, definisi sosiologi berdasarkan Peter L. Berger dalam Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999). Dia mengatakan bahwa sosiologi membahas kekerabatan antara individu dengan individu, individu dengan kalangan, dan kelompok dengan golongan. Dari definisi di atas, kalian mampu membatasi objek kajian pada tiga contoh hubungan tersebut.
Para ilmuwan membuatkan desain dan sistem guna mengkaji objek sosiologi. Konsep berkhasiat untuk menolong seseorang memahami objek yang dikaji. Konsep ialah pemahaman yang menunjuk pada sesuatu. Misalnya, desain tentang pelajar sekolah menengah atas atau desain tentang solidaritas.
Sedangkan metode ialah cara-cara kerja untuk mampu mengerti objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metodologi ilmu wawasan sosial diartikan selaku wawasan ihwal berbagai cara kerja yang diubahsuaikan dengan objek ilmu yang bersangkutan.
Sekarang, kita mencoba mengupas persoalan tawuran pelajar menurut beberapa konsep dasar dalam ilmu wawasan sosial.
a. Kenyataan
Berbagai peristiwa mampu kita lihat pada dikala terjadinya tawuran antarpelajar. Coba kalian ingat kembali. Bus kota yang ditumpangi pelajar sekolah A dicegat dan dilempari kerikil oleh pelajar sekolah B. Beberapa pelajar sekolah A yang ada di dalam bus cemas. Beberapa pelajar sekolah A menyelinap turun, tetapi dikejar pelajar sekolah B. Kedua kalangan pelajar saling tawuran. Ada yang menjinjing kayu, besi, pisau, dan batu. Warga yang menyaksikan kejadian itu tidak bergerak untuk mencegah tawuran. Semua itu mampu disaksikan melalui panca indra. Peristiwa yang dapat dibuktikan oleh orang lain disebut kenyataan.
b. Informasi
Jika mendengar kata info, memori kita akan mengaitkannya dengan media massa. Melalui media massa, kita dapat mengenali hal-hal yang terjadi di kawasan lain. Kita tidak harus mengalaminya sendiri. Untuk memahami terjadinya tawuran pelajar, kalian bisa menyimak berita tentang tawuran pelajar lewat koran atau televisi. Untuk membangun opini wacana tawuran pelajar, kalian dapat menukilnya dari diskusi wacana tawuran pelajar di media massa. Itulah isu, suatu informasi, kabar, atau informasidari orang lain. Dengan adanya info, manusia mengenali realita di dunia ini, sehingga insan menyadari realita tersebut memang sungguh-sungguh ada.
c. Fakta
Fakta berlawanan dengan wangsit. Fakta merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu gejala tertentu yang ditangkap oleh indra manusia dalam kerangka pedoman tertentu, dan dapat diuji kebenarannya secara empiris. Dari satu realita dapat lahir aneka macam fakta. Hal ini disebabkan karena perbedaan kerangka aliran para pengamat. Umpamanya, seorang sosiolog dan seorang rohaniwan memperhatikan tawuran pelajar. Mereka akan mempunyai fakta yang berbeda dari hal yang sama. Rohaniwan akan menganggap tawuran sebagai tipisnya keimanan pelaku tawuran. Pelajar yang terlibat tawuran dinilai tidak memiliki rasa cinta kasih terhadap sesama. Sedangkan sosiolog menganggap tawuran selaku gagalnya sosialisasi dalam keluarga. Mungkin juga pelaku dipicu oleh keadaan keluarga yang berantakan (broken home). Dapatkah kalian memperlihatkan teladan lain?
d. Data
Data adalah insiden-kejadian khas yang dinyatakan sebagai fakta dalam wujud hasil pengukuran. Data disebut insiden khas sebab kenyataan-kenyataan murni berbentukfakta harus diseleksi berdasar tujuan si peneliti. Kalau kalian berniat mengenali motivasi pelajar yang terlibat dalam tawuran, kalian sebaiknya tidak akan menghimpun data wacana jumlah anggota keluarga pelaku. Data dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni:
1) Data kuantitatif, yakni data yang mampu dinyatakan dengan angka-angka. Misalnya, data jumlah masalah tawuran pelajar, jumlah korban luka-luka dalam tawuran, jumlah korban meninggal.
2) Data kualitatif, yakni data yang tidak mampu dinyatakan dengan angka. Misalnya, data tingkat keakraban pelaku dengan anggota keluarganya, tingkat pemahaman siswa tentang tawuran antarpelajar.
e. Masalah
Kapan problem muncul dalam kehidupan kita? Sebagai ilustrasi, ketika mendapatkan hasil ulangan harian, kalian merasa kaget sebab nilai yang diperoleh jauh dari impian. Pada ketika itulah problem muncul. Mengapa disebut masalah? Hasil ulangan itu realitas. Keinginan mendapat nilai anggun itu impian. Maka dilema timbul sebab realitas jauh dari keinginan. Nah, setiap persoalan menuntut kita untuk mencari alternatif pemecahannya. Masalah sosial yang kita teliti semestinya mempunyai komponen-bagian, seperti problem itu memiliki arti penting, faedah, dan kongkret. Oleh karena itu, memilih persoalan yang akan diteliti dalam sosiologi harus dibarengi pula dengan persepsi kritis dan selektif.
Rumusan dilema dalam masalah tawuran pelajar dapat berbentukpertanyaan atau pernyataan. Contoh rumusan problem berupa pertanyaan:
1) Mengapa terjadi tawuran pelajar?
2) Apakah motivasi pelajar terlibat dalam tawuran pelajar?
3) Bagaimana cara menghalangi tawuran pelajar?
Sedangkan contoh rumusan duduk perkara berbentuk pernyataan:
1) Keluarga tidak harmonis mendorong pelajar terlibat dalam tawuran.
2) Tawuran pelajar menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat.
f. Asumsi
Asumsi yaitu asumsi dasar atau prasangka awal. Pada biasanya, asumsi dikembangkan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti sebelumnya. Asumsi tidak didasarkan pada kenyataan atau fakta yang diamatinya. Jika seorang ilmuwan akan meneliti sebuah topik, terlebih dulu dia mengembangkan asumsiasumsi wacana topik yang sedang diteliti.
Contohnya, kalian ingin meneliti penyebab siswa terlibat tawuran pelajar. Sebelum mulai mengumpulkan data, kalian mesti memiliki asumsi perihal tawuran pelajar. Misalnya, kalian menduga penyebab siswa terlibat tawuran pelajar alasannya ingin memberikan rasa kesetiakawanan kepada sobat. Atau mungkin, alasannya adalah ingin mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Semua asumsi itu akan menuntun kalian dalam mencari faktafakta yang sempurna. Asumsi yang dikemukakan peneliti tidak selamanya benar. Asumsi penelitian dibuktikan kebenarannya berdasar fakta yang ditemui peneliti.
g. Hipotesis
Pengertian hipotesis yaitu kesimpulan permulaan yang mesti dibuktikan kebenarannya. Hipotesis mampu juga diartikan selaku sebuah kesimpulan yang belum selesai dan dianggap memiliki peluang besar untuk menjadi benar. Umumnya sebuah pernyataan dianggap sebuah hipotesis bila memberi kesan belum tentu, boleh jadi, kemungkinan, dan tidak selamanya. Misalnya, semua siswa yang terlibat tawuran ialah bawah umur terbelakang. Demikian pula hipotesis yang menyampaikan bahwa siswa terlibat tawuran pelajar karena ingin menawarkan rasa kesetiakawanan pada sobat.
Ciri-ciri hipotesis yang bagus yaitu:
1) ruang lingkupnya terbatas,
2) sesuai dengan fakta-fakta yang dimengerti,
3) mampu diuji kebenarannya,
4) dinyatakan secara sederhana, serta
5) menggunakan variabel-variabel yang tegas.
Hipotesis diperoleh dengan menjabarkan perkiraan. Membuktikan benar atau salah suatu hipotesis dikerjakan lewat analisis secara cermat terhadap data-data yang terkumpul.
h. Bukti
Bukti merupakan kenyataan atau gejala sosial yang cukup untuk menunjukkan sesuatu hal. Wujud bukti berbentukdata atau fakta yang berhubungan dengan problem yang hendak dibuktikan. Namun, teknik dan tata cara penelitian yang tidak sempurna mampu menyebabkan kegagalan mendapatkan bukti yang akurat. Dalam penelitian tentang tawuran pelajar, kalian mungkin memperoleh bukti-bukti bahwa ada siswa yang terlibat tawuran alasannya ia merasa dendam dengan siswa sekolah lain. Mungkin juga kalian akan mendapatkan bukti bahwa ada siswa yang terlibat tawuran sebab merasa tersinggung dengan perilaku siswa sekolah lain, atau ada siswa yang terlibat tawuran alasannya adalah dipaksa membela teman yang lain.
i. Generalisasi
Generalisasi adalah proses mendapatkan sebuah kesimpulan umum. Kesimpulan lazim diperoleh seseorang sebab berbagai pengalaman atau hasil pengamatan yang beberapa kali. Misalnya, pada tawuran pelajar di kawasan A, polisi sukses mendapatkan barang bukti berupa aneka senjata tajam, seperti pisau, badik, dan roda bergerigi yang dibawa para pelaku. Pada kasus tawuran yang terjadi di wilayah B dan C, polisi berhasil menguras aneka macam senjata tajam dari pelaku. Dari tiga masalah yang diperhatikan, peneliti menyimpulkan bahwa pelaku tawuran menggunakan senjata tajam untuk melaksanakan penyerangan atau perlawanan.
Suatu generalisasi tidak selamanya benar. Tidak jarang generalisasi menjadi salah alasannya adalah pengambilan kesimpulan yang tergesa-gesa. Sering hanya dengan menyaksikan satu karena saja peneliti langsung mempesona kesimpulan. Misalnya, seorang peneliti meneliti sepuluh perkara tawuran pelajar. Dia memperoleh adanya beberapa siswa dari SMA Harapan Jaya yang terlibat tiga kasus tawuran.
1) Erik, siswa Sekolah Menengan Atas Harapan Jaya terlibat tawuran dengan Sekolah Menengan Atas Giridharma.
2) Wimbi, siswa SMA Harapan Jaya, terlibat tawuran dengan Sekolah Menengan Atas Satu Nusa.
3) Sammy, siswa SMA Harapan Jaya, terlibat tawuran dengan Sekolah Menengan Atas Putra Luhur.
Peneliti lalu menyimpulkan bahwa semua siswa Sekolah Menengan Atas Harapan Jaya terlibat perkara tawuran pelajar. Generalisasi ini terang keliru alasannya pada kenyataannya tidak semua siswa Sekolah Menengan Atas Harapan Jaya terlibat tawuran pelajar. Generalisasi seperti ini disebut hasty generalization.
j. Teori
Teori yaitu prinsip-prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk rumus atau aturan yang berlaku lazim, dapat menerangkan hakikat suatu tanda-tanda, hakikat hubungan sebuah tanda-tanda, hakikat hubungan antara dua tanda-tanda atau lebih, relevan dengan kenyataan yang ada dan operasional, alat untuk memperjelas, mampu diverifikasi atau dibuktikan, serta berkhasiat dalam meramalkan sebuah kejadian.
Teori berfungsi sebagai berikut.
1) Menyimpulkan generalisasi dan fakta-fakta hasil observasi.
2) Memberi kerangka orientasi untuk analisis dan pembagian terstruktur mengenai fakta-fakta yang diperoleh.
3) Memberi ramalan kepada gejala-gejala gres yang mau terjadi.
4) Mengisi lowongan-lowongan dalam wawasan perihal gejala-tanda-tanda yang sudah atau sedang terjadi.
k. Proposisi
Menurut bahasa, proposisi yaitu ungkapan yang dapat diandalkan, diragukan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Proposisi dianggap benar, bila ada fakta yang menandakan kebenarannya. Dalam ilmu sosial, realitas sosial umumnya dideskripsikan selaku relasi antara dua konsep. Hubungan yang logis antara dua konsep disebut juga proposisi. Contoh proposisi misalnya, keberhasilan prestasi berguru para siswa Sekolah Menengan Atas ditentukan oleh keadaan keluarga para siswa; kegemaran siswa dalam membaca dapat mengembangkan prestasi belajarnya; model kampanye dengan mengerahkan massa atau penunjang menunjukkan belum cerdasnya masyarakat.
l. Hukum
Hukum atau postulat ialah sebuah pernyataan yang tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya sehingga tidak perlu diuji dalam suatu penelitian. Hukum disebut juga dalil atau aksioma. Contoh paling sederhana dapat kita lihat dengan terang pada ilmu wawasan alam atau matematika.
Misalnya 1 + 1 = 2. Namun dalam ilmu sosial, sulit didapatkan pernyataan hingga pada tingkat postulat. Hal ini disebabkan alasannya asas sebab akibat dalam gejala sosial tidak semata-mata disebabkan oleh satu aspek, melainkan oleh banyak aspek. Apalagi kehidupan sosial bersifat dinamis sehingga susah membuat sebuah postulat yang bersifat mutlak.