Setelah masa efisiensi pada tahun 1950an dan 1960an, kurun kualitas pada tahun 1970an dan 1980an,serta kelonggaran dalam tahun 1980an dan 1990an, maka kini hidup dalam kurun penemuan (Janszen,2000). Era inovasi ini muncul sebab suasana bisnis ketika ini dipengaruhi oleh banyak sekali pergantian yang berjalan cepat dan sukar diramalkan, pergeseran pergantian tersebut terutama disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi berita, terjadinya globalisasi, serta demokratisasi (Business Week,2001:Garvin,2000;Schiro 2000). Disektor pemerintah, permintaan terhadap pelayanan publik dan transparansi menjadi suatu hal yang tak dapat disingkirkan (Schiro,2000), oleh karena itu organisasi mesti terus menerus mencari cara untuk membuat dan mewujudkan nilai (value) lewat inovasi (Janszen,2000 ; Yoffie,1997).
Istilah penemuan telah didefinisikan oleh Josepth Schumpeter selaku : komersialisasi semua kombinasi yang didasari oleh pemanfaatan (1) materi dan unsur baru, (2) proses gres, (3) pasar gres, dan (4) bentuk organisasi baru (Janszen,2000). Dengan kata lain, berdasarkan definisi ini,penemuan ialah komposit dari kedua bidang ,ialah bidang teknis dan bidang bisnis. Bila hanya melibatkan teknologi, maka Schumpeter menamakannya invensi (invention), begitu bidang bisnis dilibatkan, maka muncul inovasi
(innovation).
Berbagai acuan mendukung adanya indikasi bahwa penemuan menjadi indicator adanya proses penciptaaan pengetahuan baru di organisasi. Nonaka dan Takeuchi (1995) mengemukakan bahwa penciptaan pengetahuan ialah esensi dari penemuan :
“organizational knowledge creation is the key to the distinctive ways of Japanese companies innovate. They are especially good at bringing about innovation continuously, incrementally and spirally”.
Fungsi Pengetahuan
Pengetahuan didefinikasikan selaku , “a fluid mix of framed experience, contextual information, values and expert insight that provides a framework for evaluating and incorporating new experiences and information” oleh Davenport dan Prusak (1998). Dari definisi tersebut dapat ditarik dua hal yaitu:
Adanya isi: ” a fluid mix of framed experience, contextual information, values and expert insight”. Ini mencakup sejumlah hal yang kita miliki, seperti pengalaman, keyakinan, nilai-nilai, bagaimana kita mencicipi, motivasi, dan berita .
Menggambarkan fungsi atau tujuan wawasan, ” that provides a framework for evaluating and incorporating new experiences and information”. Hal ini sejalan dengan definisi pengetahuan yang diungkapkan John Locke (1689) yaitu “knowledge is the perception of the egreement or disagreement of two ideas”.
Kaprikornus setiap kita mempunyai sebuah kerangka (pemikiran pertama) yang kita gunakan untuk menganalisa pengalaman gres (ide kedua ).
Fungsi Pengetahuan oleh Achterbergh dan Vriens (2002) mempunyai dua bagian utama yakni:
- Pengetahuan menyuguhkan semacam dasar untuk isyarat evaluasi, yang pada gilirannya, memungkinkan untuk melakukan tindakan .
- Peran pengetahuan dalam menciptakan langkah-langkah yang tepat yaitu bahwa wawasan menyajikan dasar untuk memberikan langkah-langkah yang memungkinkan, mempertimbangkan apakah tindakan yang cocok dengan hasil yang dibutuhkan, menggunakan pertimbangan tersebut dalam menentukan, untuk memutuskan bagaimana tindakan mesti dimplementasikan dan untuk sungguh-sungguh mengimplementasikan langkah-langkah tersebut
Merebaknya fenomena administrasi wawasan merupakan kritik pribadi kesalah pahaman karena ‘wawasan” tidak diartikan sebagai benda mati, sebagaimana kalimat berikut ini ihwal “pengetahuan”:
“The potentiality of values as it exists in various components or flows of overall “capital” in a firm, the relationships and synergistic modulations that can augment the value of that capital, and the application of its potential to real business tasks…(it) in – cludes an organization’s unrefined knowledge assets as well as wealth generating assets whose main component is knowledge” (Society of Management Accountants of Canada,1999).
Potensi nilai yang ada pada mengembangkan bagian atau proses (ajaran) keseluruhan “modal” dalam sebuah perusahaan, antar korelasi dan penyesuian-penyesuian sinergis yang bisa memajukan nilai modal tersebut, dan penerapan potensi tersebut pada peran-tugas bisnis yang bahwasanya… (ini) mencakup pula modal pengetahuan organisasi yang belum diolah, dan modal yang mendatangkan laba dan yang unsur terutama yaitu wawasan.
Definisi di atas mengandung aktifitas dan dinamika serta penerapan wawasan kepada tugas-tugas yang bekerjsama, bukan sesuatu yang membisu. Beberapa penulis, contohnya Malhotra (2000) mengingatkan bahwa dinamika penerapan pengetahuan dikala ini ialah konsekuensi logis dari kehidupan organisasi yang mesti senantiasa menyiapkan respon terhadap lingkungan yang bercirikan dua hal ialah:
• Kerumitan atau kompleksitas, disebabkan oleh peningkatan jumlah, keanekaragaman dan saling ketergantungan antara banyak sekali entitas di dalam lingkungan suatu organisasi.
• Gejolak lingkungan atau turbulensi, ditentukan oleh kian cepatnya siklus (
cycle-time) dari setiap peristiwa atau kejadian.
Kompleksitas dan gejolak lingkungan, serta tingkat pertumbuhan absolut keduanya, akan sungguh meningkat dimasa mendatang. Dalam kondisi mirip ini, berdasarkan Malhotra, banyak organisasi mempunyai sistem informasi yang kebanyakan menggunakan model manajemen gosip untuk kebutuhan :
• mengupayakan semoga pangkalan data pengetahuan dan para pemiliknya secara terus menerus disesuaikan dengan pergeseran lingkungan eksternal.
• memberitahu para pegawai atau anggota organisasi perihal perubahan-pergantian terakhir, baik dalam produk maupun mekanisme untuk menciptakan sebuah produk.
Prinsip-prinsip Manajemen Pengetahuan (MP)
Prinsip-prinsip didalam Manajemen Pengetahuan disebut tacit dan eksplisit.
- Pengetahuan Tacit / Tacit Knowledge: yaitu wawasan yang bersifat tak terlihat, tak mampu diraba kecuali disampaikan (eksplisit) .
Jenis wawasan tacit :
- Tacit yang ada di dalam masing-masing orang, pribadi-langsung, bersifat unik, tidak tertulis, tapi diketahui .
- Tacit yang ada di dalam sekelompok orang.
Yaitu wawasan yang dimiliki bareng oleh sekelompok orang tetapi sifatnya masih tidak terlihat dan ada di dalam asumsi golongan itu . Contoh yang kerap dipakai ialah orang bermain bola, mereka saling mengoper secara refleks tanpa komunikasi yang bisa dilihat bentuknya . Ini terjadi alasannya adalah diantara mereka ada pengetahuan yang sifatnya tidak tertulis . Pengetahuan tacit semacam ini sebanarnya banyak dimiliki oleh penduduk , yang disebut pengetahuan yang tertanam di dalam hubungan antar manusia.
Dan wawasan seperti ini umumnya disebut trust atau keyakinan. Saling yakin dan solider menjadi bab dari wawasan . Paradigma lama berpikir bahwa wawasan tidak ada hubungannya dengan solidaritas dan norma-norma . Tapi sekarang kian terbukti bahwa relasi itu ada .
2. Pengetahuan Eksplisit.
Jika wawasan yang sifatnya tacit ini kemudian dikeluarkan, ditulis atau direkam, maka sifatnya lantas menjadi eksplisit . Bentuk wawasan eksplicit ini berupa :
- Bentuk eksplisit yang dimiliki secara langsung. Biasanya dalam bentuk catatan, buku harian, alamat teman, fotokopi dan segala bentuk eksplisit yang disimpan perorangan secara langsung .
- Bentuk eksplisit yang digunakan bahu-membahu oleh sekelompok orang dalam bentuk goresan pena tangan sampai internet. Dengan kata lain wawasan eksplisit yang di-share atau dibagikan supaya mampu dikses oleh banyak pihak. Dwi Laksono