AWAL BERDIRINYA DAULAH UTSMANI
Orang-orang Utsmani berasal dari keturunan kabilah Turkeministan. Pada permulaan era ke-7 H bertepatan abad ke 13 M mereka hidup di Kurdistan. Mereka berprofesi selaku pengembala. Akibat serangan orang-orang Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan ke Irak dan kawasan timur Asia Kecil, maka pada abad 617 H (1220M) Sulaiaman, kakek dari Utsman, melakkan hijrah bersama kabilahnya dari Kurdistan ke Anatolia. Mereka lalu berdomisili di Kota Akhlath (Kota di sebelah timur Turki).
Setelah meninggalnya Sulaiman, putranya yang bernama Erthughrul menggantikan posisinya selaku pemimpin kabilah. Dia terus bergerak sampai mencapai barat lau Anatolia. Di perjalanan, ia menyaksikan pertempuran sengit antara kaum muslimin Saljuk dan orang-orang Katolik Romawi. Bersama Kabilahnya, dia lalu bergabung dengan kaum muslimin. Tindikannya ini dilakukan pada waktu yang sempurna sehingga menjadi sebab kemenangan orang-orang Saljuk.
Atas keberaniannya, Komandan pasukan Islam Saljuk memberi Erthugrul dan rombongannya sebidang tanah di wilayah barat Anatolia, erat dengan perbatasan Romawi. Dia juga menawarkan wewenang kepada mereka untuk memperluas daerahnya sampai ke daerah kekuasaan Romawi. Orang-orang Saljuk pun menerima sekutu berpengaruh dalam berjihad melawan Romawi. Maka, terjalinlah persahabatan dekat antara negara yang gres tumbuh ini dengan orang-orang Saljuk akibat adanya lawan bersama dalam keyakinan dan agama. Persahabatan ini terus berjalan selama kurun hidup Erthugrul yang wafat pada 699 H (1299 M).
Sepeninggalnya, putranya yang bernama Utsman mengambil alih posisinya sebagai pemimpin. Dia menempuh kebijakan politik yang telah dilakukan ayahnya dalam memperluas daerah sampai ke wilayah kekuasaan Romawi.
UTSMAN, PENDIRI DAULAH UTSMANI
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Utsman I mempunyai sifat-sifat mulia. Diantaranya yaitu pemberani, bijaksana, iklhas, sabar, mempunyai daya tarik keimanan, adil, menepati kesepakatan, melaksanakan penaklukan hanya sebab Allah SWT semata, serta mencintai ilmu dan para ulama. Atas dasar inilah Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah.
Kehidupan Utsman I, adalah jihad dan dakwah dan fi sabillah. Para ulama senantiasa berada di sekelilingnya. Mereka menawarkan hikmah dan kode mengenai penataan administrasi dan pelaksanaan peraturan dalam kekuasaan. Dan yang paling utama Usman berupaya memperkuat prajurit dan meningkatkan negrinya. terhadap raja-raja kecil dibentuk sebuah peraturan untuk menentukan salah satu dari tiga hal, yaitu masuk Islam, mengeluarkan uang Jizyah (pajak) atau berperang. Penerapan metode ini menjinjing hasil yang menggembirakan, ialah banyak raja-raja kecil yang tunduk terhadap Usman.
Sejarah menyebutkan terhadap kita mengenai wasiat Utsman terhadap putranya, Orkhan ketika berada di ranjang kematian. Wasiat ini mengandung makna peradaban dan manhaj syariah yang menjadi tutorial dalam pemerintahan Utsmani sepeninggalnya.
Sultan Orkhan Bin Utsman (726-761 H/ 1327-1360 M)
Orkhan diangkat menjadi pemimpin sepeninggal ayahnya, ia menempuh kebijakan mirip yang ditempuh oleh ayahnya dalam memerintah dan melaksanakan penaklukan-penaklukan negeri. Dia sungguh peduli untuk merealisasikan kabar besar hati dari Rasulullah saw, perihal akan ditaklukanya Konstatinopel. Dia menaruh langkah strategis untuk mengepung ibukota Byzantium dari sebelah barat dan timur dalam satu waktu.
Salah satu aktivitas paling penting yang berhubungan bersahabat dengan kehidupan Sulthan Orkhan yaitu pengoporasian prajurit Islam dan semangatnya untuk membentuk metode kemiliteraan Islam yang istimewa. Orkhan membagi tentara ke dalam beberapa unit berisikan sepuluh, ratusan orang bahkan ribuan orang, Tentara gres yang dibentuk oleh Orkhan diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan busana seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam. Orkhan mengkhususkan seperlima dari harta rampasan tugas untuk ongkos tentara itu. Orkhan menjdikan unit itu sebagai prajurit reguler. Sebelum pembentuka unit itu, serdadu cuma berkumpul pada waktu perang. Orkhan kemudian mendirikian pangkalan tersendiri agar tentara mampu berlatih dengan tepat.
Orkhan berusaha menguatkan pilar-pilar negaranya. Dia banyak melakukan karya perbaikan dan pembangunan, mengendalikan urusan admnistrasi, memperkuat militer, membangun masjid-masjid, dan mendirikan lembaga-lembaga ilmiah. Lembaga-lembaga itu dipimpin oleh para ulama dan pengajar terbaik. Mereka sangat dihormati oleh pemerintah.
SULTAN MURAD I BIN ORKHAN (761-791 H/ 1360-1389 M)
Sultan Murad I yaitu sosok yang sungguh pemberani, gemar berjihad, gemar memberi, dan bersungguh-sungguh melaksanakan agama, dia mengasihi peraturan dan selalu memegangnya dengan teguh, berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya, mencintai jihad, dan sering membangun masjid-masjid, sekolah-sekolah dan tempat-tempat berlindung.
Di sekelilingnya terdapat sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman dalam bidang militer. Dia selalu mengajak mereka untuk bermusyawarah. Dia juga sukses meluaskan daerahnya beliau Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan.
Ia menaklukkan Adrianopel (yang kemudian berubaha nama menjadi Edirne setelah ditaklukan dan dijadikan ibukota), yang lalu dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang gres serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh daerah bagian utara Yunani. Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Katolik Balkan meminta perlindungan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka pertempuran antara pasukan Islam dan Katolik Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki
Setelah kemenangan di Kosovo, Sulthan Murad I melakukan inspeksi di medan perang. Dia berkeliling di antara gugusan korban kaum muslimin yang terbunuhdan berdoa untuk kebaikan mereka. Pada dikala itulah seorang serdadu Serbia yang berpura-pura mati segera berlari ke arah Sultahn Murad I. para pengawal berhasil menagkapnya, akan namun tentara ini berpura mengatakan kepada Sulthan. Mendengar demikian, Sulthan menawarkan kode terhadap para pengawalnya untuk melepaskannya. Tentara serbia itu kemudian mencium tangan sultan dan dengan segera beliau mengeluarkan pisau beracun dan menikam sultan. Akhirnya Sultan Murad I mati syahid pada 15 Syaban 791 H.
SULTAN BAYAZID I BIN MURAD ( 791-805 H/ 1389-1402 M)
Sultan Bayazid diangkat menjadi pemimpn sesudah akhir hayat ayahnya pada tahun 791 H. ia ialah orang yang sangat pemberani, pintar, murah hati, dan bersemangat untuk melaksanakan ekspansi memperluas kawasan Islam. Oleh sebab itu, beliau sangat mengamati dilema-problem kemiliteran, mengarahkan ekspansinya ke negara-negara Katolik Anatolia. Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Utsmaniyah. Bayazid bagaikan kilat yang bergerak di antara dua front Balkan dan Anatolia. Oleh karenai tu ia diberi gelar “Sang Kilat”.
Bayazid sungguh besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius menyelenggarakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang ialah cikal bakal terjadinya Perang Salib. Atas kegemilangannya itu pengambil alihan Konstatinopel menjadi sasaran khususnya dalam jihadnya, oleh sebab itu ia bergerak bareng pasukannya dengan sangat rapi untuk melakukan Pengepungan Konstatinopel. Hal ini terus berlangsung hingga kota ini hampir saja runtuh. Tatkala negara-negara Eropa sedang menunggu hari-hari kejatuhan Byazantium, datang-tiba Sulthan memalingkan perhatinnya dari penaklukan Konstatinopel alasannya hadirnya bahaya baru kepada Daulah Utsmaniyah.
Bahaya gres yang timbul itu saat adanya peperangan melawan Timur Lenk di Ankara. Timur Lenk berasal dari keturunan keluarga terhormat di Turkistan. Pada 1369, beliau berkuasa di di Khurasan dengan pemerintahannya di Samarkand. Dengan pasaukannya yang angker dia bisa memperluas daerah kekuasaannya dan menertibkan sebagian besar Dunia Islam. Kekuasaanya yang membentang di Asia dari New Dehli hingga Damaskus dan dari Laut Aral hingga Teluk Arab. Dia sukses menduduki Persia, Armenia, Eufrat dan Trigis.
Bentrokan antara Timur Lenk dan Bayazid I sebenarnya terjadi alasannya adalah adanya provokasi dari para penguasa Irak, orang Katolik kepada Timur Lenk untuk menghancurkan Bayazid, dan juga adanya surat menyurat antara keduanya.
Pada pertempuran melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid mampu ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bareng putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M. Bayazid kalah dalam menghadapi Timur Lenk disebabkan alasannya ketergesa-gesaan Bayazid, ia juga tidak menentukan kawasan untuk menentukan pasukannya dengan baik.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu menenteng akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung hingga pengganti Bayazid muncul.
Daulah Utsmaniyah menghadapi bahaya internal berupa hadirnya perang saudara di antara belum dewasa Bayazid yang memperbutkan tahta. Perang ini berjalan selama sepuluh tahun. Dalam sejarah Daulah Utsmaniyah, masa ini merupakan kala ujian yang mendahului kejayaan bantu-membantu yang akan terealisasi dalam penaklukan Konstatinopel.
SULTAN MUHAMMAD I BIN BAYAZID (816-824 H/ 1403-1421 M)
Sulthan Muhammad Jalabi bisa menghentikan perang kerabat karena ketegaran, kecerdasan, dan pandangan yang jauh yang ia miliki. Dia sukses mengalahkan saudara-sudaranya satu demi satu hingga alhasil tampil secara tunggal selaku penguasa. Selama delapan tahun periode pemerintahannya, beliau membangun kembali Daulah Utsmaniyah.
Sulthan Muhammad Jalabi mampu menumpas gerakan Syaikh Badruddin yang menyerukan persamaan dalam harta benda dan agamaserta tidak membedakan antara seorang muslim dan non muslim dalam iman.
Berkat usahanya yang tidak memedulikan letih, Sultan Muhammad I mampu mengangkat citra Daulah Utsmaniyah sehingga dapat bangkit kembali, yakni dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan penduduk . Akan namun saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang sarat kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
SULTAN MURAD II BIN MUHAMMAD ( 824-855 H/ 1421-1452 M)
Sulthan Murad II diangkat menjadi pemimpin sehabis maut ayahnya, dia sangat mengasihi jihad dan dakwah, beliau juga dikenal selaku penyair dan orang yang mencintai ulama dan penyair.
Cita-cita Sultan Murad II ialah melanjutkan perjuangan usaha Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya yaitu untuk menguasai kembali kawasan-kawasan yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya yakni Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang mampu dikuasai prajurit Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan namun dengan derma putranya yang berjulukan Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada hasilnya Murad II kembali berjaya dan kondisi menjadi normal kembali sampai tamat kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH (855-886 H/ 1451-1481 M)
Sultan Muhammad Al Fatih diangkat menjadi penguasa sesudah kematian ayahnya ketika itu umurnya 22 tahun, dia mempunyai kepribadian yang unik dan mempesona, mampu menggabungkan antara kekuatan dan keadilan. Semenjak muda, ia mampu mengungguli sahabat-temannya dalam banyak ilmu yang beliau pelajari di sekolah istina, menguasai banyak bahasa yang berlaku pada masnya dan sungguh terpesona untuk mengkaji buku-buku sejarah.
Ia diberi gelar Al-fatih alasannya dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berupaya menghidupkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel yakni kota yang sungguh penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan pertumbuhan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yakni:
- Dorongan keyakinan kepada Allah SWT, dan semangat usaha berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk berbagi pedoman Islam.
- Kota Konstantinopel sebagai sentra kemegahan bangsa Romawi.
- Negrinya sungguh indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
PENAKLUKAN KONSTATINOPEL
Konstantinopel dipandang sebagai salah satu kota paling penting di dunia, diresmikan pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium, Constantine I. Kota itu menjadi daerah unik dan menawan di dunia. Sampai ada yang mengatakan, “seandainya dunia ini satu kerajaan, tentulah Konstantinopel ialah kota yang paling patut selaku ibukotanya”.
Ketika kaum muslimin mulai berjihad melawan Kekaisaran Byzantium, Kota Konstantinopel memiliki aspek khusus dalam pertsarungan itu. oleh alasannya itu, Rasulullah saw menyampaikan info gembira kepada para sahabatnya mengenai akan ditaklukannya Konstantinopel. Diantaranya dikala berlangsung perang Khandaq, dia bersabda :
Sesungguhnya kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh seseorang. Pemimpin yang menaklukannya adalaha sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya ialah sebaik mungkin pasukan.
Oleh alasannya adalah itu, pasukan kaum Muslimin selalu berusaha memperluas daerah kekuasannya ke Konstantinopel sejak kurun pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Serangan pertama dilaksanakan pada tahun 44 H tetapi belum berhasil. Serangan lain dijalankan berulang-ulang kali pada masnya, tetapi menemukan hasil yang serupa.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang diresmikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel mampu ditaklukkan, jadinya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula dibarengi oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yakni:
- Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
- Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
- Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
- Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
- Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani hingga berdirinya Republik Islam Turki. Akan namun kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melalaikan kepentingan usaha umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh prajurit Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang alasannya adalah beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:.
- Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M
- Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M
- Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia
- Katur lalu menjadi tempat kekeusaan Persia.
Sumber
* hanya sekedar catatan kecil dari kesimpulan beberapa buku dan arikel” situs web…
- Ali Muhammad Ash-Shalabi, 2011, Sulthan Muhammad Al-Fatih Penakluk Konstantinopel, Arafah.
- Felix Y. Siauw, 2011, Muhammad Al-Fatih 1453, Khilafah Press.