45 Contoh Majas Innuendo: Pemahaman Dan Contoh Kalimat Puisi

Banyak jenis majas yang tergolong majas sindiran. Seperti Ironi, sarkasme, sinisme, satire, dan innuendo.

Kita telah membicarakan apa itu majas ironi, sarkasme, dan sinisme.

Seluruh majas sindiran di atas mempunyai bagian yang agak menyakiti. Dan ada majas sindiran yang menghindari biar orang lain tidak sakit hati.

Dan majas tersebut akan kita bahas berikut ini.

Pengertian Majas Innuendo

Menurut para andal berikut ini ialah pemahaman atau definisi majas innuendo.

Majas innuendo adalah bahasa sindiran yang diungkapkan secara tidak pribadi untuk mengatakan yang bahu-membahu terjadi .

Ciri Majas Innuendo

Tidak seperti majas sarkasme, yang mengungkapkan kata-kata berangasan, innuendo justru dikatakan lebih halus.

Dan tidak seperti majas hiperbola, yang melebih-lebihkan realita, innuendo justru mengecilkan realita.

Berikut ini merupakan ciri-ciri majas innuendo:

  1. Mengecilkan kenyataan bergotong-royong.
  2. Menghindari ketersinggungan
  3. Merupakan kritik secara tidak pribadi
  4. Tidak menyakitkan hati

Dalam beberapa ciri dari penggunaan majas tersebut.

Contoh Kalimat Majas Innuendo

  • Abangku sedikit gemuk alasannya adalah terlampau banyak makan daging.
  • Wakil rakyat itu menjadi kaya alasannya mengambil harta yang bukan haknya.
  • Banyak orang yang tersinggung sebab dia ndeso menyusun kata-kata.
  • Anak-anak yang kurang pandai akan diberikan waktu embel-embel untuk menguasai pelajaran tersebut.
  • Kamu harus berkata agak lebih keras alasannya ia memiliki duduk perkara pada pendengarannya.
  • Kami tidak bisa menghabiskan masakannya alasannya adalah pengecap kami kurang mampu menyesuaikan dengan rasa masakan itu.
  • Ia tidak berniat menyinggung perasaan kami. Hal itu cuma alasannya adalah dia tidak makan bangku sekolah.
  • Kamu mesti menasehatinya tentang duduk perkara busana itu. Katanya kurang pas untuk program tersebut.
  • Kita harus maklum terhadap kesalahan mereka karena sumber daya manusianya yang memang belum menyanggupi tolok ukur.
  • Kamu mesti lebih peka terhadap perasaan orang lain.
  • Kita telah menjajal menolong orang-orang yang kurang bisa di kampung ini.
  • Aku dan kakakku membantunya sebab ia memang tergolong keluarga pra-makmur .
  • Mungkin seharusnya engkau lebih bekerja keras untuk dapat menjangkau harapan itu.
  • Dia memang sangat bagus. Seringkali membagikan busana yang layak pakai untuk orang-orang di kampung itu.
  • Apa gunanya iri kepada orang lain. Mungkin saja Ia hanya terlihat kaya padahal Sesungguhnya kamu lebih bahagia ketimbang beliau.
  • Tidak perlu bersedih menimbang-nimbang mimpi buruk itu. Kenyataannya berbeda dengan kehidupanmu yang bergotong-royong.
  • Kata-katanya memang menyakitkan. Tapi ia tak bermaksud menyakitimu.
  • Jangan takut dengan pria itu. Ia tidak akan mengambil kekasihmu. Ia cuma memberi sekuntum mawar Sedangkan engkau sudah menunjukkan perjuangan dan pengorbananmu.
  • Untuk apa bersedih kehilangan sesuatu itu yang sepele. Bukankah yang diberikan-Nya lebih besar ketimbang yang yang diambil oleh-Nya.
  • Ia hanya mengalahkanmu dalam problem juara kelas. Namun bukankah engkau lebih berhasil dalam kehidupan positif.
  • Orang itu masih terbata-bata dalam membaca Alquran.
  • Kita cuma perlu berjuang 5 tahun saja, bukannya 5 abad.
  • Gagal dalam cobaan tersebut bukan memiliki arti akhir zaman. Gagal itu sesuatu yang biasa dalam hidup ini.
  • Tak perlu rasanya terlalu mendramatisir kesedihan ini. Tentunya Masih banyak wanita lain yang lebih patut untukmu dari dirinya.
  • Ketakutan gagal masuk perguruan tinggi sama saja ketika kita baru masuk sekolah Sekolah Dasar.
  • Kamu tak perlu menangisinya. Ini dilema yang paling sepele yang pertama kali kau hadapi dalam hidup ini.
  • Bukannya kami tidak setujukah kamu dengannya? Sebenarnya kalian kurang serasi saja.
  • Dia memang wanita tercantik….di kampung ini. Tapi untukmu Masih banyak perempuan yang lebih elok di luar sana.
  • Mengapa mesti bersedih? Ini kan hanya sekedar urusan dunia saja.
  • Mungkin belum nasibnya untuk bisa mendapatkan pasangan yang baik.
  • Sebenarnya sakit hati alasannya adalah dihina orang tak lebih sakit saat digigit semut.
  • Jangankan memaafkan kesalahan itu. Melupakan kesalahannyapun kamu mampu.
  • Kami kurang oke kau menikah dengannya sebab kami khawatir kamu menikah dengan laki-laki yang kurang baik.
  • Sebaiknya jangan bergaul dengan perempuan yang kurang mengerti watak.
  • Sepertinya Rani perlu memasukan sedikit lagi bumbu untuk menyedapkan masakannya.
  • Ia cuma perlu sedikit lebih keras dalam berguru untuk memperbaiki nilainya yang kurang baik.
  • Dandanan mirip kurang sedap dipandang mata.
  • Senandungnya mungkin kurang sejuk di indera pendengaran anaknya sehingga anaknya belum juga tidur.
  • Ia memang bodoh menata rumahnya sehingga agak acak-acakan.
  • Keluh kesahnya mungkin sebab dia kurang sabar dalam persoalan ini.
  • Orang-orang menyesali perilaku pemuda itu yang kurang terpuji.
  • Mobilnya kurang begitu fit dikala melalui ke jalan yang curam.
  • Sebaiknya kau melancarkan cara mengemudi yang baik sebelum mengajukan pembuatan SIM.
  • Anak itu memang agak lamban untuk mengerti pelajaran sekolah.
  • Beberapa waktu yang lalu kamu pernah melakukan sesuatu yang keliru. Sehingga orang lain tak lagi yakin kepadamu.
  Pemahaman Majas Fabel Dan Misalnya

Contoh Puisi Dengan Majas Innuendo

Berbagai macam karya sastra umumnya mengandung salah satu majas. Entah itu personifikasi, metafora, litotes, ironi, dan lain sebagainya.

Tak terkecuali dengan majas innuendo.

Majas ini juga merupakan salah satu majas yang banyak digunakan dalam karya sastra. Misalnya saja di dalam puisi.

Seperti contoh di bawah ini.

Pergi

Karya- Iyun

Aku pergi
Aku harus pergi
Aku harus pergi jauh darimu.

Bukan alasannya
Tak ada lagi kasih sayang
Ataupun cinta yang berkurang.

Tetapi
Mungkin saja
Aku bukan orang yang kamu impikan.

Aku tak layak
Mendampingi orang sebaik dirimu.

Penjelasan:

Puisi yang berjudul “Pergi”, mengandung majas innuendo.

Terdapat pada larik yang berbunyi:

Tetapi
Mungkin saja
Aku bukan orang yang kamu impikan.

Aku tak patut
Mendampingi orang sebaik dirimu.

Larik puisi di atas mengandung innuendo karena beliau menjajal untuk tidak menyinggung pendengar.

Dengan cara memperhalus sindiran.

Dalam bahasa langsung bisa saja menggunakan kalimat selaku berikut:

“ Aku harus pergi sebab aku sudah tak tahan dengan sikapmu.”

Tetapi dia diperhalus dengan memakai gaya bahasa innuendo.

Penjelasan Kalimat Yang Mengandung Innuendo

Kita telah membaca beberapa pola kalimat dengan majas innuendo di atas.

Berikut ini yaitu penjelasan beberapa pola kalimat.

Abangku sedikit gemuk sebab terlampau banyak makan daging.

Majas pada kalimat diatas terdapat pada kata sedikit gemuk.

Penambahan kata sedikit merupakan salah satu cara untuk menghindari adanya ketersinggungan.

Kenyataannya: Abangku gemuk.

Wakil rakyat itu menjadi kaya karena mengambil harta yang bukan haknya.

Contoh di atas juga ialah majas yang menyindir secara halus.

Kenyataannya yakni:

Wakil rakyat itu menjadi kaya alasannya korupsi.

  Majas Sindiran: Pengertian Dan Contohnya Dengan Kalimat Dan Puisi

Kata korupsi dianggap kasar. Maka digunakanlah pengganti kata-kata korupsi dengan kata “ mengambil harta yang bukan haknya.”

Roni agak lamban dalam menangkap pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Kata agak lamban ialah sindiran yang halus supaya orang lain tidak tersinggung.

Kata tersebut untuk mengganti kata terbelakang.

Nah itulah beberapa klarifikasi dan teladan tentang majas innuendo. Dengan mengamati sama maka kita akan paham perihal majas tersebut.