Research Gap Penelitian Empiris Orientasi Pasar Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Dengan Latar Belakang Negara Meningkat .

Research Gap penelitian empiris orientasi pasar pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan latar belakang negara meningkat . 
Penelitian wacana orientasi pasar telah banyak ditemukan dalam literatur administrasi, tetapi studi empiris tersebut lebih banyak didominasi dilakukan dengan latar belakang pada perusahaan besar di negara-negara industri. Padahal dinamika pasar pada negara-negara meningkat sungguh berbeda dengan dinamika pasar pada negara-negara industri. Pada lazimnya kondisi pasar pada negara-negara berkembang ditandai dengan pertumbuhan yang rendah, perubahan preferensi pembeli, dan intensitas persaingan yang tinggi. Namun sebaliknya di berapa negara berkembangan keadaan pasar juga ditandai dengan kemajuan yang cepat, kenaikan undangan produk, cepatnya pesaing gres masuk (Bhuian, 1997). Webster (1992) menyatakan bahwa efektifitas dari orientasi taktik tergolong didalamnya orientasi pasar, dalam keadaan pasar yang sungguh dinamis mungkin akan tidak menentu. Oleh alasannya adalah itu observasi orientasi pasar dengan konteks pada negara-negara meningkat dengan research setting pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan memberikan pemberian yang sangat berharga.
Lingkungan bisnis dibeberapa negara berkembang sedang mengalami pergeseran, oleh balasannya mempengaruhi metamorfosa dari perusahaan yang berorientasi bikinan ke perusahaan berorientasi penjualan, studi empiris tentang orientasi pasar pada negara-negara yang sedang meningkat masih sungguh terbatas (Adu, 1998). Hal ini sejalan dengan pertimbangan Kuada dan Buatsi (2005) yang menyatakan bahwa kebanyakan penelitian mengenai orientasi pasar dan kinerja untuk negara meningkat masih sangat terbatas. Pada tahun-tahun akhir-akhir ini beberapa peneliti sudah menyarankan perlu dijalankan observasi untuk memperkuat desain dan kerangka dengan melaksanakan replikasi dengan konteks pada negara-negara berkembang (Kuada dan Buatsi, 2005). Para mahir menyatakan, terdapat beberapa argumentasi di negara-negara meningkat orientasi pasar sebagai dasar filosofi bisnis, ialah: pertama konsumen di negara-negara meningkat berpengalaman dan menyadari atas hak-haknya, sehingga perusahaan tidak mampu mengabaikan kebutuhan konsumen, jikalau mereka ingin tetap bersaing. Kedua, intensitas persaingan diantara perusahaan dinegara-negara berkembang sungguh ketat, dan penawaran sebagian besar produk melebihi permintaannya. Kondisi ini mendorong derajat orientasi pelanggan dan orientasi pesaing (Kuada dan Buatsi, 2005). Namun demikian kebanyakan di negara-negara meningkat konsep dan penerapan orientasi pasar mungkin ialah kebiasaan baru yang radikal dari negara-negara yang sangat memantau aktivitas pemasaran (Hooley, et al., 1999).
Pada final-final ini pembahasan mengenai orientasi pasar telah mempesona banyak minat para hebat penjualan (Blankson, 2005), namun demikian saat banyak perhatian yang diberikan kepada usaha kecil oleh para pengambil kebijakan, praktisi dan akademisi, namun hanya sedikit observasi tentang orientasi pasar pada perjuangan kecil (McLarty, 1998). Hal ini pastinya sangat mengejutkan sebab perjuangan kecil memegang peranan yang sangat besar dalam mendorong laju perekonomian Indonesia.
Telah banyak observasi yang menguji hubungan antara orientasi pasar dengan penemuan (Jaworski et al., 2000; Slater dan Narver, 1998; Hurley dan Hult, 1998; Atuahene-Gima, 1996; Slater dan Narver, 1995). Namun kebanyakan penelitian tersebut lebih memfokuskan pada perusahaan-perusahaan besar. Hal ini menimbulkan keraguan apakah tipe kekerabatan antara orientasi pasar dengan penemuan pada perusahaan-perusahaan besar dapat digeneralisasikan kepada perusahaan kecil (Verhess dan Meulenberg, 2004) karena inovasi pada perusahaan kecil berlainan dengan inovasi pada perusahaan-perusahaan besar (Audretsch, 2001; Eden, Levitas, dan Martinez, 1997). Sehingga perlu dijalankan penelitian yang menguji korelasi antara orientasi pasar dengan inovasi pada usaha kecil, hal ini sungguh penting untuk memecahkan gap tentang usaha kecil karena pentingnya penemuan pada usaha kecil untuk kondisi ekonomi kini (Robbins et al., 2000). 
Penelitian yang berhubungan dengan penemuan di negara maju sudah dilakukan oleh banyak peneliti, tetapi dinegara berkembang riset tentang penemuan masih relatif sedikit (Hurley dan Hult, 1998). Hal ini sesuai dengan pernyataan Keskin (2006) yang menyatakan bahwa penelitian ihwal orientasi pasar, orientasi mencar ilmu dan inovasi lebih difokuskan pada perusaaan besar pada negara-negara barat/maju, namun masih mengabaikan observasi pada perusahaan kecil di negara-negara meningkat . Keskin (2006) juga menyatakan tiga alasan perlunya dilakukan penelitian wacana orientasi pasar, orientasi belajar dan inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan latar belakang di negara-negara meningkat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, ialah: (1) Mayoritas penelitian wacana orientasi pasar dijalankan di negara-negara maju Amerika Serikat, Inggris dengan menggunakan skala pengukuran Narver dan Slater (1990), Kohli et al., (1993), Ruekert (1992), Calantone et al., (2002) dan lainnya. Penelitian replikasi orientasi pasar, orientasi mencar ilmu dan penemuan dapat terjamin ketepatannya, hal ini sebab konstruk yang digunakan sudah teruji validitas dan reliabelitasnya sehingga mampu dipakai pada aneka macam keadaan lingkungan dan ekonomi. (2) Penelitian tentang orientasi pasar dan orientasi berguru sebagian besar dijalankan pada perusahaan dengan jumlah karyawan lebih dari 250 orang, padahal aplikasi pengukuran orientasi pasar, orientasi belajar dan inovasi pada perusahaan berkala besar mungkin mempunyai arti yang berbeda dalam konteks Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Usaha Kecil dan menengah (UKM) memiliki problem khusus dalam memformulasikan seni manajemen inovasi disebabkan alasannya, keterbatasan sumberdaya dan kesanggupan teknologi, efek pemiliki dalam pengambilan keputusan, ketergantuang pada sedikit pelanggan dan pemasok, fokus efisiensi hanya pada bab operasi saja (Badger et al., 2001). (3) Penelitian empiris ihwal orientasi pasar, orientasi belajar dan inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) masih terpotong-potong atau tidak lengkap. Sebagai pola penelitian yang menghubungkan antara orientasi pasar dengan kinerja (Horng dan Cheng, 1998; Pelham, 2000), observasi tentang orientasi berguru dan pertumbuhan perusahaan dan penemuan (Sadler-Smitth, et al, 2001) dan kinerja organisasi (Chouke dan Amstrong, 1998), dan observasi perihal penemuan dan kinerja (Aharoni, 1994).
Pada biasanya observasi yang berhubungan dengan inovasi dilakukan di negara-negara maju, sedangkan penelitian yang berhubungan dengan penemuan di negara-negara berkembang masih sangat terbatas (Hurley dan Hult, 1998). Penelitian inovasi di negara meningkat dan obyek Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan lebih terbatas lagi. Padahal kondisi di negara maju dengan obyek observasi perusahaan besar dengan keadaan di negara berkembang dengan obyek observasi di Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam hal penemuan dan seni manajemen sungguh berbeda. 
Penelitian menguji efek orientasi pasar kepada kinerja organisasi kebanyakan dijalankan pada perusahaan swasta besar baik yang profit oriented (Narver dan Slater, 1990; Jaworski dan Kohli, 1993) maupun yang non profit oriented (Padanyi dan Gainer, 2004; Kara et al., 2004), sedangkan yang menguji pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) masih sungguh terbatas. Terbatasnya observasi perihal orientasi pasar pada perusahaan kecil juga dikemukakan oleh Duncan (2000) yang menyatakan bahwa walaupun perjuangan kecil mempunyai konstribusi yang besar kepada perekonomian akan tetapi kebanyakan observasi pada bidang penjualan dan manajemen masih lebih difokuskan pada perusahaan besar. Narver dan Slater (1994) juga menyatakan bahwa para peneliti selama tiga dekade terakhir sudah berhasil membangun teori tentang anteseden dan konsekuensi dari orientasi pasar dan sudah bisa menciptakan pengukuran yang valid serta sudah sukses menguji imbas orientasi pasar terhadap kinerja organisasi tetapi demikian mereka masih mengabaikan observasi empiris dengan memakai teori tersebut pada sampel usaha kecil. Peneliti sebelumnya yakni Peterson (1989) juga menyatakan hal yang serupa yaitu masih terbatasnya penelitian empiris tentang adopsi dan penggunakan rancangan penjualan pada perusahaan kecil.
Terbatasnya observasi perihal orientasi pasar pada perusahaan kecil berdasarkan Duncan (2000) disebabkan alasannya adanya beberapa argumentasi adalah: (1) Semakin besar perusahaan maka kian gampang untuk diteliti, sebab dengan kian besar ukuran perusahaan maka peneliti akan lebih gampang untuk melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data, (2) pada umumnya perusahaan besar mempunyai umur perjuangan yang lebih usang sehingga memungkinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian dengan memakai analisis longidutinal, (3) pada umumnya perusahaan besar memiliki budaya organisasi yang lebih kompleks sehingga lebih menarik untuk diteliti dibandingkan perusahaan kecil, dan (4) perusahaan besar mempunyai sumber keuangan yang lebih kuat untuk melakukan penelitian dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kondisi ini menimbulkan perusahaan kecil kadang-kadang mempunyai kekurangan pada departemen pemasaran, proses pengerjaan keputusan secara sistematik, hal ini mengakibatkan perusahaan kecil akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan profitabilitas (Robinson dan Pearce, 1984).
Peningkatan konstribusi usaha kecil terhadap perekonomian maka penelitian perihal pemasaran pada perjuangan kecil semakin penting untuk dijalankan (Duncan, 2000). Disamping itu (Duncan, 2000) juga menyatakan bahwa penelitian perihal orientasi pasar pada perusahaan kecil mempunyai bebarapa laba dibandingkan kalau dijalankan pada perusahaan-perusahaan besar, yakni: observasi pada perusahaan kecil cenderung akan mampu menurunkan kekaburan selaku akibat dari adanya pembauran multi-produk yang disediakan pada perusahaan besar, disamping itu observasi pada perusahaan kecil akan mampu memaksimalkan peranan informan kunci, alasannya pemimpin perusahaan kecil lebih mengenali keadaan yang berkaitan dengan tingkat orientasi pasar ketimbang pemimpin pada perusahaan besar, hal ini disebabkan dekatnya hubungan antara pemimpin perusahaan kecil dengan tingkat operasional dalam perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas masih terlihat adanya gap dalam penelitian empiris yeng meneliti korelasi antara orientasi pasar, orientasi belajar dan penemuan yang terintegrasi pada Usaha Kecil dan Menengah (Keskin, 2006), sedangkan Muller dan Goic (2002) juga menyatakan bahwa perlu dilaksanakan observasi ihwal tingkat penemuan dan kewirausahaan di negara yang sedang meningkat .

BAGIAN ARTIKEL INI ADA DI BAWAH INI: KLIK AJAAAA……

  1. Research gap relasi orientasi pasar dengan kinerja penjualan.
  2. Research gap korelasi orientasi pasar dengan inovasi.
  3. Research Gap korelasi penemuan dengan kinerja pemasaran.
  4. Research Gap peranan pembelajaran organisasional dalam relasi antara orientasi pasar dengan kinerja penjualan.
  5. Research Gap observasi empiris anteseden orientasi pasar.
  6. Fenomena Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia dan di Eks-Karesidenan Banyumas.