3. Thumbnails dan Dummy
Prinsip Dan Tahapan Dalam Proses Layout Di Media Massa Cetak
Modul ini disediakan untuk memberikan anda wawasan seni rancangan, dikaitkan dengan prinsip-prinsip komunikasi dan pemahaman mendalam perihal faktor-faktor visual, sehingga tidak hanya menjadi modul panduan yang sekadar mengakibatkan anda operator perangkat lunak komputer grafis melainkan lebih dari itu menjadi seorang desainer komunikasi visual. Artinya, tidak cuma skill yang kita kuasai namun juga soul yang harus diasah, bukan hanya teknik yang tangguh namun lebih dari itu touch mesti juga dilatih terus menerus, sehingga karya desain komunikasi visual kita dapat hidup/memiliki ruhnya.
Seni sangat berperan untuk keteraturan (alasannya adalah bekerjasama dengan tata letak dan kesesuaian pencitraan komposisi visual) dan keindahan (estetika, alasannya adalah berhubungan dengan imajinasi dan kesesuaian konteks kultural yang dibawa) ketika merancang media publikasi. Sedangkan ilmu komunikasi berperan dalam mengerti posisi desainer sebagai komunikator yang sedang menyusun pesan yang akan dibaca oleh khalayak sasaran. Pekerjaan desainer grafis menuntut pemahaman kepada esensi dunia visual dan seni (estetika). Sebab desain grafis menerapkan komponen dan prinsip rancangan (komposisi) dalam memproduksi suatu karya visual. Penggunaan perangkat lunak komputer grafis yang sempurna dan penataan letak/komposisi dengan desain seni menjadikan pesan efektif tersampaikan kepada khalayak sasaran, sehingga mereka mengetahui pesan dari produk visual tersebut.
Desain grafis menerapkan beberapa prinsip, yaitu: kesederhanaan, keseimbangan, kesatuan, pengutamaan, dan repetisi. Prinsip ini salah satu penerapannya pada komposisi visual/ tata letak, dimana ke-lima hal tersebut yang menjadi acuannya. Sederhana membuat audiens fokus kepada isu visual yang disampaikan; sebanding memungkinkan audiens tidak terganggu (manipulasi optical) mencerna isu di balik gosip visual tersebut; prinsip kesatuan memberitahu audiens hal-hal mana dari unsur visual tersebut yang menjadi satu kesatuan runtutan gosip, prinsip aksentuasi mengarahkan audiens pada informasi mana yang harus diingat dan berita mana yang berlaku selaku penyelaras atau penunjang informasi utama; dan prinsip repetisi memberi potensi audiens untuk mengingat/ mengulang kembali isu penting yang disampaikan.
Sedangkan unsur-bagian yang digunakannya meliputi garis, bentuk, ruang, tekstur, dan warna. Sehingga pada gilirannya apresiator karya visual akan menawarkan penilaian: nilai estetis dan nilai extra . Nilai estetis diperoleh lewat penggunaan bagian-unsur dan prinsip-prinsip visual, sedangkan nilai ekstranya timbul dari gerakan (animasi), percepatan, lambaian, situasi panas, atmosfer hening, dan sebagainya. Misalnya bagian warna (nilai estetis) memunculkan kesan temperatur (nilai ekstra) warna panas dan warna acuh taacuh (Sitepu, 2009 : 11 – 14).
Form atau bentuk yang diambil dari kata Latin, forma (bahasa Yunani), memiliki arti bentuk, struktur, dan inspirasi. Pada pada dasarnya bentuk yaitu adonan elemen-unsur visual dasar, yakni ukuran, warna dan tekstur, dan lebih dari pada sekedar shape. Oleh alasannya itu bentuk menjadi penting dalam bidang rancangan komunikasi visual, sebab melalui bentuk yang kasat mata, tanda mampu dimaknai dan dipergunakan untuk memberikan pesan/berita visual. Bentuk sendiri dalam bidang rancangan dikenal bentuk dua dimensi maupun bentuk tiga dimensi.
Bentuk-bentuk tersebut mempunyai fungsi utama dan sejumlah fungsi embel-embel atau penunjang. Fungsi-fungsi tersebut kadang terang terkait pada bentuk tertentu, pisau misalnya, gunanya untuk memotong. Persepsi perihal fungsi dalam bentuk timbul ketika kita telah mengetahui bentuk benda tersebut sesuai pengalaman yang terkonstruksi dalam otak kita. Jika kita melihat bentuk lain dari pisau (contohnya bentuknya setengah bundar) yang berlainan dari bentuk pisau yang biasa kita identifikasi, maka kita juga akan susah meraba fungsi dari bentuk pisau seperti itu. Dalam bentuk dua dimensi fungsi agak lebih abstrak dan sukar diketahui /tidak jelas berlainan dengan bentuk tiga dimensi. Desain komunikasi visual tidak cuma berfungsi mekanikal seperti mengarahkan interpretasi namun juga fungsi yang lain, adalah memberi ide, berita, dan menggerakkan kita untuk beraksi (Safanayong, 2006 : 3).
Menciptakan pesan visual memerlukan langkah-langkah yang terencana sehingga pesan tersebut mampu dipahami/ dimaknai sesuai kemauan komunikator. Tiga tahapan untuk merumuskan pesan yang efektif berdasarkan Safanayong (2006) yaitu melahirkan pesan, mengevaluasi dan memilih pesan, serta menyampaikan pesan.