Taktik Pembangunan Dalam Perspektif Teoritis

Strategi Pembangunan Dalam Perspektif Teoritis 
I. PENDAHULUAN
Usaha-perjuangan pembangunan yang banyak dilakukan banyak sekali Negara sedang meningkat pasca PD II dalam pelaksanaannya banyak mengalami kegagalan dalam memecahkan masalah-duduk perkara pembangunan, misalnya dilema kemiskinan dan problem kepincangan distribusi pemasukan. Kegagalan tersebut telah menimbulkan dorongan bagi para ilmuwan, terutama para ekonom, untuk memperdalam wawasan mereka perihal persoalan yang mempengaruhi kehidupan sebagian besar umat insan di bumi ini. 
Kompleksitas duduk perkara pembangunan dan banyaknya aspek yang sungguh berpengaruh terhadap pembangunan ialah aspek penyebab paling penting dari keadaan tersebut yang pada risikonya menjadikan problem yang dianalisis di dalam ekonomi pembangunan meliputi bidang yang sangat luas. Faktor penting yang lain yang mengakibatkan kondisi tersebut adalah ketiadaan teori-teori pembangunan yang mampu membuat sebuah kerangkan dasar yang berlaku biasa dalam memperlihatkan gambaran tentang proses pembangunan ekonomi.
Dalam upaya meraih keberhasilan tujuan pembangunan wilayah, secara umum kita dihadapkan pada banyak tantangan yang sungguh berbeda sifatnya dibandingkan pada masa-abad yang lalu. Tantangan pertama berhubungan dengan liberalisasi arus investasi dan perdagangan global. Sedangkan yang kedua bersifat internal, yaitu yang berhubungan dengan perubahan keadaan mikro maupun makro dalam negeri. Tantangan internal disini dapat mencakup transformasi struktur ekonomi, persoalan migrasi spasial dan sektoral, ketahanan pangan, masalah ketersediaan lahan pertanian, masalah investasi dan permodalan, dilema iptek, SDM, lingkungan dan masih banyak lagi.
II. PERMASALAHAN
Dengan kompleksnya masalah dalam pembangunan, maka diperlukan adanya taktik pembangunan yang disokong dengan adanya teori-teori pembangunan sehingga diharapkan adanya pembangunan yang merata dan menyeluruh di seluruh aspek kehidupan.
III. PEMBAHASAN
A. Strategi Pembangunan
Dalam rangka menuntaskan urusan pembangunan yang ada, maka ada beberapa pendekatan seni manajemen dan teori-teori pembangunan yang bisa dipakai selaku pola dalam pelaksanaan pembangunan. 
Strategi pembangunan yang berakar kerakyatan dengan pemberdayaan penduduk yakni bahwa upaya yang dijalankan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya, yakni meningkatkan kesanggupan rakyat. Bagian yang tertinggal di dalam masyarakat mesti ditingkatkan kemampuannya dengan membuatkan dan mendinamisasikan potensi (memberdayakannya). Sehingga akan meningkatkan produktivitas rakyat dan sumber daya insan maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat mampu ditingkatkan produktivitasya. Dengan demikian pemberdayaan tidak saja menumbuh dan mengembangkan nilai tambah irit, namun juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya. Sehingga partisipasi rakyat mengembangkan emansipasi rakyat.
Pemberdayaan masyarakat bahwasanya ialah sebuah desain pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Seperti yang terjadi di Taiwan. Dimana pengalaman Taiwan memberikan bahwa pertumbuhan dan pemerataan dapat berlangsung beriringan. Taiwan yaitu salah satu Negara dengan tingkat kesenjangan yang paling rendah ditinjau dengan berbagai ukuran (tahun 1987, Gini rationya 0,30, tergolong yang terendah di dunia), namun dengan tingkat kemajuan yang tinggi yang mampu dipeliharanya secara berkelanjutan (Brautigam, 1995). Konsepnya yaitu pembangunan ekonomi yang bertumpou pada perkembangan yang dihasilkan oleh upaya pemerataan, dengan penekanan pada kenaikan mutu sumber daya insan.
Strategi yang lain yang mampu digunakan yakni seni manajemen pengembangan ekonomi rakyat. Sebenarnya ekonomi rakyat muncul selaku balasan adanya kesenjangan social ekonomi dalam penduduk . Adanya kesenjangan social ekonomi dalam penduduk tampak pada perbedaan pemasukan dan kemakmuran yang mencolok antara satu kalangan dengan kalangan yang lain dalam masyarakat.
Beberapa langkah strategis harus ditempuh, diantaranya yang penting yakni, Pertama, peningkatan kanal kepada asset bikinan. Bagi masyarakat petani yang masih dominant dalam ekonomi rakyat, modal produktif yang utama ialah tanah. Oleh alasannya itu, kecerdikan pemilikan, penguasaan dan penggunaan tanah sangat penting dalam melindungi dan memajkan ekonomi rakyat ini. 
Kedua, memperkuat posisi transaksi dan kusaha ekonomi rakyat. Dalam hal ini pertama-tama yang mesti dilaksanakan yakni rakyat mesti dibantu dengan prasarana dan sara perhubungan yang akan memperlanjar pemasaran produknya. Selain itu, rakyat mesti pula diorganisasikan untuk gotong royong menjual hasil produksinya sehingga sedikit banyak memperkuat posisinya. Seperti halnya dengan pembentukan koperasi. Hal yang penting pula yaitu berita pasar mengenai kecenderungan permintaan di pasar domestic maupun pasar internasional, harga, kualitas, kriteria, dan sebagainya sehingga buatan rakyat sejalan dengan usul pasar.
Dalam hal ini tugas pemerintah yang amat penting yaitu pengelolaan ekonomi makro yang menunjang bagi ekonomi rakyat. Stabilitas ekonomi amat penting bagi ekonomi rakyat alasannya yang pertama-tama dirugikan kalau terjadi gejolak yaitu rakyat. Kebijaksanaan harga, baik secara eksklusif maupun secara tidak eksklusif dikuasai pemerintah, juga harus diarahkan untuk meningkatkan ekonomi rakyat.
Ketiga, mengembangkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka memajukan mutu sumber daya insan. Program yang sasarannya kuantitatif ini mesti dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidikan di semua jenjang dan di seluruh tempat. Pendidikan mesti kian terkait dengan kebutuhan pasar kerja, utamanya pasar kerja setempat. Pelayanan kesehatan juga harus kian ditingkatkan secara makin merata, disertai dengan upaya kenaikan gizi. Disamping wawasan yang diperoleh melalui pendidikan dan pembinaan, kesehatan berperanm besar dalam memilih produktivitas.
Keempat, budi pengembangan industri mesti mengarah pada penguatan industri rakyat. Industri rakyat, yang berkembang menjadi industri-industri kecil dan menengah yang berpengaruh mesti menjadi tulang punggung industri nasional. Proses industrialisasi mesti mengarah ke perdesaan dengan memanfaatkan peluangsetempat, yang biasanya yaitu agroindustri. Dalam proses ini justru jarang terjadi penggusuran” ekonomi rakyat alasannya yang tiba yakni industri berskala besar yang mengambil lahan subur, merusak lingkungan, menguras sumber daya, dan mendatangkan tenaga kerja dari luar, yang justru menyaingi ekonomi rakyat sendiri. Akibatnya yakni proses kemiskinan gres, dan menciptakan kesenjangan antara pendatang dan penduduk lokal.
Industri pedesaan sesungguhnya merupakan industri kecil dan sedang, yang memanfatkan sumber daya alam setempat dengan cara yang lestari, menggunakan tenaga kerja setempat, menggunakan lembaga-forum social dan ekonomi yang adad, dan memperkuat ekonomi rakyat kebanyakan. Pola industrialisasi serupa ini mesti ditempuh bersama-sama dengan pengembangan industri berteknologi tinggi dan padat modal yang berkembangnya di perkotaan.
Kelima, budi ketenagakerjaan yang mernangsang tumbuhnya tenaga kerja mandiri selaku cikal bakal lapisan pengusaha gres, yang bermetamorfosis wirausaha kecil dan menengah yang berpengaruh dan saling menunjang. Dalam rangka itu secara luas harus disediakan pembinaan keahlian teknis, manajemen dan perdagangan, termasuk pengetahuan perihal pasar serta cara untuk mendapatkan pendanaan, bagi mereka harus disediakan system pendanaan seperti kredit yang diperingan syarat-syarat dan ongkosnya, modal ventura, dan sebagainya.
Dalam budi ketenagakerjaan, akal upah amat penting. Upah terlalu rendah tidak merangsang produktivitas, dan ialah distorsi pada ongkos produksi. Upah yang rendah juga menyebabkan investasi di bidang pendidikan dan pembinaan bagi tenaga kerja menjdi tidak irit. Dengan demikian penetapan upah yang wajar, adil, dan secara ekonomisdibenarkan, sangatlah diharapkan dan strategis pula sifatnya, dalam rangka penanggulangan kemiskinan yang akrab kaitannya dengan pengembangan ekonomi rakyat.
Keenam, pemerataan pembangunan antardaerah. Ekonomi rakyat tersebar di seluruh penjuru tanah air. Dalam rangka pengembangan ekonomi rakyat ini, perhatian besar perlu diberikan biar pembangunan dapat lebih merata dan dengan demikian memberi peluang yang lebih besar pada ekonomi rakyat di daerah yang bodoh untuk juga meningkat . Dalam hal ini. Pemerintah kawasan perlu diberi tanggung jawab yang lebih luas untuk membangun wilayahnya dan memperkuat ekonomi rakyatnya. Dalam rangka itu harus diupayakan untuk mempercepat proses otonomi kawasan, yang titik beratnya di tingkat II. Untuk itu, sumber daya manusia dan institusi-institusi daerah perlu terus-menerus diperkuat. Penguatan itu antara lain dengan semakin menawarkan iktikad yang lebih besar dalam mengurus dana pembangunan.
Ketujuh, adanya perangkat peraturan perudangan yan memadai untuk melindungi dan mendukung pengembangan ekonomi rakyat yang ditujukan khusus untuk kepentingan rakyat kecil. Hal yang perlu diamati adalah pemerataan, dan dalam hal ini peningkatan potensi untuk berkembang lebih singkat pada ekonomi akyat, harus dikerjakan secara tersendiri dan bukan selaku hasil sampingan. Dengan cara itu, justru diharapkan akan dihasilkan pertumbuhan, bahkan secara kian kukuh dan berkesinambungan.
Strategi pembangunan yang memprioritaskan pemerataan ini ada tiga hal yang amat pokok. Pertama, upaya itu mesti terarah. Ini yang secara popular disebut keberpihakan. Ini ditunjukan langsung terhadap yang membutuhkan, dalam program yang dirancang untuk menanggulangi masalahnya dan sesuai kebutuhanna. Kedua, program itu harus mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat atau kalangan yang menjadi target. Ketiga, alasannya adalah keterbatasannya, secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sukar mampu menangani problem-duduk perkara yang dihadapinya. Juga lingkup pinjaman menjadi terlalu luas bila penanganannya dilaksanakan secara individu. Oleh alasannya adalah itu, pendekatan kelompok adalah yang paling efektif sehingga penggunaan sumber daya juga lebih efisien.
Dengan banyaknya persoalan dalam pembangunan, membutuhkan taktik yang bermacam-macam untuk mengatasi masalah tersebut. Selain yang sudah disebutkan di atas, masih banyak lagi strategi pembangunan yang ditawarkan. Salah satu diantaranya ialah strategi pengentasan masyarakatdari kemiskinan.
Seperti di Indonesia, pembangunan yang sudah dan akan dikerjakan bermuara pada manusia selaku insane yang mesti dibangun kehidupannya dan sekaligus ialah sumber daya pembangunan yang mesti terus ditingkatkan kualitas dan kemampuannya untukmengangkat harkat dan martabatnya.
Dalam perspektif ini persoalan kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama sehingga upaya penanggulangannya pun menuntut keikutsertaan aktif dari seluruh bangsa Indonesia.
Sebenarnya kemiskinan merupakan persoalan nasional dan tidak mampu diatasi hanya oleh pemerintah sendiri melalui akal-budi pembangunannya saja, tetapi juga mesti menjadi tanggung jawab bersama segenap pelaku ekonomi danmasyarakat secara keseluruhan.
Kemiskinan ialah masalah dalm pembangunan yang ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Keadaan kemiskinan umumnya diukur dengan tingkat pendapatan. Jika dikaji berdasarkan kondisi penduduk dan potensi kawasan. Dari segi kondisi penduduk, penentuan masyarakatmiskin didasarkan pada garis kemiskinan. Adapun potensi wilayah digunakan untuk menetapkan wilayah-daerah atau desa-desa yang dikategorikan selaku wilayah atau desa tertinggal. Penduduk miskin lazimnya akrab kaitannya dengan kawasan miskin.kawasan dengan potensi kawasan tertinggal besar kemungkinannyamenyebabkan penduduknya miskin.
Berbagai penyebab yang menimbulkan masalah kemiskinan, diantaranya yakni: jika ditinjau dari sumber penyebab kemiskinan, diketahui adanya kemiskinan cultural dan kemiskinan structural. Kemiskinan cultural mengacu pada perilaku seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh pola hidup, kebiasaan hidup dan budayanya. Penyebab lain yang dapat menyebabkan kondisi kemiskinan, sedikitnya disebabkan oleh empat penyebab berikut:
Pertama, rendahnya taraf pendidikan. Taraf pendidikan yang rendah menjadikan kemampuan pengembangan diri terbatas dan mengakibatkan sempitnya lapangan kerja yang mampu dimasuki. Dalam bersaing untuk mendapatkan lapangan kerja yang ada, taraf pendidikan sungguh menentukan. Taraf pendidikan yang rendah juga menghalangi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan potensi .
Kedua, rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menimbulkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir, dan prakarsa.
Ketiga, terbatasnya lapangan kerja. Keadaan kemiskinan sebab keadaan pendidikan dan kesehatan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan perjuangan, selama itu pula ada cita-cita untuk memutuskan bundar kemiskinan itu.
Keempat, keadaan keterisolasian. Banyak penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak mampu terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan, dan gerak pertumbuhan yang dirasakan penduduk lainnya.
Dengan adanya masalah kemiskinan ini mesti diupayakan penanggulangannya. Untuk menanggulangi kemiskinan dan sekaligus memeratakan pembangunan dan hasil-akhirnya, dibutuhkan upaya untuk menggabungkan berbagai kebijaksanaan dan program pembangunan yang tersebar di aneka macam sector dan wilayah.
Tekanan paling utama dalam kebijaksanaan yang pribadi ditujukan kepada masyarakat miskin mesti ditaruh pada perbaikan pelakunya, khususnya menyangkut pemenuhan keperluan dasarnya dan pengembangan acara ekonominya. Program ini harus dilaksanakan secara selektif dan terarah, dengan memperhitungkan ketersediaan sumber daya. Langkah yang diperlukan yakni meningkatnya efektivitas, efiiensi, dan jangkauan acara tersebut. Searah dengan itu, pengembangan tata cara jaminan sosial secara sedikit demi sedikit perlu terus ditingkatkan.
Seperti yang sudah dikerjakan oleh pemerintah Indonesia, dengan pelaksanaan acara IDT. Program IDT merupakan sebuah upaya untuk membangun kesetiakawanan sosial dan rasa kebersamaan melalui peningkatan kesadaran, kemauan, tanggung jawab, harga diri, dan percaya diri penduduk . Program ini memebrikan tanggung jawab terhadap pegawanegeri yang paling dekat dengan masyarajat, dan memberi keleluasaan kepada masyarakat untuk memilih nasibnya sendiri. Aparatur pemerintah khususnya di tingkat desa, dituntut untuk peka, peduli, dan tanggap kepada problem pembangunan di lingkungan penduduk sehingga dapat menunjukkan pelayanan dan pengayoman terhadap penduduk sesuai dengan permintaan hati nurani rakyat.
Program IDT menampung tujuan-tujuan yang mau dicapai, diantaranya (1) sebagai pendorong gerakan nasional penanggulangan kemiskinan, (2) selaku taktik dalam pemerataan pembangunan dan (3) sebagai upaya pengembangan ekonomi rakyat lewat dukungan tunjangan dana bergulir untuk modal usaha bagi masyarakatmiskin.
Hal lain yang mesti juga diperhatikan dalam taktik pembangunan ialah problem akal ketenagakerjaan. Tingginya tingkat pengangguran juga akan memiliki peluang menghambat jalannya pembangunan. Jika ditinjau dari sisi problem pengangguran, seperti yang terjadi di Indonesia. Indonesia masih merupakan sebuah ekonomi Negara yang sedang membangun dengan kelebihan tenaga kerja serta banyak masalah-dilema klasik yang menandai ekonomi yang demikian. 
Sebenarnya persoalan pengangguran berakar pada dua hal pokok, yakni pada acuan perkembangan ekonomi dan penyerakan tenaga kerja di satu pihak dan pada sumber perkembangan ekonomi yang dijadikan andalan di pihak lain.pertumbuhan ekonomi yang kurang sebanding, baik antarsektor, antardaerah, maupun antargolongan, akan menimbulkan ketimpangan dalam produktivitas tenaga kerja. 
Berbagai upaya mesti dilakukan untuk mengatasi duduk perkara pengangguran. Masalah pengangguran intinya mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja disbanding kemampuan ekonomi untukmnyerapnya. Dari segi penawaran, pertama-tama problem ini harus diatasi dari sumber awalnya, ialah menurunkan laju perkembangan penduduk. Erat kaitannya dengan upaya penurunan laju pertambahan penduduk yaitu upaya untuk lebih memeratakan persebarannya, yakni antara Jawa dan luar Jawa, dan antara desa dan kota. Dalam jangka yang lebih panjang, maka langkah mendasar yangharus diambil ialah bagaimana menarik minat penduduk berpindah untuk mengembangkan pembangunan tempat.
Pembangunan desa dan kota harus lebih diserasikan. Pembangunan yang terpusat di kota-kota besar akan mendorong ajakan sarana public seperti sarana pendidikan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang akan makin terfokus. Karena itu, pembangunan di pedesaan perlu lebih ditingkatkan. Modernisasi dan industrialisasi perlu diperkenalkan ke daerah pedesaan lewat agroindustri dan agrobisnis yang mampu menampung peralihan lapangan kerja dari sektor tradisional ke sektor terbaru di pedesaan dengan demikian akan meminimalisir arus urbanisasi.
Setelah mengetahui aneka macam taktik pembangunan yang bisa dipakai, maka hal tersebut harus didukung dengan adanya teori-teori pembangunan. Banyak teori pembangunan yang diapparkan oleh para hebat, diantaranya yaitu hal-hal di bawah ini :
B. Teori Modernisasi
Salah satu teori ekonomi pembangunan yang hingga kini masih terus digunakan, meskipun sudah dikembangkan secara lebih canggih, yakni teori dari Evsey Domar dan Roy Harrod, ialah bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau simpanan dan investasi rendah, kemajuan ekonomi penduduk dan Negara tersebut juga akan rendah. 
Hubungan antara kemajuan ekonomi, tabungan dan investasi ini kemudian dirumuskan dalam rumus Harrod-Domar yang sungguh populer di kelompok andal ekonomi pembangunan. Rumus ini didasarkan pada perkiraan bahwa persoalan pembangunan pada dasarnya ialah problem menyertakan investasi modal. Kalau ada modal, dan modal itu diinvestasikan, risikonya ialah pembangunan ekonomi. 
Oleh sebab itu para hebat ekonomi pembangunan di Negara-negara dunia ketiga untuk memecahkan masalah keterbelakangannya yaitu dengan mencari suplemen modal, baik dari dalam negeri (dengan mengusahakan peningkatan tabungan dalam negeri), maupun dari luar negeri (melalui penanaman modal dan utang mancanegara). Teori Harrod-Domar memang tidak mempersoalkan problem manusia. Bagi kedua tokoh itu yang penting ialah menyediakan modal untuk investasi. 
Berbeda dengan Teori Harrod-Domar, Teori Weber mempersoalkan persoalan insan yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai-nilai agama. Studi Weber ini ialah salah satu studi pertama yang meneliti hubungan antara agama dan pertumbuhan ekonomi yang diketahui dengan Etika Protestan. Etika Protestan inilah yang menjadi faktor utama bagi hadirnya kapitalisme di Eropa. 
Berbeda dengan David McClelland, ia berkesimpulan bahwa untuk menciptakan sebuah pekerjaan sukses, yang penting yakni perilaku kepada pekerjaan tersebut. Konsepnya yang terkenal yakni the need for Achevement, kebutuhan atau dorongan untuk berprestasi.
McClelland menyampaikan bahwa bila dalam suatu penduduk ada banyak orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, dapat diperlukan penduduk tersebut akan menciptakan kemajuan ekonomi yang tinggi.
Sedangkan menurut Rostow, pembangunan ialah proses yang bergerak dalam suatu garis lurus, yaitu dari penduduk kolot ke masyarakat yang maju. Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi lima tahap, yakni : 
Masyarakat Tradisional 
Ilmu wawasan pada penduduk ini masih belum banyak dikuasai. Akibatnya, buatan masih sangat terbatas. Masyarakat ini cenderung bersifat statis. Produksi hanya digunakan untuk konsumsi, tidak ada investasi. 
Prakondisi untuk Lepas Landas 
Masyarakat tradiosional tetap mesti bergerak, yangpada akhirnya di sebuah titik, mencapai posisi prakondisi untuk lepas landas. Keadaan ini kadang kala terjadi alasannya adalah adanya campur tangan dari luar, dari penduduk yang sudah lebih maju. Sehingga di dalamnya mulai berkembang ilham pembaharuan.
Pada era ini simpanan mulai dipakai untuk melaksanakan investasi pada sektor-sektor produktif yang menguntungkan, termasuk misalnya pendidikan. 
Lepas Landas 
Periode ini ditandai dengan tersingkirnya kendala-hambatan yang menghalangi proses perkembangan ekonomi. Industri-industri gres mulai berkembang dengan sungguh pesat. Sektor terbaru dari perekonomian dengan demikian juga meningkat .
Peningkatan dalam produktivitas pertanian merupakan sesuatu yang penting dalam proses lepas landas, karena proses modernisasi masyarakat membutuhkan hasil pertanian yang banyak, supaya biaya perubahan ini tidak terlalu mahal. 

Bergerak ke Kedewasaan 
Dalam tahap ini industri berkembang dengan pesat. Negara mulai memantapkan posisinya dalam perekonomian global: barang-barang yang tadinya diimpor kini diproduksikan di dalam negeri, impor gres menjadi keperluan, sementara ekspor barang-barang baru mengimbangi impor. 
Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi 
Kerena adanya peningkatan pendapatan penduduk , konsumsi tidak lagi terbatas ada kebutuhan utama untuk hidup, tetapi meningkat ke keperluan yang lebih tinggi. Pada masa ini, investasi untuk meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Pada titik ini, pembangunan telah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang pertumbuhan secara terus menerus.
Rostow juga berbicara perihal kebutuhan akan adanya sekelompok wiraswastawan. Ada beberapa kondisi sosial yang melahirkan para wiraswastawan, ialah : 
  • Adanya elite baru dalam masyarakat yang merasa diingkari haknya oleh masyarakat tradisional dimana dia hidup, untuk mendapatkan prestise dan meraih kekuasaan lewat cara-cara konvensional yang ada. 
  • Masyarakat tradisional yang ada cukup fleksibel untuk memperbolehkan warganya mencari kekayaan sebagai jalan untuk memaksimalkan statusnya dalam penduduk . 
  Rangkuman Komunikasi Massa 3
Rostow juga berpendapat tentang faktor-aspek non-ekonomi yang saling berhubungan dengan faktor lainnya, yaitu: 
  • Meningkatnya onvestasi di sector produktif dari (katakanlah) 5% (atau kurang) menjadi 10% (atau lebih) dari pemasukan nasional. 
  • Tumbuhnya satu atau lebih sektor industri enufaktur yang peting, dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. 
  • Adanya atau munculnya secara cepat forum-forum politik dan sosial yang mampu mempergunakan aneka macam dorongan gerak perluasan dari sektor ekonomi modern dan akhir yang mungkin terjadi dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar selaku hasil dari lepas landas. Disamping itu forum-lembaga ini lalu mampu membuat perkembangan menjadi sebuah proses yang berkesinambungan. 
Selanjutnya menurut Hoselitz, mengatakan bahwa aspek kondisi lingkunganlah yang dianggap penting dalam proses pembangunan. Oleh alasannya adalah itu, bagi Hoselitz pembanguann membutuhkan pemasokan dari beberapa unsir : 
Pemasokan Modal besar dan Perbankan 
Pemasokan modal dalam jumlah yang besar, membutuhkan forum-forum yang mampu menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke aktivitas-acara yang produktif. Dan forum perbankanlah yang paling efektif. 
Pemasokan tenaga Ahli dan Terampil 
Tenaga yang dimaksudkan yakni tenaga kewiraswastaan, eksekutif professional, insinyur, ahli ilmu wawasan, dan tenaga manajerial yang handal.

C. Pendekatan Teori Pertumbuhan Struktural.
Titik sentral pembahasan teori kemajuan structural ini terletak pada mekanisme transformasi ekonomi yang terjadi di Negara-negara sedang meningkat . Menurut Todaro (1991), transformasi tersebut mulai berlangsung dari kondisi perekonomian yang didominasi sektor pertanian yang bersifat subsistence, sampai terciptanya perekonomian terbaru yang didominasi sector industri dan sector jasa. Ada 2 (dua) teori pergantian structural yang terkemuka, yakni :
Pertama, Teori Pembangunan Arthur Lewis. Kajian utama teori Lewis ini ialah membahas wacana proses pembangunan yang terjadi antara kawasan pedesaan dan tempat perkotaan, yang mengakibatkan terjadinya urbanisasi. Terjadinya arus urbanisasi tersebut diakibatkan adanya pola investasi yang terjadi di sektor terbaru (sektor industri dan jasa) di perkotaan, Penetapan upah yang terjadi di sektor modern (sektor industri dan jasa) di perkotaan. Dalam menyusun teorinya Lewis berpendapat bahwa tata cara perekonomian sebuah negara (NSB) pada dasarnya terbagi menjadi dua bab, ialah : Perekonomian tradisional (agraris) yang terdapat di pedesaan dan Perekonomian modern (industri dan jasa) yang berpusat di tempat perkotaan.
Akibat dari adanya perbedaan kondisi itulah yang menurut Lewis mengakibatkan terjadinya proses urbanisasi. Terjadinya urbanisasi akan mampu meningkatkan ekspansi output ini akan dapat mempercepat terjadinya reinvestasi sektor industri, sehingga akumulasi modal di sektor terbaru menjadi relatif cepat berkembang.
Namun dalam kenyataannya perkiraan dasar yang dibangun oleh Lewis dalam menyusun teorinya tidak senantiasa mampu dibuktikan kebenarannya. Ada beberapa kritik kepada teori ini, yakni : a) Dalam banyak perkara ternyata surplus tenaga kerja tidak terjadi di kawasan pedesaan, namun justru terjadi di perkotaan. b) Terjadinya urbanisasi tidak selalu mampu mendorong terhadap perluasan output. c) Reinvestasi tidak senantiasa mampu menciptakan lapangan kerja, melainkan justru mempersempit lapangan kerja, alasannya adalah reinvestasi yang dilakukan oleh sektor industri berupa penambahan mesin-mesin bikinan yang ekonomis tenaga kerja.
Kedua, Teori Pembangunan Hollie Chenery. Chenery dalam menyusun teorinya yang diberi nama Pattern of Development Theory memfokuskan perhatiannya pada pergeseran struktur dalam proses kemajuan ekonomi yang terjadi di sebuah Negara Sedang Berkembang. Perkembangan atau pertumbuhan ekonomi bagi NSB senantiasa berlangsung dari sektor pertanian yang tradisional menuju ke sektor industri. Transformasi ekonomi tersebut dapat berjalan dengan baik, sejalan dengan peningkatan income perkapita warga negaranya, yang dapat dilihat sebagai berikut :
a. Dalam struktur hubungan ekonomi metropolis dan satelit sebagaimanan diuraikan oleh teori depensia menjadikan perekonomian Negara metropolis akan meningkat pesat, sedangkan Negara satelit yang miskin menuju kea rah keterbelakangan.
b. Negara-negara miskin yang sekarang menjadi satelit gres akan berkembang secara sehat sekonominya apabila mereka memutuskan korelasi dengan Negara-negara metropolis (Negara maju).
c. Kawasan Negara yang sekarang ini miskin dan terbelakang sebagian besar merupakan Negara penghasil komoditas ekspor yang dahulunya sudah menjalin korelasi dengan Negara-negara maju yang metropolis.
Selain itu pula Thetonio Dos Santos menyusun penjabaran bentuk-bentuk ketergantungan Negara miskin kepada Negara maju menjadi tiga macam ketergantungan, yakni : a) Colonial Dependence (ketergantungan colonial), hal ini terjadi alasannya adanya bentuk perdagangan mancanegara jaman penjajahan yang bersifat moopolistik dari Negara penjajah, b) Industrial Financial Dependence (ketergantungan industri keuangan), yaitu ketergantungan yang ditandai oleh adanya domiasi modal besar dari Negara-negara maju yang diinvestasikan di Negara-negara miskin, c) Technological Industrial Dependence (ketergantungan teknologi industri), merupakan bentuk ketergantungan teknologi mutakhir yang ditawarkan oleh Negara-negara maju kepada Negara-negara miskin.
Lebih jauh penganut teori ini menuduh bahwa tubuh-badan keuangan internasional, mirip IMF merupakan forum yangmenyebabkan terjadinya kenaikan ketergantungan Negara miskin terhadap Negara maju, sebab bantuan atau pertolongan dana yang diberikan tidak terlepas dari vasted interest dari Negara donor.
Teori lain yang ialah teori ketergantungan (dependencia) ini pertama kali dikembangkan di Amerika Latin pada tahun 1960-an. Menurut para pengikut teori ini, keterbelakangan (underdevelopment) negera-negara Amerika Latin terjadi pada ketika masyarakat prakapitalis tersebut tergabung kedalam tata cara ekonomi dunia kapitalis. Dengan demikian masyarakat tersebut kehilangan otonominya dan menjadi daerah pinggiran dari tempat-daerha metropolitan yang kapitalis.
Daerah-kawasan pinggiran ini dijadikan tempat-tempat jajahan dari Negara-negara metropolitan. Mereka hanya berfungsi selaku produsen-produsen materi mentah bagi kebutuhan industri Negara-negara metropolitan itu, dan sebaliknya merupakan pelanggan-konsumen barang-barang yang dihasilkan industri-industri di negara metropolitan tersebut. Dengan demikian muncul struktur ketergantungan yang merupakan rintangan yang nyaris tak mampu diselesaikan serta merintangi pula pembangunan yang mampu berdiri diatas kaki sendiri. 
Dalam mazhab ketergantungan ada 2 fatwa, adalah Marxis serta Neo-Marxis dan pedoman Non-Marxis. Aliran pertama diwakili oleh Andre Gunder Frank, Theotonio Dos Santos, Rudolfo Stavenhagen, Vasconi dan Ruy Mauro Marini. Aliran ini memakai kerangka analisis dari teori Marx dan Neo-Marxis ihwal imperialisme. Aliran ini tidak membedakan secara tajam antara struktur intern dan struktur ekstern, alasannya adalah kedua struktur tersebut pada dasarnya dipandang selaku faktor yang berasal dari tata cara kapitalis dunia itu sendiri. Struktur intern kala sekarang dari tempat-daerah pinggiran tersebut memang sudahberadab-abad dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar sistem tersebut, sehingga seluruh struktur ini sudah terbuka bagi struktur ekstern. Dengan kata lain, struktur intern tempat pinggiran tersebut hanyan menjadi bagian yang tergantung dari struktur kapitalis dunia.
Selain itu aliran Marxis dan Neo-Marxis ini mengambil perspektif perjuangan kelas internasional antar pemilik modal (para kapitalis) disatu pihak dan kaum buruh (abad proletar yang besar) di pihak lain. Untuk memperbaiki nasib dan kedudukan mereka, maka kaum proletar dunia perlu mengambil prakarsa dengan menumbangkan kekuasaan kelompok kelas pemerintah yang cuma menjadi alat dari sentra metropolitan yang jahat. Oleh alasannya itu berdasarkan ajaran ini resep pembangunan untuk daerah pinggiran adalah revolusi.
Munculnya Teori Ketergatungan tidak lepas dari kelemahan-kekurangan. Teori Ketergantungan menunjukkan bahwa Negara-negara yang ekonominya lebih kuat bukan saja menghalangi alasannya adalah menang dalam bersaing, tetapi juga ikut campur dalam mengganti struktur social, politik, dan ekonomi Negara yang lemah.
Kritik kepada teori Ketergantungan tiba baik dari kubu teori-teori Liberal maupun dari teori-teori Marxis, yang mendoron banyak bermunculannya teori-teori baru dari kubu kaum Marxis, yang menjajal menangani kekurangan-kelemahan yang ada pada Teori Ketergantungan, antara lain Teori Liberal, Teori Bill Warren, Teori Artikulasi, Immanuel Wallerstein:Teori Sistem Dunia.
BIBLIOGRAFI
Arief, S., 1995, Neo-Kolonialisme, Makalah Pada Seminar Ekonomi Rakyat yang diselenggarakan Sekretariat Bina Desa, di Jakarta, 3 Agustus.
Budiman Arif., 2003 Teori Pembangunan Negara Sedang Bekembang, UI Press, Jakarta
Boeke, J.H. 1948. The Interest of the Voiceles Far East. Leiden : Universitare Pers Leiden.
Fananie, M.Zainuddin, 1996, Pembangunan Bernuansa Martabat Manusia, Universitas Muhammadiyah Press; Surakarta.
Gilbert, Alan & Josep Gugler, 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Tiara Wacana, Yogyakarta.
Herlianto M. Th, 1986. Urbanisasi dan Pembangunan Kota, Alumni Bandung.
Rogers, Evereet, 1969. Modernization Among Peasant. New York : Holt, Rinehart and Winston.
Hamid, Eddy Suardi, 2004, Sistem Ekonomi Utang Luar Negeri dan Issu-Issu Ekonomi Politik Indonesia, UII Press, Yogyakarta
Hoebel, Adamson E & Evereet L. Frost. Cultural and Social Anthropology. McGraw-Hill Inc., 1976 : 10.
Marzali Amri. Pemikiran Prof. Koentjaraningrat ihwal Integrasi Nasional. Sebuah Analisis dan Sintesa, dalam bulletin Wacana Antropologi, No.1, Juli- Agustus 1999, AAI, Jakarta.
Mubyarto, 2000, Membangun Sistem Ekonomi , BPFE; Yogyakarta.
Meier, Gerald M. 1989. Leading Issuesin Economic Development. Oxfort University Press.
Wibowo, R., 1997, Strategi Industrialisasi Pertanian dan Pengembangan Agribisnis Komunditas Unggulan, Makalah disampaikan pada pembinaan pengkajian system usahatani spesifik lokasi dengan pendekatan teknologi terapan adaptif, BPPfP Ciawi-Bogor, 14 Maret-12 April 2001.