Salah satu problem yang terlihat pada kebiadaban orang Batak Sihombing di Kalimantan, terperinci sekali bagaimana mereka memperkerjakan orang Tionghoa, dan guna adanya kompetisi pendidikan dengan para guru yang tidak bersahaja dan bermutu, Orang Tionghoa menjadi koalisi politik mereka saat di Kalimantan Barat, jelas bagaimana mereka menerapkan politik (suku) dalam demokrasi itu.
Jelas sekali bagaimana mereka hidup dengan kebiadaban, penghinaan yang mereka buat karena ketidakjujuran dalam melakukan pekerjaan , berpendidikan dan ilmu kesehatan yang mempunyai komponen kepada penghilangan nyawa manusia (Orang Batak dan Dayak) tata cara kesehatan yang dipraktekkan, kemudian dikemas dengan hal klasik di penduduk dikala ini.
Orang – Orang itu, masih mampu hidup di penduduk , ruang public, dan layanan kesehatan yang di buat dalam menetralisir nyawan manusia, selaku seni manajemen pertarungan mereka dalam politik abad terbaru ketika ini 2011, akan sangat berlawanan pada kurun kolonial Belanda.
Bagaimana mereka hidup dengan masyarakat dan hasil pajak yang diperoleh akan terperinci bagaimana mereka hidup dengan mirip itu, kelas sosial yang dibuat dalam setiap pekerjaan mereka terlihat bagaimana orang suku itu hidup sebagai binatang (layaknya subhuman).
Konflik sosial yang lagi dipahami bagaimana keterlibatan orang Jawa rantau itu di Kalimantan Barat, dengan pahami sungguh bagaimana mereka menerapkan kelas sosial, dari hasil pajak ekonomi yang diterima, dan kompetisi kelas sosial dalam kualitas sumber daya insan mereka, kampus menjadi ajang bagi mereka untuk saling mendapatkan amplop guna meghalangi banyak sekali metode pendidikan dan kesehatan saat ini berlainan jauh.
Temuan, itu menjadi baik ketika mereka kuncing-kucingan dalam pertarungan mereka pada kelas sosial, sehingga mereka hilang sadar sebagai insan bahwa mereka itu, hewan. Jelasnya bagaimana mereka hidup sesuai dengan aspekm kelas sosial yang digambarkan dengan dilema kebiadaban.
Seksualitas menjadi ketidakmampuan mereka dalam pembangunan manusia dan ekonomi, maka sekualitas menjadi pendekatan Orang Batak Sihombing (pembangkang dalam bekerja, akan ditemui seperti itu), Orang dayak dalam memahami kelas sosial mereka, dan seksualitas mereka secara privasi dan tidak.
Politik seksualitas itu diterapkan di DKI Jakarta, dan Kalimantan Barat, bagaimana mereka mengakses ekonomi politik masyarakat dari para pekerja, usahawan, dan penghasilan yang diterima Negara dalam hal ini.
Berbagai bentuk itu juga terperinci bagaimana mereka hidup, dengan kelas sosial, dan pandangan politik ketika ini. Ketidakjujuran itu terlihat bagaimana mereka hidup di penduduk , dan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang diberikan tidak cocok dengan kriteria.
Suatu pengalaman menarik, pada suatu kampung dengan tata cara kesehatan yang dibentuk dengan dramatik dan bagaimana mereka menemukan kelas sosial mereka, apakah dengan melakukan pekerjaan , atau seksualitas yang menjadi turunannya.
Dengan demikian aneka macam hal terkait dengan kehidupan mereka berpindah dari hasil desain seksualitas dihasilkan, guna mengakses tubuh seksualitas, selama di Pontianak, Kalimantan Barat misalnya sebut saja suatu pengertian mengenai para Orang suku setempat, Sihombing (Silaban) dan Marpaung Jawa, Siregar.
Atas tidaknya saat berasimilasi, serta pembangunan yang dihasilkan dengan adanya ruang di masyarakat, dan beragama (Nasrani- Nasrani) sesuai kebertahanan kehidupan mereka pada sistem ekonomi jasa, hingga keinginan masuk di perkampungan, dengan membuat konflik sosial secara kolektif, di kampung (kota) itu. Cara hidup, dengan penuh kecurangan terlihat pada kehidupan sosial budaya mereka, dan beragama, bagaimana mereka hidup dan tinggal (marga).