Sistem Budaya Sosial, Kehidupan Etnik Sekitar Daerah Hutan Desa Kal-Bar

Pada setiap kebutuhan manusia, terutama pada penduduk adat atau masyarakat Desa, akan memiliki kebudayaan tersendiri dalam aspek kehidupan sosial mereka terhadap alam. Pada sebuah kala penduduk yang hidup di Desa, dengan keperluan sosial mereka di penduduk tidak lekat pada faktor sosial budaya mereka di masyarakat dikala ini.

Maka, dari itu berbagai aspek alam kehidupan budaya masyarakat Desa, secara khusus di Kalimantan Barat, terdapat dipinggiran Desa dan hal ini terang bagaimana kehidupan budaya menempel pada kebudayaan Nasional.

Setiap pinggiran kota tampak pada hutan yang lat dengan aspek kehidupan budaya mereka yang menempel pada kebudayaan setempat, hal ini menjelaskan banyak sekali persepsi mengenai hutan Desa, akan lepas dari duduk perkara kelas sosial mereka selama dihutan Desa.

Hal ini yang menghipnotis mereka terhadap karakteristik, prilaku mereka di masyarakat, budaya sosial, dan ketaatan mereka terhadap agama. Darisitu muncul dengan berbagai aspek kehidupan sosial yang menjelaskan, banyak sekali pertentangan sosial, dan konflik hutan diikuti dari hati dan anggapan manusia untuk menciptakan pertentangan yang memang berada pada problem kelas.

Ketika hal ini dimengerti dengan faktor kehidupan sosial mereka yang beragam akan terlihat bagaimana mereka hidup dengan suku, drama kehidupan mereka, serta faktor kehidupan sosial yang mengatasnamankan ketidakberdayaan, terutama pada Orang Jawa, Batak, Dayak, dan Tionghoa, secara niscaya dipahami dengan penyimpangan konflik sosial, dan kehidupan budaya mereka selama di Kalimantan Barat, Indonesia.

Hal ini menjelaskan berbagai duduk perkara sosial politik tidak lepas dari faktor kehidupan budaya yang menempel pada dinamika sosial yang membutuhkan berbagai karakteristik sosial mereka dengan peran mereka kepada faktor budaya setempat mereka di masyarakat.

  Puisi Kembang Doa

Gambaran itu muncul dengan adanya ketidaksenangan mereka kepada aturan sosial mereka di penduduk , serta aspek kehidupan sosial yang melekat pada dinamika budaya mereka ketika ini. Wajah sosial menjadi penting kepada adanya rekayasa sosial mereka, kepada aspek pajal, ekonomi politik, serta penemuan yang tidak maju berdasarkan kehidupan pendidikan dan kesehatan mereka di masyarakat, Lokal Kalimantan Barat.

Kepentingan politik ekonomi, pada kurun Gubernur Cornelis M.H, bagaimana mereka hidup, berbudaya dan beragama dengan istilah kitab suci pada raja-raja suku di Indonesia. Itu yang menerangkan aneka macam konflik sosial yang terjadi di Indonesia, dan bersembunyi dibalik produk hukum, yang menerangkan persoalan Desa yang melibatkan sejumlah masyarakat Tionghoa di Pontianak, Kalimantan Barat 1998-2001.