Aspek-Faktor Yang Mensugesti Terjadinya Perbedaan Temperatur Udara Di Bumi

Suhu atau temperatur permukaan bumi berlainan-beda alasannya adalah banyak aspek. 

Ada suatu kawasan yang panas sekali, adapula yang acuh taacuh dan ada pula yang sedang-sedang saja. 

Berikut ini aspek penyebab terjadinya perbedaan temperatur di bumi.

Tekanan udara

Tekanan udara-ialah gava berat yang ditimbulkan oleh bobot udara pada bidang datar seluas 1 cm persegi. Untuk mengukur tekanan udara digunakan alat yang dinamakan barometer.  

Hasil pengukuran tekanan udara dinyatakan dalam satuan Atmosfer (atm) atau Milibar (mb).

1 Atmosfer = 760 mmHg = 1013 mb
Tekanan udara dipengaruhi oleh kerapatan udara itu sendiri. Tekanan udara berubah dan berlainan menurut kawasan, ketinggian, dan waktu. 

Tekanan udara akan menyusut sebesar 1 mmHg setiap ketinggian naik 11 m atau tekanan udara akan berkurang sebesar 1 mb setiap ketinggian naik 8 m. Tempat yang mempunyai tekanan udara tinggi disebut tempat tekanan maksimum (+). 

Tempat yang memiliki tekanan udara rendah disebut tempat tekanan minimum (-). Adanya perbedaan tekanan udara inilah yang menimbulkan teijadinya angin.


Kelembapan udara

Kelembapan udara (humidity) yakni jumlah uap air yang dikandung oleh udara pada waktu dan kawasan tertentu. 

Semua uap air yang terdapat di atmosfer terjadi alasannya adanya proses penguapan terhadap badan air di permukaan bumi. Kelembapan udara diukur dengan alat yang dinamakan hygrometer atau psychrometer.

Kelembapan udara mampu dinyatakan dengan beberapa cara berikut.

•    Kelembapan Absolut menyatakan jumlah uap air yang dikandung udara dalam setiap 1 m3 udara (Kelembapan Absolut = gram/1 m3).

•    Kelembapan Spesifik, menyatakan jumlah uap air yang dikandung udara dalam setiap 1 kg udara (Kelembapan Spesifik = gram/1 kg).

•    Kelembapan relatif yaitu perbandingan dalam persen (%) antara jumlah uap yang ada dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung udara pada temperatur yang serupa (RH = PA / Ps x 100 %-, RH = kelembapan relatif).


Kelembapan udara relatif yang mencapai 100% disebut udara jenuh. Udara jenuh dapat diperoleh lewat penambahan uap air dan penurunan temperatur.

Awan


Awan merupakan kumpulan partikel air yang melayang-layang di atmosfer. Awan terjadi karena adanya kondensasi (pengembunan) dari uap air yang terdapat di udara alasannya udara sudah bosan (kelembapan udara relatifnya mencapai 100%). Temperatur dalam kondisi ini dinamakan titik embun. Baca juga: Tipe-tipe delta sungai yang unik

Awan terjadi sebab uap air dipaksa naik ke atas dan mengalami penurunan temperatur. Penurunan temperatur tersebut dapat disebabkan oleh:

•    massa udara yang dipaksa mendaki pegunungan;

•    tunmnya temperatur pada sore hari

•    pertemuan massa udara panas dengan massa udara hambar;

•    massa udara naik secara vertikal.

Awan mempunyai aneka macam bentuk. Namun demikian, secara lazim, bentuk dasar awan terdiri atas tiga jenis, adalah sirrus, cumulus, dan stratus.

•    Awan Sirrus (Cirrus),yakni awan tipis halus mirip kapas, umumnya sangat tinggi dan terbentuk dari kristal-kristal es.

•    Awan Kumulus (Cumulus) yakni awan yang bergumpal-gumpal (bertumpuk-tumpuk) seperti bulu domba.

•    Awan Stratus yakni awan berlapis-lapis sungguh tebal dan berwarna kelabu.


Curah hujan

Akumulasi titik-titik air (awan) yang telah terlalu berat dan mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, jadinya jatuh ke permukaan bumi selaku presipitasi atau hujan. 

Presipitasi, ialah semua bentuk curahan yang jatuh ke 4 permukaan bumi mirip curahan air (hujan), hujan batu es atau salju.


Curah hujan yang jatuh di permukaan bumi, jumlahnya berlainan-beda. Perbedaan ini merupakan S hasil final dari perpaduan berbagai aspek yang mencakup topografi atau bentuk medan, arah dan  kecepatan angin, arah hadapan lereng, dan  kelembapan udara.


Jumlah curah hujan diamati dan diukur dengan alat penakar hujan (fluviometer). Garis pada peta yang menghubungkan fempat-daerah yang memiliki curah hujan yang sama disebut isohyet.

Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi hujan orografis, hujan konveksi, hujan frontal, hujan siklon, dan hujan trend.

Hujan konveksi. Hujan yang terjadi sebab massa udara yang mengandung uap air naik secara vertikal. Sampai pada ketinggian tertentu, massa udara akan mengalami kondensasi dan terbentuk awan yang kesudahannya menurunkan hujan.
Hujan orografis. Hujan yang terjadi karena massa udara yang mengandung uap air menaiki lereng pegunungan. Sampai pada ketinggian tertentu massa udara akan mengalami kondensasi dan terbentuk awan yang kesudahannya turun selaku hujan.
Hujan frontal. Hujan yang terjadi alasannya konferensi dua massa udara yang berlainan temperatumya. Akibatnya, terjadi kondensasi dan terbentuk awan yang dapat menurunkan hujan. Hujan frontal ini terjadi di tempat lintang sedang.berikut ini adalah gambar hujan frontal.
Hujan Siklon. Hujan yang terjadi jika massa udara yang mengandung uap air dibawa oleh angin siklon naik sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan yang akhimya menurunkan hujan.
Hujan Musim. Hujan yang terjadi sebab imbas angin monsun (musim) dan cuma terjadi setahun sekali.

  Indonesia Sering Mengalami Anomali Iklim Akhir Adanya Fenomena El Nino Yang Berakibat Terjadinya Peristiwa Kekeringan
Suhu atau temperatur permukaan bumi berbeda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perbedaan Temperatur Udara Di Bumi
Perbedaan suhu mengganti bentuk hujan

Angin

Atmosfer selalu dalam keadaan bergerak. Gerak atmosfer kepada permukaan bumi mempunyai dua arah yaitu arah horizontal dan arah vertikal.

Gerak atmosfer arah horizontal dinamakan angin. Adapun gerakan atmosfer arah vertikal dinamakan pemikiran udara.

Angin terjadi alasannya perbedaan tekanan antara dua daerah. Hal ini sesuai dengan Hukum Buys Ballot ialah:

  • Udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi (maksimum) ke kawasan bertekanan udara rendah (minimum) 
  • di penggalan bumi utara, arah angin akan berbelok ke kanan dan di bagian bumi selatan arah angin akan berbelok ke kiri.   
Nama angin diputuskan berdasarkan dari arah asal angin tiba. Misalnya, angin bertiup dari maritim disebut angin maritim. 

Sebaliknya, angin yang bertiup dari darat disebut angin darat.

Kecepatan angin diukur menggunakan anemometer dan dinyatakan dalam satuan knot/jam (knot = 1 mil/jam = 0,5 meter/detik). 

Kecepatan angin memilih kekuatan angin. Hal ini sesuai dengan Hukum Stevensen: “Kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya.” 

Kecepatan angin dipengaruhi oleh gradient barometrik, relief permukaan bumi, ketinggian daerah, dan vegetasi (tumbuhan). 

Untuk menentukan kecepatan angin, digunakan Skala Beaufort. Berdasarkan skala ruang dan waktu, peredaran angin dibedakan menjadi dua kelompok adalah sirkulasi global dan sirkulasi lokal. 

Baca juga:

Gambar: disini