Kiat Dan Cara-Cara Menangkap / Memahami Pesan Tersirat Dalam Karya Sastra

Salah satu unsur intrinsik suatu prosa yakni amanat. Amanat yakni pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui kisah. Pesan ada yang diungkapkan secara tersurat dan juga tersirat. Pesan tersirat lazimnya ditafsirkan sendiri oleh pembacanya, atau mampu dimengerti sesudah membaca seluruh dongeng.
Berikut ini pecahan novel yang kental dengan pesan atau amanat, baik secara eksplisit maupun implisit:
Bersama nenek, tidak ada bedanya bagiku seperti bersama ibu. Diajarinya saya menyayangi tanah dan segala yang tumbuh di atasnya. Diajarinya saya berbicara dengan suara rendah namun sejelas mungkin. Tak perlu bernada lebih tinggi dari kawan bicara. Seperti ibuku, nenek berpendapat bahwa tumbuh-flora juga berjiwa.
Berkali-kali kudapati nenek mengatakan terhadap pohon jeruknya, kepada kembang-kembang melatinya, terhadap kambojanya. Ketika saya baru tiba, diperkenalkannya saya pada cangkokan rambutan yang baru ditanam, kiriman dari seorang kerabat yang mempunyai kebun luas di kawasan Betawi. Sikap yang ramah sarat terima kasih selalu ditunjukkannya kepada pembantu dan petani yang melakukan pekerjaan di rumah maupun di sawah.
Kakek dan nenek meskipun tidak bersamaan keduanya sepakat mengajariku untuk mengetahui bahwa kita tidak mampu hidup bersendiri, sebab seseorang membutuhkan orang lain untuk merasakan gunanya kehadiran masing-masing. Kelakuan yang serupa mesti pula ditunjukkan kepada semua makhluk termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan.
(Dikutip dari novel: Sebuah Lorong di Kotaku, oleh N.H. Dini)
Penggalan novel tersebut memuat amanat wacana sikap yang bagus kepada sesama manusia. Sikap yang baik dan perlakuan yang serupa mesti pula ditunjukkan terhadap semua makhluk tergolong hewan dan tumbuh-flora.
Untuk puisi, pengungkapan makna dan amanat mampu melalui pengamatan terhadap opsi kata yang digunakan dalam puisi. Setiap kata yang teruntai dalam larik puisi merupakan kata-kata yang diseleksi dan dianggap oleh penulis puisi mampu mewakili perumpamaan yang ingin dituangkannya pada puisi.
Jika seseorang ingin menceritakan keindahan alam melalui puisi, tentu kata-kata yang digunakan ialah kata pujian dan yang memberikan simbol-simbol alam. Begitu pula dengan puisi yang  berisi kritik dan pesan sosial, sarat dengan kata-kata yang menyimbolkan kondisi sosial yang ada bahkan dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Seperti puisi karya Wh.i Tukul di bawah ini:
Lingkungan kita si lisan besar
Dihuni lintah-lintah
Yang kenyang menghisap darah tetangga
Dan anjing-anjing yang taat beribadah
Menyingkiri para penganggur
Yang mabuk minuman murahan
Lingkungan kita si mulut besar
Raksasa yang membisu
Yang anak-anaknya terus dirampok
Dan dihibur filem-filem kartun amerika
Perempuannya disetor ke mesin-mesin industri
Yang membayar murah
Lingkungan kita si verbal besar
Sakit perut dan terus berak
Mencret oli dan logam
Busa dan plastik
Dan zat-zat pewarna yang merangsang
Menggerogoti tenggorokan bocah-bocah
Yang mengulum es lima puluh perak.
Banyak kata yang dapat diidentifikasi mengandung citra keadaan sosial di lingkungan penyair atau yang dirasakannya. Beberapa kata juga dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, yakni wacana kemiskinan, minuman keras, pengangguran, pekerja wanita, jajanan anak yang terkontaminasi zat pewarna, dan lain-lain.
Setiap karya sastra mempunyai unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam karya tersebut. Unsur-komponen ini telah kita pelajari pada Pembahasan 1. Khusus untuk prosa fiksi seperti cerpen dan novel, komponen-bagian intrinsiknya mudah diidentifikasi tidak mirip puisi atau drama.
Dengan membaca atau menyimak pembacaan sebuah dongeng, kita mampu menganalisis bagiankomponen intrinsiknya jikalau kita memahami bagian-bagian tersebut. Bahkan jika kita telah mengenal tokoh, tabiat tokoh, latar dongeng, dan alurnya, kemungkinan kita dapat menebak atau mereka isi kisah berikutnya.
Selain itu, kita juga mampu menceritakan kembali cerita yang kita baca atau dengar secara ringkas dengan mengenali tema, jalan cerita, dan simpulan dari dongeng dengan bahasa kita sendiri. Ringkasan kisah disebut dengan sinopsis.  
Untuk mampu melakukannya dengan gampang, kita harus banyak membaca cerita atau mendengarkan pembacaan cerita supaya kita mampu dan terbiasa menyerap berita yang disampaikan dalam bentuk dongeng. Apalagi dengan kemampuan itu kita mampu menunjukkan komentar, balasan, atau penilaian perihal karya sastra yang sudah kita baca menjadi sebuah resensi.