Daftar Isi
Puisi Idul Adha Di Tengah Pandemi
Puisi Idul Adha Di Tengah Pandemi – Alhamdulillah, mengucapkan syukur kita atas lezat Allah sampai dapat kembali tiba dan sama-sama menegur pada hari Kemenangan Idul Adha 1442 H. Hari Idul Qurban ini jatuh di tanggal 20 Juli 2021, yang bersamaan dengan 10 Dzulhijjah 1442 Hijriah. Satu kali lagi silahkan kita katakan Alhamdulillah.
Meskipun situasinya masih wabah bahkan juga semakin menjadi-jadi, kita semuanya wajib berpengaruh, mesti tabah, dan jangan sampai patah arang untuk berupaya menyingkirkan virus corona dari Bumi Indonesia tercinta.
Lebih dari itu, mudah-mudahan momen Beribadah Qurban ini hari tidak minimalisir semangat dan ketulusan kita dalam share kepuasan dan rejeki.
Dan yang semakin khusus, di sini Gurupenyemangat.com ingin mendatangkan beberapa bait puisi Idul Adha 1442 H tahun 2021 yang menjamah hati dan singkat.
Semoga selembar opsi kata mudah ini dapat menciptakan kita kian tabah meskipun situasinya masih wabah. Silahkan dibaca saja, ya:
Puisi Idul Adha Menyentuh Hati
Catatan Kangen di Hari Kemenangan
Senja sore hari ini terlihat elok. Mendung tidak lagi bergelora. Justru awan merah yang mendekati setiap pojok pandangku.
Ya Rabb, pemandangan ini demikian cantik!
Gaung takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil kembali membuatku rindu. Saya kangen untuk kembali perbanyak sujud kepada-Mu.
Beratus ini hari, mungkin lidahku kelu. Kebanyakan mengucapkan keluh. Terlampau sedikit mengorbitkan sukur.
Berdoa kepada-Mu sesejuk embun pagi. Rasanya berbagai mempertautkan catatan kangen pada hari kemenangan.
Saya dan rekan-rekan kembali menang untuk ke-2 kalinya. Kangen ini menang, dan gampang-mudahan keikhlasan semakin paling tinggikan.
Idul Adha dan kita yang penuh pengorbanan. Kuharap hati ini semakin tabah dan bersemayam cantik di sebalik kerendahan hati.
Puisi Selamat Hari Raya Idul Adha
Saat zulhijjah, banyak manusia bantu-membantu menginjak tanah suci
Ke arah Baitullah yang mulia
Jalankan rukun yang lima untuk yang mampu
Untuk memupus dosa
Saat Idul Adha, gaungan takbir makin mengangkasa seantero mayangda
Sajadah terhampar di dalam rumah Allah yang mulia
Beberapa individu menghambakan diri meminta ampunan-Nya
Qurban disembelih untuk optimalkan ketaqwaan terhadap-Nya
Mari sahabat pada hari yang mulia
Kita sama-sama maafkan
Selamat hari raya Idul Adha
Minta maaf lahir dan batin
Pagi Idul Adha
Takbir penuhi ruangan pagi, dikala sebelum subuh
Menggetarkan embun yang menumpuk kemarau, menciptakan tanah cedera belum pulih
Batu kering dibuat makin ringkih.
Hewan kurban telah bernada menyongsong pagi Idul Adha
Tidak ada berprasangka buruk
Pagi diberi takbir, bertepatan dengan jamaah haji tiba di Musdalifah
Menanti lewat larut malam, tidak ada kelelahan
Kami di sini menanti subuh dalam do’a, butir embun jadi zikir yang tidak pernah habis
Membuat kangen jadi tangis
Pagi Idul Adha, kian memperkuat cinta
Maafkan Aku Setulus Hati
Seperti timbunan pasir di tepi pantai. Rupanya dosa-dosaku dapat menjadi lebih dari itu. Walau bergotong-royong belum genap caturwulan.
Saat takbir berkemandang, saya malu ke rembulan. Sinar redup yang menyoroti malam membuatku ingat akan jumlahnya kekeliruan.
Ke diriku sendiri, padamu, ke mereka semua.
Saya kadang-kadang lupa ke langit sampai selalu bahagia membersihkan keringat di atas tanah.
Ya Allah, saya bersedih. Lantunan tahmid dan tasbih menggetarkan imanku. Saya banyak salah. Kembali hina.
Pada hari yang demikian cantik ini, maafkan saya setulus hati. Tidak hanya untuk ini hari namun juga kemudian.
Puisi Idul Adha di tengah Wabah
Idul Adha dan Sepi
Ini hari masih sepi, kah?
Kusaksikan jalanan rupanya masihlah lembap
Kusaksikan langit rupanya masihlah mendung
Kusaksikan warung rupanya masihlah membuka
Ke mana beberapa orang?
Apakah sudah mereka ambil coupon kurban?
Pada pojok lainnya ada beberapa kambing, sapi, dan beberapa kerbau
Semua sehat
Gendut
Bulu-bulunya lebat
Bersebelahan dengan beberapa hamba yang mempersembah
Insya Allah irama ketulusan berdendang di bersahabat mereka
Tetapi ini hari jalanan masih sepi?
Aduhai, wabah
Idul Adha ini kali kami harus berjibaku menyingkirkanmu
Lantunan doa, keringat dan usaha tidak ada pernah patah
Ujian kita rupanya masihlah sama
Cuman gaung takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil yang semarak
Sedang langkah kaki belum juga kedengar
Rasanya kita makin kesepian
Pintu rumah saudara dan tetangga barusan dicat
Duhai, wabah
Jangan dibiarkan beliau berkarat lalu lapuk
Pergilah!
Ya Rabb, perkenankan kami bahagia di Idul Adha
Semoga negeri ini lebih berbahagia
Berkurban di tengah Wabah
Keringatku ini hari cukup banyak. Jelas membasahi bilikan dan dedaunan. Entahlah. Tidak sangatlah mahal untuk dipandang.
Tetapi tulusnya tenaga ini mahal. Tidak terpindahkan. Berawal dari niat. Berproses dengan perjuangan.
Dia seorang petani yang perjuangan untuk berkurban. Panennya tahun ini jatuh. Betul-betul tidak untung.
Tetapi Allah berikan dia ketegasan hati. Ikhlasnya paling tinggikan. Relanya tidak ada tertandingi. Dia dapat berkurban di tengah-tengah wabah.
Lalu, bagaimana denganku?
Kembali lagi tahun ini kosong. Maafkan saya, Ya Rabb. Niatku masih setengah. Ikhlasku belum genap setengah.
Saya mesti berikhtiar lebih. Supaya keesokan hari tak lagi sekedar merenungi dongeng Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Video Puisi Idul Adha
Puisi Idul Adha Sedih Menyentuh Hati
Tahun ini Lebaran Idul Adha Tanpa Ibu
Kesiangan
Saya telat bangkit
Tidak mempan bunyi sirene
Walau sebenarnya tidak bergadang
Tayangan bola diacak
Tidak punyai paket internet
Wabah corona
Jangan takbiran ke luar rumah
Saya cuman menyetel Mp3 di ponsel pintar
Sepi
Tetapi lumayan ramai
Namun tidak lagi ada opor ayam
Saya punyai catatan bumbunya
Tetapi tidak dapat masak
Ibuku umumnya masak opor ayam di kayu
Saya cuman membantu beli minyak tanah
Itu dahulu
Saat sebelum wabah menegur
Saat lagi kami bareng bertandang ke rumah Allah
Ini hari Idul Adha jadi sepi
Ibuku sudah tidak ada kembali
Ramaiku cuman akrab dengan sendiri
Doa sapu jagat tidak akan henti aku kirim
Praktis-mudahan hingga
Selalu
Saya mesti terus bangkit pagi
Bersujud
Meminta ampun
Persisnya di sepertiga malam ke Ilahi
Tahun ini Lebaran Idul Adha di Tanah Rantau
Aduh, kembali lagi tidak sukses pulang kampung!
Kecewa
Kenapa senja itu cuman manis di desa halaman
Apalagi jikalau sang adik video call
Rumput-rumput di halaman juga menyapaku
Tetapi di sini terus mendung
Bahkan juga kelelawar juga tidak ada
Cuman ada kericuhan
Pekikan PPKM genting
Teriakan meminta sembako
Cara mendaftar pertolongan sosial
Dan…
Coupon daging kurban
Seperti inilah aku di perantauan
Mendung ini menjadi hangat ketika keluarga menghubungi
Saya tidak dapat pulang, Sayang
Idul Adha di dalam rumah
Sedikit kudapan manis idul fitri
Cuman ada setumpuk rinduku
Kangen untuk selekasnya pulang
Menginjakkan kaki di desa halaman
***
Demikian beberapa bait puisi Idul Adha yang dapat dihidangkan. Cerita di Hari Kemenangan memang sentuh hati. Tetapi sebab saat ini masih wabah, kita mesti tabah. Harus kuat.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1442 H. Barakallah