Marie F. Hassett mengemukakan bahwa ketika berbicara ihwal kualitas mengajar seorang guru, fokusnya berkaitan dengan persoalan-persoalan teknik, konten, dan presentasi. Tapi pada kenyataannya, banyak orang yang tahu bahwa guru yang memiliki pengetahuan yang hebat kerap kali gagal berkomunikasi secara baik dengan siswanya.
Guru seperti ini, di atas kertas sungguh andal penguasaannya di bidang mata pelajaran, tetapi sayangnya siswa jenuh atau frustrasi saat mendapatkan pelajaran darinya.
Banyak orang, tergolong siswa mengakui bahwa mengajar yang baik acap kali tidak terlalu terkait dengan wawasan dan keterampilan daripada sikap kepada siswa, bahan yang diajarkan, dan pekerjaan itu sendiri.
Lalu, bagaimana karakteristik yang menunjukkan guru yang bagus itu? Hal ini tidak dimaksudkan untuk menjadikan semua ciri-ciri itu harus dipenuhi seluruhnya. Karena banyak guru yang oleh siswa dinilai sangat bagus ternyata cuma mempunyai beberapa sifat secara umum dikuasai.
Karakteristik rinci yang dihidangkan di sini hanya selaku opsi alat yang memungkinkan guru-guru menciptakan dan mempertahankan konektivitas di kelas mereka.
Guru yang bagus mempunyai ciri-ciri seperti berikut ini:
- Memiliki kesadaran akan tujuan;
- Harapan akan keberhasilan bagi semua siswa;
- Ambiguitas;
- Menunjukkan kemauan beradaptasi dan berganti untuk menyanggupi kebutuhan siswa;
- Merasa tidak tenteram jika kurang mengetahui;
- Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka, belajar dari banyak sekali versi;
- Menikmati pekerjaan dan siswa mereka
Daftar Isi
10 Kualitas Guru yang Baik
Semua guru mesti menjadi guru yang baik. Kalau ada yang menyatakan bahwa “salah satu tujuan paling besar aku ialah menjadi seorang guru”, orang itu sangat memiliki peluang akan menjadi guru yang baik. Orang mirip ini umumnya memiliki misi untuk menemukan pengalaman hidup melalui mengajar orang lain. Orang semacam ini akan menyingkir dari sikap sebagai guru yang membosankan.
Kita semua tahu guru itu dikategorikan baik atau jelek dikala melihatnya tampil di kelas dan di luar kelas. Dari situs Ripplesofimprovement.com terungkap top 10 mutu guru yang baik, yang bukan mustahil sangat sedikit yang memilikinya.
1. Confidence atau iman diri sendiri
Guru yang baik tetap memiliki akidah diri, meski sesekali mencicipi kemunduran. Guru yang baik menghadapi semua suasana dan waktu yang bisa saja olchnya dianggap sebagai kemunduran. Anak-anak bisa saja kejam. baik sesama rekannya maupun terhadap guru. Mereka adakalanya bersikap kurang mengasyikkan, terutama bawah umur akil balig cukup akal.
Ada juga guru yang nervous dikala mengajar. Guru yang lainnya aib aib dan cuma setengah berkomitmen untuk mata pelajaran mereka.
Tetapi guru yang terbaik menertawakan kesalahan mereka melempar kapur tulis atau menjatuhkan buku. Beberapa guru resah dan meng banu, meski tetap melanjutkan pelajaran, bahkan adakala Bercanda yang mengacaukan, Guru-guru tahu mereka manusia biasa akan kesalahannya. Mereka tidak mengambil proporsi eksklusif yang terlalu besar dan membiarkan dilema yang membuat mereka murka.
2. Patience atau keteguhan
Guru-guru terbaik bisa menolong siswa yang mengalami gangguan mental. Bukan memiliki arti mereka mesti namun mereka begitu tabah, meski mungkin bukan lagi menjadi peran khususnya. Guru yang terbaik yakni mereka yang bersedia terus menerangkan mengenali, dan hasilnya mendapatkan bahwa hal itu masuk logika. Mereka bersedia menunggu sampai siswa yang mengusik menjadi hening dan tidak meninggalkan pelajaran sepenuhnya, apakah bahan itu telah jelas atau perlu ditinjau kembali.
Guru-guru terbaik tidak terjebak dengan hal itu. Mereka bersedia melakukan apa yang diperlukan, tidak menghiraukan berapa usang waktu yang diperlukan.
3.True compassion for their students atau mempunyai rasa kasih sayang sejati pada siswanya
Barangkali siswa pernah berhadapan dengan seorang guru yang jahat, yang tidak menghiraukan apa argumentasi siswanya berperilaku ter pasti. Tentu saja ini ada sebab, meski tidak valid.
Guru-guru terbaik peduli dengan siswa mereka sebagai individu dan ingin membantunya. Mereka memiliki indera keenam dikala siswa memerlukan perhatian tambahan dan memberikannya dengan bahagia hati. Mereka tidak mengharapkan siswa meninggalkan pikiran tentang dunia luar di depan pintu kelas.
Mereka mengambil waktu untuk mendiskusikan mata pela jaran di luar peran mengajarnya, dengan mengetahui bahwa kadang kadang pelajaran masih dapat diajarkan tanpa mengikuti buku teks.
Guru yang bagus bersedia berbicara terhadap semua siswa dan guru-guru lain, jikalau perlu. Mereka peduli perihal siswanya meski berada di luar tembok kelas.
4.Understanding atau pengertian
Guru yang bagus mempunyai pengertian yang benar prima perihal bagaimana mengajar. Mereka tidak mempunyai teknik yang kaku dan bersikeras menggunakannya, sehingga hal itu menolong kelangsungan dan fasilitas siswa berguru. Guru yang baik fleksibel dalam gaya mengajar dan menyesuaikannya setiap hari, bila perlu.
Mereka mengerti hal-hal kecil yang mampu memberi efek bagi kemampuan siswa untuk belajar, mirip iklim dan suasana di dalam kelas. Dia memiliki pengertian tentang sifat siswa dan perkembangannya sebagai akil balig cukup akal. Guru yang baik tahu bahwa siswanya tidak suka disebut “masih anak-anak” dengan konotasi “kekanak-kanakan” secara “dihakimi”. Siswa mengharapkan agar gurunya memperlakukan mereka selaku manusia kasatmata, bukan cuma selaku “siswa” semata.
5.The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way atau kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berlainan dan menerangkan topik dengan cara yang berlawanan.
Ada banyak gaya belajar yang berbeda di kalangan siswa. Tidak semua siswa dapat menyerap bahan pelajaran mirip yang diajarkan oleh setiap guru secara sama cepat. Guru harus memberi perlakuan yang berbeda untuk siswa yang berlawanan.
Guru yang bagus tidak menggunakan satu cara untuk semua pokok bahasan yang disajikan. Guru yang baik melaksanakan tindakan mengajar berdasarkan bagaimana cara siswanya berguru, meski ini bukan pekerjaan yang mudah.
Namun, setidaknya bergerak ke arah itu. Cara guru melakukan pekerjaan sangat mungkin bernilai tinggi bagi sebagian siswa, namun gagal untuk siswa lainnya. Guru-guru yang baik ialah yang bisa mengajar untuk gaya mencar ilmu yang berlawanan. Jika siswa tidak mengerti mata pelajaran, mereka mengajar dengan cara yang berbeda.
Daripada melihat rumus absurd, ada baiknya guru menerangkan rumus dengan gambar yang mewakili.
6. Dedication to excellence atau pengabdian untuk keunggulan
Guru yang baik mempunyai pengabdian dan menghendaki capaian yang terbaik dari siswa-siswanya dan diri mereka sendiri. Mereka tidak puas dengan nilai siswanya yang kecil, melainkan mengabdikan diri untuk secara penuh menuju kemampuan siswa untuk unggul.
Guru-guru terbaik mendorong berbagi ilham dan menunjukkan insentif, tidak mesti melakukan pekerjaan rumah setiap sehari, untuk mendapatkan siswa mampu berpikir di luar kotak sekolah.
Mereka tidak mentolerir guru lain menjelek-jelekan guru yang lain di depan siswa. Mereka akan melakukan yang terbaik untuk menunjukkan bahwa guru-guru lain juga manusia. Mereka mendorong siswa untuk menjadi orang baik, tidak cuma baik dalam mengenang teks, melainkan mengetahui dan dapat mengaplikasikannya.
Mereka ingin siswa belajar dan dapat menerapkan apa yang mereka pelajari, tidak cuma sebatas mampu lulus tes.
7. Unwavering support atau teguh dalam memberikan tunjangan
Guru guru terbaik tahu bahwa setiap siswa mampu melakukan acara mencar ilmu dengan baik bila mereka mempunyai guru yang sempurna. Mereka tidak menerima bahwa sSiswa adalah penyebab kegagalan acara pembelajaran. Mereka mendorong siswa yang frustasi untuk berprestasi dan menunjukkan dogma besar terhadap siswanya, bahwa beliau bisa mengerti materi pelajaran dengan baik.
Mereka berdiri secara adil di mata siswa, serta tidak memuji satu pihak dan mengejek pihak lain. Kadang-kadang, mereka bahkan memperpanjang waktu mengajar di luar sesi kelas, walaupun ada ejekan siswa lain di lorong sekolah dan itu memang sungguh sulit bagi guru untuk menghindarinya.
Guru-guru terbaik selalu ada di samping siswa jika ia memerlukan derma dan dorongan ekstra.
8. Willingness to help student achieve atau kesediaan untuk menolong siswa meraih prestasi
Guru-guru terbaik yakni mereka yang tidak secara otomatis “berhenti mengajar” dikala bel berbunyi. Mereka mengadakan sesi komplemen untuk persiapan tes prestasi siswa (TPS/SAT), dan akibatnya mereka memberi pelajaran pemanis bagi siswa setelah sesi kelas.
Mereka tahu bahwa beberapa hal yang membutuhkan perhatian atau sumbangan ekstra. Mereka tidak bertindak dengan prinsip: itu bukan tugas aku atau peran aku sudah selesai.
Guru melakukan pekerjaan secara serius dan tahu bahwa siswa tidak hanya berencana mendapatkan nilai matematika yang lebih tinggi, melainkan juga bagaimana manfaatnya dalam kehidupan. Mereka menyadari bahwa prestasi siswa bukan cuma nilai manis pada ujian, namun rasa berprestasi dengan menguasai bahan pelajaran, dan mereka bersedia melakukan pekerjaan dengan siswa untuk meraih rasa berprestasi itu.
9. Pride in student’s accomplishments atau bangga atas prestasi siswa
Guru-guru terbaik sangat besar hati dengan siswanya yang menerima nilai yang baik atau mendapatkan kehormatan dari penduduk . Mereka tersenyum dan memberitahu siswanya dan penduduk , bahwa dia melaksanakan pekerjaan yang bagus demi anak didiknya. Mereka memberi tahu guru yang lain ihwal bagaimana mereka juga melakukannya. Di luar mungkin beliau masih “merasa malu”, namun di dalam dia bercahaya.
Guru-guru terbaik merayakan kesuksesan untuk siswa terbaik. Mereka pun merayakan keberhasilan semua siswa, mengenali bahwa semua siswa mampu melaksanakan yang terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Mereka optimis dan positif, berfokus pada bagaimana siswa melakukan tugasnya dengan baik, tidak hanya mengamati seberapa baik mereka mengajar. Mereka mungkin tahu bahwa prestasi itu ialah hasil kekuatan membantu siswa untuk meneapal prestal, tetapi mereka percaya baliwae siswanya sudah sungguh-sungguh bertanggungjawab.
10. Passion for life atau berairah untuk hidup
Guru-guru terbaik tidak cuma terpesona pada bidang tugasnya, melainkan juga mereka bersemangat ihwal hal itu. Guru-guru terbaik bergairah wacana hal-hal yang lain. Mereka memuji iklim belajar yang bagus dan tersenyum dikala mampu mengambil beberapa menit untuk membicarakan episode dari suatu acara yang populer di sebuah jaringan televisi.
Mereka memiliki energi yang bercahaya dan memberi pewarnaan positif sebanyak mungkin. Mereka menghadapi tugas-peran sebagai tantangan, bukan rutin semata. Mereka mengambil bola “kurva alam semesta” dan menggantinya menjadi menggembirakan sebisa mungkin.
Mereka adalah manusia biasa, tetapi selalu menciptakan siswa terus maju.
Sumber:
Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru)
Hal 248-253
Penulis:
Prof. Dr. Sudarwan Danim
Dr. H. Khairil