Islam identik dengan bahasa Arab, alasannya Nabi Muhammad SAW lahir, dibesarkan dan berdakwah di negara-negara Asia Barat. Namun seiring dengan penyebaran Islam ke aneka macam penjuru dunia, khazanah ilmu agama makin kaya dan bermacam-macam. Sebagai mahir waris Nabi, banyak ulama yang lahir di luar Jazirah Arab, termasuk Indonesia. Mereka diyakini telah mempengaruhi dan mendorong kemajuan Islam, khususnya di bidang ilmu wawasan. Para ulama atau penyebar pedoman Islam memang sangat disegani di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, dunia juga menghormati ulama asal Indonesia.
Indonesia sendiri memiliki banyak ulama yang sungguh terkenal. Dari banyak sekali ulama yang ada di Indonesia, berikut 9 Ulama yang bisa penulis rangkum, yang namanya dikenal luas oleh umat Islam.
Daftar Isi
1. Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
Beliau tidak hanya menjadi Imam dan Khatib non-Arab pertama di Mekkah. Ulama asal Sumatera Barat ini pernah menjadi guru bagi para ustadz Indonesia di Mekkah dan diserahi tugas selaku staf pengajar di Masjid Al-Haram. Selanjutnya, dia yakni pengkhotbah non-Arab pertama di Mekah. Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimaullah pernah menjadi guru bagi para ulama Indonesia di Mekkah. Syekh Khatib yang diketahui pandai dan rendah hati, juga diperintahkan untuk menjadi staf pengajar di Masjid Al-Haram.
2. Syekh Nawawi Al Bantani
Syekh Nawawi Al Bantani ini berasal dari Banten dan sangat terkenal dengan kecerdasan dan produktivitasnya. Beliau ternyata berhasil menulis 115 buku, tergolong fiqh, tauhid, tassawuf, tafsir dan hadits. Syekh Nawawi Al Bantani yaitu ulama Banten yang terkenal dengan kecerdasan dan produktivitasnya. Di akhir hayatnya, Syekh Nawawi bahkan sukses menulis ratusan judul yang menjadi tumpuan para ulama dari Jazirah Arab dan Asia Tenggara. Di Indonesia, pelajaran ini sudah menjadi kurikulum wajib di perguruan tinggi dan madrasah Islam.
3. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
Religius Indonesia asal Banjarmasin ini populer dengan kharismanya, dan dikenal di Turki, Arab Saudi, Mesir dan India, di segi lain beliau menulis buku-buku ilmiah salah satunya Sabilul Muhtadin. Ulama ini lahir di desa Lok Gabang, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada 17 Maret 1710. Banyak karya yang sudah ditulis, salah satunya yaitu buku berjudul Sabilul Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amriddin. Buku ini dianggap oleh banyak tokoh selaku buku yang paling monumental. Buku yang berisi klarifikasi hukum fiqh ini bahkan dijadikan dasar negara Brunei Darussalam.
4. Syekh Muhammad Yasin al-Fadani
Ulama berdarah Padang, Sumatera Barat ini lahir pada 17 Juni 1915 dan meninggal di Mekah pada 20 Juli 1990. Syekh Yasin mengawali pendidikan agamanya dengan Syekh Muhammad Isa al-Fadani. Setelah mencar ilmu dari ayahnya, Syekh Yasin melanjutkan ke Madrasah Asy-Shautiyyah, Mekkah. Setelah cukup umur dia mendirikan madrasah Darul Ulum al-Diniyyah dan mengajar di Masjid al-Haram. Adapun karya-karyanya, Syekh Yasin sukses menulis 97 buku. Yang paling terkenal berjudul Al-Fawaid al-Janiyyah. Buku ini juga menjadi materi silabus mata kuliah ushul fiqh di Fakultas Syariah Al-Azhar Kairo, Mesir.
5. Syekh Sayyid Utsman Betawi
Orang Betawi tidak asing dengan Ulama ini, ia telah menulis 100 buku dalam karakter Arab murni dan masih mampu didapatkan di Gedung Arsip Nasional, Salemba, Jakarta Pusat. Sayyid Utsman Betawi yakni mufti yang paling banyak dibicarakan di Malaysia. Kami tidak mampu menyangkal klaim ini karena ada banyak argumentasi orang membicarakannya. Setiap langkah akal seorang ulama atau tokoh besar itulah yang hendak terjadi. Nama lengkapnya yakni Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya al-Alawi, yang dipopulerkan sebagai “Habib Utsman Mufti Batawi”. Beliau lahir di Pekojan Betawi (Jakarta), pada tanggal 17 Rabiulawal 1238 Hijriah bertepatan dengan 2 Desember 1822 M, ibunya bernama Aminah putri Syekh Abdur Rahman al-Mashri. Saiyid Utsman, tergolong seorang ulama keturunan Nabi Muhammad s.a.w, masih merupakan keturunan asli dari darah Arab yang mengalir di tubuhnya. Dia yaitu pendamping seorang ulama besar populer, yakni Saiyid Yusuf an-Nabhani, Mufti Beirut. Kitab Alam Angin adalah salah satu dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh Sayyid Utsman Betawi. Buku ini berisi 16 halaman, ditulis dengan memakai aksara Arab Pegon dalam bahasa Melayu dengan memakai beberapa teladan sederhana yang mudah dimengerti. Kandungan dalam kitab sifat Dua pūluh Sayyid Utsman mengutarakan rancangan mengenal Tuhan melalui sifat-sifatnya. Tuhan memiliki dua puluh sifat yang wajib dimengerti, pada sifat-sifat tersebut sudah ada dalil aqli dan naqli.
6. Syekh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi
Syekh Sulaiman lahir di Candung, Sumatera Barat pada tahun 1871 dan meninggal pada tanggal 1 Agustus 1970. Beliau menempuh pendidikan agama di Mekah bareng KH Hasyim Asyari, Syekh Hasan Maksum, Syekh Khatib, Syekh Zain Simabur dan lain-lain. Syekh Sulaiman juga belajar dengan agama dari Kelantan dan Patani, Thailand. Beliau menuntut ilmu dari Syekh Wan Ali Abdur Rahman al-Kalantani, Syekh Muhammad Ismail al-Fathani dan Syekh Ahmad Muhammad Zain al-Fathani.
Karya-karya Syekh Sulaiman menjadi sumber ide bagi para ulama dari Asia Tenggara dan Jazirah Arab. Beberapa gelar yang terkenal antara lain Dhiyaus Siraj fil Isra’ Walmi’raj, Tsamaratul Ihsan fi Wiladah Sayyidil Insan, Dawaul Qulub fi Qishshah Yusuf wa Ya’qub, Risaah al-Aqwal al-Wasithah fi Dzikri Warrabithah, al-Qaulul Bayan fi Tafs dan al-Jawahirul Kalamiyyah. Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1950, Syekh Sulaiman bergabung dengan Konstituante mewakili Perhimpunan Tarbiyah Indonesia (Perti). Beliau diketahui memiliki relasi dekat dengan Presiden Soekarno dan dengan banyak tokoh lain dari Malaysia dan Asia Tenggara.
7. Syekh Muhammad Khalil Al Maduri
Syekh Muhammad Khalil lahir pada tanggal 11 Jamadil selesai Hijriah 1235 atau 27 Januari 1820 di Desa Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Beliau berasal dari keluarga pekerja kantoran. Ia menerima pendidikan dasar agama langsung dari keluarganya. Mendekati usia remaja, dia diantarke berbagai akademi tinggi Islam untuk berguru agama.
Sekitar tahun 1850, menjelang usia tiga puluhan, Kiai Muhammad Khalil berguru kepada Kiai Muhammad Nur di Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan, dia pindah ke Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan dan Pesantren Keboncandi. Selama mencar ilmu di pesantren ini, ia juga berguru dengan Kiai Nur Hasan yang tinggal di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi.
Sepulang dari Mekah, beliau terkenal sebagai andal nahwu, fiqh dan tarekat di Jawa. Untuk mengembangkan ilmu keislaman yang telah diperolehnya, Kiai Muhammad Khalil lalu mendirikan suatu pesantren di desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer barat bahari kota kelahirannya. Pimpinan akademi tinggi Islam ini kemudian diserahkan terhadap anak kerabat laki-lakinya yang juga menantunya, adalah Kiai Muntaha. Kiyai Muntaha menikah dengan anak dari Kiyai Muhammad Khalil, yang berjulukan dirinya yang mengurus pesantren lain di Bangkalan.
8. Syekh Muhammad Mukhtar Al Bughri
Syekh Muhammad Mukhtar Atharid (Maha Guru Ulama Nusantara Bogor, ulama besar Masjid Agung Mekkah pada kala negara Saudi di bawah pemerintahan Sunni Asy’ari). Beliau mengenyam pendidikan dari orang tuanya sendiri, terutama dalam ilmu Al-Qur’an, serta penghafal kitab suci Islam. Pada tahun 1299 H / 1881 M, beliau melanjutkan studi di Betawi / Jakarta, berguru dengan al-`Allamah al-Habib Utsman bin Aqil bin Yahya, Mufti Betawi. Melalui ulama keturunan Rasulallah SAW, Syekh Mukhtar menghafal aneka macam topik ilmu, antara lain: Matn al-Milhah, Matn al-Alfiyah dan Matn al-Qathar semua bidang tata bahasa; Matn al-Ghayah wa at-Taqrib, Matn al-Irsyad, Matn az-Zubad semuanya dalam fiqh dan juga termasuk doktrin. Saat juga berguru di Betawi, Syekh Mukhtar fasih dalam narasi sains Qiraat. Syekh Muhammad Mukhtar Bogor menciptakan karya yang didistribusikan dalam bentuk manuskrip dan cetakan dalam bahasa Arab dan Melayu. Beberapa karyanya yang populer mirip kitab belut Nusantara dalam bahasa Arab dan Melayu dan sungguh disiplin, tergolong hadits.
9. Syekh Abdul Hamid Asahan
Nama lengkapnya yaitu Syekh Abdul Hamid bin Mahmud. Lahir di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara, tahun 1298 H (1880). Sejak kecil beliau berguru dengan kakak iparnya yang bernama Haji Zainuddin. Selanjutnya, dia berguru dengan seorang ulama populer di Asahan bernama Syekh Muhammad Isa, mufti kerajaan Asahan. Syekh Muhammad Isa merekomendasikan Abdul Hamid untuk berguru di Mekah. Pasalnya, Abdul Hamid mempunyai talenta menjadi ulama. Abdul Hamid Asahan kemudian mencar ilmu kepada Syekh Ahmad Khathib bin Abdul Lathif Minangkabawi. Proses pembelajaran ini sempat terhenti akibat pecahnya Perang Dunia Pertama (1914 – 1918). Ia mesti kembali ke Tanjung Balai Asahan. Abdul Hamid kemudian mendirikan Madrasah “Ulumil” Arabiyah. Seiring berjalannya waktu, madrasah ini berkembang pesat dan menjadi terkenal di Sumatera Utara. Abdul Hamid Asahan melengkapi hidupnya dengan menulis puluhan buku.
Demikian, simak kata kunci dari nama-nama ulama Indonesia yang mempunyai efek internasional. Jika pembaca memperoleh cendekiawan internasional selain beberapa nama di atas, silahkan isi kolom komentar semoga penulis berikutnya bisa menghimpun biografinya di postingan tersendiri.
Semoga bermanfaat.