Tertua di Kodya Padang Panjang
Ranah Minang selain dikenal sebagai kawasan yg kaya dgn nilai-nilai budayanya yg tinggi, pula diketahui selaku tempat yg religius. Mayoritas orang Minang ialah penganut Islam yg masih teguh memegang ajaran Islam. Di daerah ini, nilai-nilai agama sudah berbaur dgn etika istiadat penduduk . Bahkan, aliran agama sudah menjiwai budaya penduduk . Hal ini mampu dibuktikan dgn adanya pepatah: budbahasa basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah. Artinya, akhlak menurut ajaran Islam (syara’), & syara’ berdasarkan Al-Qur’an.
Tentang siapa orang pertama yg berbagi agama Islam di Minangkabau ini, tak ada riwayat sejarah yg mampu memutuskan. Bahkan, kadang kala bercampur dgn legenda yg hidup di penduduk , seperti di Nagari Gunung.
Konon di pengujung era ke-14, sekitar tahun 1380 M, datanglar. ke Nagari Gunung empat pasang suami istri yg berasal dr Pariamar: Padang Panjang. Waktu itu Nagari Gunung masih merupakan daerah yg tak bertuan sehingga disangka empat pasang suami istri tersebut merupakan nenek moyang masyarakat Nagari Gunung. Mereka sesuai dgn jumlah pasangan membagi Nagari Gunung menjadi 4 jurai ‘wilayah’.
Hari berganti hari, tahun berubah tahun, maka sekitar tahun 1405 M keempat jurai tersebut sepakat untuk mendirikan sebuah masjid selaku tempat beribadah, bermusyawarah, & sebagai tempat mencar ilmu ilmu serta mendalami isi Al-Qur’an, & lain-lain. Beberapa tahun kmudian barulah dimulai pembangunan masjid tersebut yg ditematkan di Nagari Sigando. Sekarang masuk Kelurahan Sigando dlm Kecamatan Janjang Timur.
Lebih kurang sepuluh tahun, masjid itu tamat dibangun & diberi r,arr.a Masjid Asasi Nagari Gunung. Tanah masjid ini adalah tanah wakaf Imam Basa & Khatib Kayo. Keduanya menurut budpekerti yg berlaku diangkat menjadi imam masjid & khatib Masjid Nagari Gunung. reigurus masjid Asasi disebut Tuanku Ampek Jurai Nagari Gunung.
Masjid Asasi dibangun di atas tanah 25 x 22 m, berupa segi empat, melambangkan bahwa yg mencetuskan pembangunan masjid ialah Nagari Ampek Jurai. Di tengah ruangan masjid terpancang tiang resar, melambangkan bahwa Nagari Gunung memiliki kesatuan pimpinan (komando) yg tercermin dlm pepatah: ada orang yg niahulukan selangkah, ditinggikan seranting.
Masjid ini yaitu salah satu masjid yg tertua di Kodya Padang Panjang, dibangun dengan-cara bahu-membahu oleh seluruh penduduk Nagari Nan Ampek Jurai & nagari sekitamya. Arsitektur masjid ini menerapkan konsep arsitektur tradisional Minangkabau. Ini terlihat bentuk atap & ukir-goresan dinding masjid. Sedangkan, kubahnya selaku ciri sebuah masjid, berupa atap limas bertingkat tiga, sebagai perlambang bahwa Nagari Gunung dikuasai oleh 3 komponen, yakni agama, unsur budbahasa, & unsur pemerintah.
Sampai ketika ini Masjid Asasi Nagari Gunung masihberdiri ko Selain untuk shalat rawatib (lima waktu) & shalat Jumat, masjid ini pula menjadi taman pendidikan Al-Qur ‘an (TPA) bagi kanak-kanak & akil balig cukup akal. Pada malam-malam tertentu pula diadakan wirid.