7 Teori Pembentukan Tata Surya Yang Wajib di Ketahui

teori pembentukan tata surya

Teori pembentukan tata surya – Tata Surya yakni suatu tata cara tata surya yg terdiri dr suatu bintang, yakni Matahari, serta delapan planet yg mengelilinginya: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, & Neptunus.

Selain planet-planet ini, terdapat pula beberapa benda kecil yang lain mirip komet, asteroid, & satelit yg mengorbit planet-planet tersebut. Namun, bagaimana tata surya ini mampu terbentuk? Berikut ini yaitu teori-teori perihal pembentukan tata surya

Table of Contents

Teori Pembentukan Tata Surya

Pembentukan tata surya sudah menjadi misteri yg menawan bagi ilmuwan sepanjang sejarah manusia. Hingga dikala ini, ada lima teori pembentukan tata surya yg dikenal, masing-masing mempunyai keunikan & asumsi yg berlainan.

Teori Kabut (Nebula) Kant-Laplace

Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1755 & Pierre de Laplace pada tahun 1796, teori ini menerangkan bahwa permulaan mula pembentukan tata surya ialah tatkala kabut (nebula) gas di jagat raya mulai berkumpul.

Immanuel Kant (1755)

Immanuel Kant berpendapat bahwa tata surya terbentuk dr kabut gas panas yg berputar perlahan. Saat kabut berputar perlahan, kepadatan gas kian meningkat & membentuk inti di berbagai daerah.

Inti yg terletak di tengah kabut & memiliki suhu paling panas, jadinya menjadi matahari yg berpijar, sementara inti yg terletak di pinggiran kabut mendingin & menjadi planet.

Pierre De Laplace (1796)

Menurut Pierre Simon de Laplace, tata surya terbentuk dr kabut gas yg sangat panas & berotasi dgn cepat. Kemudian, sebagian dr gas tersebut terlempar & mendingin menjadi planet sementara yg lainnya terus berpijar & membentuk matahari.

Teori pembentukan tata surya berdasarkan Laplace mampu dijelaskan dgn analogi seorang ice skater yg menawan tangannya saat berputar dgn kecepatan tinggi. Seiring berputarnya ice skater, ia membentuk sebuah piringan. Hal yg serupa terjadi dgn kabut gas yg berotasi cepat & membentuk tata surya.

Teori Planetesimal

Pada sekitar tahun 1900, Forest Ray Moulton, spesialis astronomi, & T.C. Chamberlin, spesialis geologi, menganjurkan teori terbentuknya tata surya yg disebut selaku Hipotesis Planetesimal. Teori ini menjelaskan ihwal proses pembentukan tata surya dimana planetesimal, yaitu benda padat kecil, mengelilingi suatu inti gas.

Inti dr teori ini ialah tatkala sebuah bintang yg berada dekat dgn Matahari & menembus ruang angkasa dgn cepat, pesona gravitasi antara keduanya semakin tinggi & mengakibatkan pasang naik massa gas yg dikandung oleh kedua bintang.

Saat pasang naik, gas dlm badan Matahari mencapai puncaknya & beberapa kepingan kecil massa Matahari terlepas atau terlempar & mulai mengorbit di sekeliling Matahari. Setelah bintang tersebut menjauh dr Matahari, pasang Matahari kembali menurun ke arah normal.

Massa gas yg terlempar & mengorbit di sekeliling Matahari ini usang kelamaan mendingin & membeku (memadat) membentuk planetesimal atau benda-benda padat, yg pada jadinya membentuk planet.

Teori Pasang Surut (Tidal)

Pada tahun 1918, Sir James Jeans & Sir Harold Jeffreys mengemukakan teori Pasang Surut dlm pembentukan tata surya. Teori ini menyatakan bahwa planet tak terbentuk dr pecahan kecil gas yg membentuk planetesimal akibat pasang naik Matahari, tetapi pribadi terbentuk dr massa orisinil yg ditarik oleh bintang lain yg melewati Matahari.

Teori ini pula dikenal selaku Teori Pasang Surut Gas. Menurut teori ini, suatu bintang yg mendekati Matahari akan menghasilkan gaya gravitasi yg cukup kuat untuk mengisap filamen gas yg berupa cerutu dr badan Matahari.

Filamen ini kemudian membengkak pada cuilan tengahnya & mengecil di kedua penggalan ujungnya, membentuk planet. Planet-planet yg terletak di pecahan tengah mirip Yupiter, Saturnus, & Uranus mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan dengan planet yg terletak di kepingan tepi.

Teori Bintang Kembar

Ahli astronomi Inggris, Fred Hoyle Lyttleton, mengemukakan teori bintang kembar pada tahun 1956, mirip yg dipetik dr buku Geografi: Jelajah Bumi & Alam Semesta oleh Hartono. Teori ini menyatakan bahwa tata surya kita berasal dr adonan bintang kembar, di mana Matahari pada mulanya merupakan bintang kembar yg saling mengelilingi satu sama lain.

Namun suatu ketika, tiba-datang bintang lain melintas & menabrak salah satu bintang kembar tersebut, yg menyebabkannya hancur menjadi pecahan kecil yg terus berputar & kemudian mendingin menjadi planet-planet & benda-benda lain yg mengelilingi bintang tetap yg bertahan, yakni Matahari.

Teori Big Bang

Abbe Lemaitre, seorang kosmolog, pertama kali mengemukakan teori pembentukan tata surya ini pada tahun 1920-an. Teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta berasal dr gumpalan superatom raksasa yg berisi bahan yg tak mampu dibayangkan, namun dapat dikira-kira sebagai bola api raksasa dgn suhu antara 10 miliar sampai 1 triliun derajat Celsius.

Gumpalan super atom raksasa tersebut meledak sekitar 15 miliar tahun yg kemudian, & ledakan dahsyat tersebut menyebar membentuk awan & hidrogen. Setelah berusia ratusan tahun, debu & hidrogen tersebut kemudian membentuk bintang-bintang dgn ukuran yg bermacam-macam.

Teori Orbit Planet

Johannes Kepler merupakan spesialis astronomi & matematikawan populer pada era ke-17. Salah satu kontribusinya yg paling signifikan yaitu teori tentang gerakan planet di tata surya. Dalam karyanya “Astronomia nova” yg diterbitkan pada tahun 1609, Kepler memaparkan tiga aturan gerak planet yg kemudian dikenal sebagai Hukum Kepler.

Hukum pertama menerangkan bahwa setiap planet bergerak mengelilingi Matahari dgn lintasan elips & Matahari berada pada salah satu fokus elips tersebut. Hukum kedua menyatakan bahwa garis yg menghubungkan planet & Matahari melintasi area yg sama dlm waktu yg sama.

Artinya, planet akan bergerak lebih singkat saat berada lebih akrab dgn Matahari & lebih lambat ketika berada lebih jauh. Hukum ketiga menerangkan bahwa waktu yg diperlukan oleh suatu planet untuk menyelesaikan satu putaran seimbang dgn jarak rata-rata planet tersebut dr Matahari.

Kepler pula memperoleh bahwa orbit planet di tata surya tidaklah lingkaran tepat, melainkan elips, suatu inovasi yg sungguh penting dlm astronomi modern. Selain itu, teorinya memperlihatkan dasar bagi Isaac Newton untuk mengembangkan Hukum Gravitasi Newton yg menerangkan perihal gaya tarik-menawan antara benda-benda di tata surya.

Dengan teorinya tentang gerakan planet & bentuk orbit, Kepler telah menunjukkan sumbangsih yg sangat besar dlm memahami bagaimana tata surya kita terbentuk & bergerak.

Hipotesis Peledakan Bintang

Pada tahun 1956, jago astronomi asal Inggris bernama Fred Hoyle mengajukan suatu teori pembentukan tata surya yg diketahui dgn sebutan “teori bintang ganda”. Menurut teori ini, Matahari dulunya mempunyai pasangan bintang, yg pada awalnya saling berinteraksi & berevolusi.

Selama evolusinya, salah satu dr bintang tersebut kemungkinan besar mengalami penggumpalan & terjebak di sekitar Matahari selaku satelit alami, kemudian meledak & melepaskan diri ke ruang angkasa. Teori ini didukung oleh banyak mahir astronomi alasannya didapatkan banyak bintang ganda atau kembar dlm pengamatan astronomi terbaru.

Baca juga: Legenda Danau Toba: Cerita Rakyat Toba Sumatera Utara

Kesimpulan

Setiap teori pembentukan tata surya mempunyai usulan & bukti yg berlawanan-beda, tetapi semuanya mengajukan wangsit bahwa tata surya terbentuk dr benda-benda yg terlempar & bergabung bareng membentuk bintang & planet.

Johannes Kepler pula menawarkan kontribusinya dgn menerangkan tiga aturan gerak planet yg memperlihatkan dasar-dasar gerakan planet mengitari matahari. Dengan mempelajari sejarah teori-teori ini, kita dapat memahami lebih lanjut tentang asal mula tata surya & alam semesta dengan-cara umum.

Referensi

  1. Maor, E. (1998). To infinity and beyond: a cultural history of the infinite. Princeton University Press.
  2. Hartono, H. (2019). Geografi: Jelajah Bumi & Alam Semesta. Penerbit PT Buku Seru.
  3. Yani, A. (2019). Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer. Penerbit PT Buku Seru.

  Dampak Positif Globalisasi Beserta Negatifnya