Ini pelajaran untuk kita semua, para wanita. Jangan sekali-kali mendekati zina, apalagi setelah berumah tangga.
Selingkuh, mungkin menenteng sensasi berlainan. Ada degup-degup di dada. Ada getar-getar lezat yg tak biasa. Namun itu semua hanya sesaat saja. Seiring waktu, kenikmatan memudar. Ketakutan mulai tiba. Takut tertangkap basah, takut diam-diam anyir itu tersebarkan. Jika masih ada keyakinan, ketakutan lain akan menyergap lebih hebat. Takut dosa, takut nanti masuk ke neraka.
Dalam kesendirian, penyesalan itu akan datang. Resah & galau gulana akan menguasai jiwa, menebar rasa bersalah & merampas kedamaian dari seluruh hari & malam. Di satu segi, nafsu syahwat akan kembali bergejolak. Sebab dosa tak akan diam. Maksiat tak akan mengubur diri. Dosa mengun&g dosa-dosa lainnya. Maksiat memanggil maksiat-maksiat berikutnya. Bayg-bayg kenikmatan akan tiba & menggerakkan tangan mengambil alat komunikasi, kemudian menciptakan kesepakatan. Menggerakkan kaki untuk melangkah menghampiri, menuju lokasi paling terkutuk di muka bumi.
Dosa & kemaksiatan yg berulang akan makin menutupi hati. Hitam kelam menjepit suara nurani. Resah, resah, rasa bersalah, bercampur dgn impian mengulangi, sampai tiba puncak dosa & tiba-datang semua diam-diam itu terbuka.
Kesadaran datang-tiba kembali. Tetapi semua terlambat. Rasa aib, jatuhnya harga diri, hancurnya marwah perempuan, sampai eksekusi sosial yg tak pernah terbaygkan datang-tiba datang bertubi-tubi.
Seperti itulah yg dialami oleh Andi HI saat suaminya yg seorang haji memergokinya tidur berdua tanpa busana dgn pria lain. Pak Haji telah beberapa hari mencarinya ke sana ke mari, rupanya istrinya berkhianat sekhianat-khianatnya. Tentu sakit hati pak Haji, melihat istrinya bergumul dgn laki-laki lain. Ia tak bisa makan beberapa hari.
Wajar kalau kemudian Pak Haji menceraikan wanita yg masih berusia 26 tahun itu. Diceraikan alasannya adalah berzina adalah tamparan bagi Andi HI. Namun, hukuman sosial yg diterimanya tak lebih ringan dari diceraikan.
Dicerai Pak Haji artinya HI kehilangan cinta dari suami & kekayaan yg selama ini ia banggakan. Namun hukuman sosial yg diterimanya menciptakan ia kehilangan wajah & kehilangan segalanya. Ia yg dulunya laksana seorang versi, lalu berjilbab selaku pendamping Pak Haji, kini merasa tak punya harga diri. Kedamaian hidup pun susah dimiliki setelah tercabik kelamnya zina.
Penyesalan senantiasa datang di belakang. Maka sepantasnya dongeng ini menjadi pelajaran bagi setiap perempuan muslimah. Di zaman Rasulullah, wanita yg berzina bertaubat dgn cara meminta rajam. Di zaman kini, kalau tak rajin bertaubat, azab Allah di alam baka jauh lebih menakutkan dari segala eksekusi. [Webmuslimah.com]