Puisi Tak Pernah Kurasa Sendiri
Oleh: Putrie Darmini
Ia yg diam menyimak ungkap
Mengeja makna dr rangkai karakter di sudut beranda
Seperti sepasang lengan nan terulur
Mengusap gerai rambut panjang terayun
“Seujung jarum telah menusuk
Engkau rasakan sakit, biarkan & tetaplah berlalu
Kuminta kau diam & bungkamlah kabar hitam yg telah kausaksikan Kau bisa lakukan itu bukan?”
Aku tersenyum …
Tak sedikitpun ingin kunodai sayap-sayap nan pernah merengkuhku kala itu
Berlalu langkah menapak jalan waktu
Kunikmati riuh di ruang lain milikku
Andai Tuan itu tahu
Seberapa jengah kutahan bungkam
Hitam karakter tajam menghantam tetap kutahan
Meski namaku dibentuk berarang
Hadir pula seorang musyafir
Tawarkan hati berjabat akrab Kepadaku ia tunjukkan
Di mana seharusnya kutuang ungkapan
Huma di rimba bercemara
Beratap rumbia damai tersanding Sudut bilik tertata setumpuk lembar Di sanalah untai kata kugoreskan
Pipitpipit kecil ajarkan kuberlagu Kidungkan baitbait seisi kalbu Kupangkas benalu di rimbun waktu Bersama, gue bertengger seangkuh hitam itu
Andai saja Tuan itu tahu
Kutahan bara dlm genggamku Sekalipun sebetulnya akupun mampu
Hianatkan komitmen, semudah balikkan telapak tanganku membiru
Biar, biar semua menghunjam
Bersama sang Musyafir gue berlalu
Menuju fakta kebenaran
Demi harga faktual sebuah keadilan
03022018