Kumpulan Puisi Tema Kematian

Kumpulan puisi tema akhir hayat yakni sekumpulan kisah puisi bernuansa kematian yang  berisi kata kata mati & ajal dlm bentuk bait bait puisi maut.

Kumpulan puisi tema maut yg dipublikasikan wargamasyarakat berkas puisi berisi beberapa puisi bernuansa tentang maut diantara:

  1. Puisi bingkai kematian
  2. Puisi kematian
  3. Puisi ejaan ajal

Bagaimana kata kata kematian dlm bait puisi yg diterbitkan wargamasyarakat berkas puisi kali ini, untuk lebih jelasnya puisi tema ajal disimak saja gugusan bait puisi maut dibawah ini.

PUISI BINGKAI KEMATIANOleh: Mallicha Elyzabeth

Ilalang perlahan layu, tunduk merunduk tanpa daya
Jatuh satu-persatu di atas gundukan tanah merah
Aura dingin menyusup pepori kulit ari
Desah angin pelan tetapi pasti

Sayup terdengar tembang sunyi
Mengalun syahdu di kejauhan
Kehampaan jiwa pun mulai menyatu bareng ingatan tak bertepi
Hilang tanpa kisah
Pergi menagih akad

Hitam legam, suara pun lenyap
Hanya bingkai kematian
Berhiaskan kedukaan di atas pusara sang waktu
Aroma melati menjadi wewangian paling Malam

M.A 190807

PUISI KEMATIANOleh: Bunga Flamboyan

Mungkin kau kapan saja bisa singgah
kamu mau singgahi kawasan dimana kamu suka & kapan kamu mau
Tapi ingatkan langkahmu untuk berhenti sesaat merenung wacana ajal

Nikmat bahagia itu kapan saja bisa terhenti karena sebab kebiasaan..
Itu mesti kau ingat akan sampai dimana titik selesai perjalanan…

Sama sepertiku
Aku sudah mulai berfikir gamang andai gue salah jalan pulang .
Akankah damai yg kudapat dikala maut.
Atau derita yg tak pernah ku tau dr selesai kisah bahagia yg singgah kemarin…

  Puisi Cintamu Bahagiaku [ puisi tentang cinta ]

Ini pikiranku..
Mana pikiranmu…

Tangerang, 8 Februari 2019

Puisi Ejaan KematianOleh: Linda Aqaisa

Jika pun napasku mengeja sebait kata ajal, kalam Ilahi dekat kupeluk. Pasrah hati ikhlaskan diri menuai asa dlm senyuman.

Titian masa sudah terengkuh, suka duka mewarnai menjadi bayang setia menyusuri makna kehidupan yg belum usai.

Di pintu kepasrahan gue terkapar, memandang luka kian menganga. Derai hujan yg ku rindu tak jua hadir sekedar mengalirkan telaga air mataku.

Kerontang, berguguran mimpi yg bertengger pada sehelai daun, disapu angin dgn mesranya. Cita & cinta berantakan di pelataran yg kian retak membelah bumi.

Pintalan doa yg terajut di punggung malam menghiasi langit ke tujuh, menabuhkan genderang sendu tangisan lirih menyayat hati. Menaburkan kamboja merah pada setiap serpihan lirik lagu kehidupan.

Aku, akan mengeja bait-bait syair akhir hayat itu, akan ku gubah dlm lantunan ayat penyejuk jiwa. Jika pun jasad berkalang tanah dawaian syahdunya mengabadi.

Aku akan hidup seribu tahun lagi, mengikuti jejak kawanku, mahaguru Chairil Anwar.

Tangerang, 07102018