Kuntowijoyo & Contoh Karya Puisinya – Apakah Sobat sedang mencari informasi biografi & karya Kuntowijoyo? So, disini Admin akan menghidangkan keterangan yg berkait dgn salah satu sastrawan kenamaan Indonesia ini.
Kuntowijoyo ialah sastrawan yang lahir di Sanden, Bantul, Yogyakarta pada 18 September 1943. Ia mendapatkan pendidikan formal keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah di Ngawonggo, Klaten. Setelah itu melanjutkan sekolah di Klaten (Sekolah Menengah Pertama) & Solo (Sekolah Menengan Atas), melanjutkan kulah di Universitas Gadjah Mada & lulus menjadi sarjana sejarah pada tahun 1969.
Gelar MA diperoleh dr Universitas Connecticut, Amerika Serikat pada tahun 1974, yg disusul dgn gelar Ph.D Ilmu Sejarah dr Universitas Columbia pada tahun 1980, dgn disertasi ihwal sejarah Madura yg berjudul Social Change in an Agrarian Society: Madura 1850-1940. Disertasinya sudah diterjemahkan & diterbitkan dgn judul Perubahan Sosial dlm Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940.
Sejak SMA Ia sudah banyak membaca karya sastra baik karya penulis Indonesia maupun luar negeri mirip Karl May, Charles Dickens, & Anton Chekov. Pada 1964 ia menulis novel pertamanya yg berjudul Kereta Api yg Berangkat Pagi Hari, yg kemudian diangkut sebagai kisah bersambung di harian Djihad tahun 1966. Pada 1968, cerpennya yg berjudul Dilarang menyayangi Bunga-bunga memperoleh kado pertama dr majalah Sastra.
Berbagai kado & penghargaan atas karya-karyanya sudah Ia terima. Diantaranya, naskah dramanya yg berjudul Rumput-rumput Danau Bento memenangkan hadiah harapan dr BPTNI. Naskah drama yang lain, Topeng Kayu, pernah pula mendapatkan kado dr Dewan kesenian Jakarta pada 1973. Buku kumpulan dongeng pendeknya yg pula diberi judul Dilarang Mencintai Bunga-bunga mendapat Penghargaan Sastra dr Pusat Bahasa (1994). Cerpennya yg dimuat di Kompas pula mendapat penghargaan sebagai cerpen terbaik versi Harian Kompas pada 1995, 1996, 1997.
Kuntowijoyo mengabdi pada almamaternya, Universitas Gadjah Mada selaku pengajar di Fakultas Sastra & menjadi Guru Besar. Sebagai seorang akademisi Ia pula aktif menjadi pembicara, menulis, & meneliti. Kumpulan tulisan tentang pemikirannya baik mengenai baik sejarah, ilmu sejarah, sosial, maupun budaya yg sudah diterbitkan Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi(1991), Budaya & Masyarakat, Pengantar Ilmu Sejarah, Metodologi Sejarah, Dinamika Sejarah Umat Islam, Muslim Tanpa Masjid, Selamat Tinggal Mitos Selamat Datang Realitas: Esai-esai Budaya & Politik, Radikalisasi Petani: Esei-esei Sejarah, & lain-lain.
Kuntowijoyo meninggal dunia pada 22 Februari 2005 di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta akibat komplikasi penyakit sesak nafas, diare, & ginjal sesudah untuk bertahun-tahun mengalami serangan virus Meningo Enchephalitis.
Menutup mata
Mereka lihat tanda
Air berhenti mengalir
Maka gugurlah dogma
Perempuan menangis di jendela
Menghentikan pejalan
Lelaki tak pula tiba
Merpati di pucuk atap
Kesal menunggu senja
Menahan acuh taacuh
Mengharapkan bintang turun menyapa
Jauh di langit
Kelompok pipit mencari pohonan
Adakah masih tersedia daunan?
Mereka cuma berputar-putar.
Terasa pula malam ini
Lelaki tak akan pulang
Barangkali sore mesti dibatalkan
Tidak ada lagi:
Merpati mesti tidur di awan
Pohonan sudah ditebang
Tidakkah kaudengar tak ada lagi peradaban?
Setelah benih disemaikan
Di pagi pupus menggeliat
Bayi meninggalkan rahim
Memaklumkan kehadiran
Cempaka di jambangan
Menyambut bidadari
Turun memandikan
Bahkan hari menanti
Sampai final ia mengeluskan jari
Merestu kelahiran
Membungkus dgn sari
Mendendangkan kehidupan
Para perempuan
Berdandan serba kuning
Pucuk mawar di tangan
Duduk bersila
Menggumam doa-doa
Hari yg semalam dikuburkan
sudah tiba kembali
Selalu kelahiran gres.
Menjentikkan kasih ke pohonan
Semi di cabang-cabang
Adapun di rumputan
Seribu warna jambon
Memberikan madunya
Pada lebah & kupu-kupu
Wahai yg mempercantik diri di air sungai
Simpanlah senja di bawah kerikil-kerikil
Angsa putih ingin mencelupkan bulu
Menuai ikan-ikanmu
Perawan mencuci mukanya
Masih tertinggal wangi kulitnya di permukaan
Ketika burung mandi & menyanyi
Terdengar bagai kau-sekalian bangkit kembali
Tangan yg tak nampak
Mendandani.
Bagi yg merindukan
Tuhan menyediakan
Kereta cahaya ke langit
Kata sudah membujuk
Bumi untuk menanti
Sudah disiapkan
Awan putih di bukit
Berikan tanda
Angin membawamu pergi
Dari sentra samudera
Tidak cepat atau lambat
Karena menit & jam
Menggeletak di meja
Tangan gaib mengubah jarum-jarumnya
Berputar kembali ke-0
Waktu bagi salju
Membeku di rumputan
Selagi kaulakukan perjalanan.
Bayang-bayang bumi
Memalingkan badan
Memejam letih
Meletakkan beban ke tanah
Maka malam pun turun
Memaksa kucing putih
Mengeong di pojok rumah
Memanggil pungguk
Yang sanggup mengundang bulan
Karena hari sedang istirahat
Di ladang angin mengendap
Tidur bareng ibu bumi
Dari kasih mereka
Ilalang berisik
Ditingkah suara jangkrik
Di sungai, air
Pelan-pelan
Melanda pasir
Justru pada tengah malam
Rahasia diungkapkan.
bintang-bintang berebut
menenun pagi
jadi samudra
Di bahari
naga menghantam ombak
perahu tergoyang
bagai mainan
Dua ribu tangan menjinakkan air
menahan gelombang
Halilintar di kepala
bagai isyarat
memaksa laut
menyerahkan diri
untuk dijamah
Pelaut sudah turun
jaring-jaring perkasa
menangkap duyung
yang menarik hati cinta
Para laki-laki
berdiri di pinggir kapal
mengagumi wajahnya
mempesona napas
Lelaki:
yang hanya bercinta di malam hari
Ada dinding-dinding di gedung
membagi ruang jadi dua:
engkau & semesta
Kamar-kamar raksasa
menyimpan hidup
dalam kotak-kotak
Engkau terkapar di sana
terpaku di dingklik
tangan ke lantai
dilingkar tembok baja
yang membungkus napasmu
hari berjalan selaku biasa
lewat lorong luas
yang indah hiasannya
mengirim berkas matahari ke kamarmu
memancing sedih.
angin selatan
mendaki pucuk menara
meliukkan puncaknya
dua meter dr tanah
orang berkerumun
dengan mata silau
mengagumi kubah
alangkah indahnya
sungguhkah ini terjadi
dua puluh jari meraba
dua puluh ribu jari meraba
bantu-membantu,bahwasanya
beginilah
kalau sudah tiba waktunya
menara pun
merendahkan diri
mencium tanganmu.
pada tanggal satu bulan Muharam
akan tiba Sang Utusan
dalam perjalanan kembali
menjenguk warganya
Mereka keluar dr rumah-rumah
berdiri di taman
menantikan
Bunga-bunga mawar di tangan
nyanyi kudus
dan detak-detak
keinginan
Tidak.
la tak mengikuti angin utara
ia melalui berdasarkan ilhamnya.
Pulang, ia akan mengetuk pintumu.
Mereka saling memandang
barangkali itu benar
lalu kembali ke tempat tinggal
menaburkan mawar di ambang
menyimpan nyanyian
Malam tak tidur
untuk di pagi hari
mereka peroleh
jejak Sang Utusan
di halaman.
Hari ke n dr Adam dilahirkan
mega putih menyingkir ke tepi
langit terbuka
sederet burung undan
terbang di garis cakrawala
Tidak habisnya kamu-sekalian memuji
hari itu di hutan
serigala mencumbu kijang
yang berubah jadi kencana
engkau duduk di tepi telaga
mengaca
bahkan kamu-sekalian heran, mengapa
bibirmu tersenyum.