SITTY NOERBAJA
Dramatic Personae:
- Seorang wanita muda, berperan selaku SITTY NOERBAJA
- Seorang laki-laki muda, berperan sebagai SAMSUL BAHRI
- Seorang pria muda, berperan selaku BAKHTIAR
- Seorang pria muda, berperan selaku ARIFIN
- Seorang pria paruh baya, berperan selaku AYAH
- Seorang pria tua, berperan sebagai DATUK MARINGGIH
- Seorang laki-laki, berperan sebagai PENDEKAR LIMA
- Seorang laki-laki, berperan sebagai PEDAGANG
- Seorang laki-laki, berperan sebagai PEDAGANG PALSU (SURUHAN DATUK)
- Beberapa orang SISWA.
BAGIAN I
PENTAS MENGGAMBARKAN SESUDUT JALAN ATAU HALTE TEMPAT ANAK-ANAK SEKOLAH MENUNGGU JEMPUTAN ATAU ANGKUTAN UMUM. DI SITU MANGKAL SEORANG PEDAGANG GEROBAK YANG MENJUAL MAKANAN DAN MINUMAN RINGAN. DI SEBELAH KIRI TERDAPAT SEBUAH RAMBU-RAMBU YANG MENUNJUKAN TEMPAT PERHENTIAN BUS.
SITTY, SAMSUL BAHRI, BAKHTIAR DAN ARIFIN MASUK. MEREKA BERCENGKRAMA SEPERTI ADA YANG DIPERDEBATKAN.
BAKHTIAR
Yang namanya hidup di dunia tentu mesti dgn nalar, pintar-pandai. Kalau hidup di darul baka baru mesti dgn doktrin.
SITTY
Tapi, menyaksikan jimat saat ujian tadi ananda bilang pandai, Bakhtiar ? Bukankah itu cara yg licik.
ARIFIN
Kalau saya beropini lain. Yang dilaksanakan Bakhtiar diwaktu ujian tadi namanya ‘licik pintar’, bukan cerdik pintar.
BAKHTIAR
Aah, hei.. Untuk hasil maksimal dibutuhkan usaha yg optimal. Betulkan Samsul?
SAMSUL
Kata-kata itu benar. Kamunya yg tak benar. Usaha optimal bukannya menghalalkan segala cara. Ingat, alam terkembang jadikan guru. Bisa-bisa berganti pepatah itu, jimat terkembang otak membeku.
SEMUA TERTAWA MENDENGARNYA
PEDAGANG
Oi ! onde-onde, onde-onde mande. Tertawa sambil makan onde-onde pasti lebih asyik.
(SITTY MEMERIKSA SAKUNYA)
SITTY
Ujian tadi baru tahap percobaan. Apakah ananda bisa menyaksikan jimat ketika ujian akhir yg sebetulnya, Bakhtiar?
ARIFIN
Kalau saya beropini lain. Resiko untuk melakukan kecurangan di ujian simpulan sangat besar. Melihat kiri-kanan saja mungkin dicurigai. Bertanya tetangga?, sesekali jangan. Nah, apalagi lihat jimat, kertas kecil apapun jenisnya niscaya akan gagal.
SAMSUL
Barangkali Bakhtiar siap dgn resiko, didiskualifikasi.
ARIFIN
Nah…, dr pada kepala sakit kepala. Menurut pendapat saya. Lebih baik begini. Pertanyaan yg tak terjawab oleh kita, gunakan pilihan derma. Pertama, ask the audience, aba-aba tetangga-tetangga sebelah. Kalau dicurigai, urungkan niat. Kedua, phone a friends, siapkan kertas kecil untuk sms-sms-an,”bantu saya nomor sekian”. Lemparkan pada kawan yg mungkin tahu jawabannya. Tidak mampu pula ! Baru gunakan fifty-fifty.
BAKHTIAR
Fifty-fifty bagaimana?
ARIFIN
Tentukan dua pilihan tanggapan yg menurut ananda paling berkemungkinan benar. Dari dua tanggapan tersebut, pilih satu saja dgn cara menimbang (MENIRUKAN DENGAN TANGAN). “Ma rancak iko pado iko, rancak iko” Nah, dapatlah satu jawabannya. Untung-untung betul. Gampangkan….?
SAMSUL
Alaahh…., sama pula bohong Arifin.
SITTY
Tidak ada gunanya. Seperti kata petuah:
Jalar-menjalar akar parasit
Kuat melingkar di batang mangga
Kita mencar ilmu menuntut ilmu
Tabiat jelek tak akan berharga
ARIFIN
Tapi bukankah fifty-fifty itu sah saja. Lain halnya dgn cara Bakhtiar yg berdasarkan usulan saya….
BAKHTIAR
Sudah, sudah. Waktu seminggu itu masih panjang. Cukup untuk bersantai menenangkan pikiran. Pergi piknik, tenangkan jiwa.
SAMSUL
Seminggu ananda bilang masih panjang? Mana jari tanganmu? Hitung mundur mulai detik ini. Saatnya siaga satu, kawan.
BAKHTIAR
Jangan tegang, rileks saja. Kita tentu punya cara masing-masing sebelum bertempur. Kalau saya, butuh refreshing dahulu sebelum menuju gelanggang. Kalau mau belajar kejar tayang menghafal buku-buku, silahkan coba. Bisa-mampu meledak itu kepala.
ARIFIN
Dasar pemalas!
BAKHTIAR
Terserah saja, sekarang lebih baik pulang. Dengar,
Batang purut di tepi pagar
Ditanam putri anak aristokrat
Kerontang perut lantaran lapar
Segera pulang mencari makan
Ayo, Arifin. Kamu pulang bareng saya atau tak ? Biarlah mereka berdua menggagas masa depan. Apakah ananda mau jadi pamong terus, jadi obat nyamuk bakarnya ? (ARIFIN MENGIKUTI BAKHTIAR) Samsul, Sitty, kami duluan. O, ya. Bayar onde-onde kami ini. Buat tutup verbal kami. Daaah..!
BAKHTIAR DAN ARIFIN KELUAR SETELAH MENGAMBIL BEBERAPA ONDE-ONDE
SAMSUL
Cerdik juga ia !
Kamu lapar, Sitty?
SITTY
(MENGGELENG)
SAMSUL
Benar tak lapar ?
SITTY
(MENGGELENG )
SAMSUL
Bagaimana kalau kita beli onde-onde. Sekedar pengganjal perut.
SITTY
Mau, mau ! Boleh juga.
SAMSUL MENUJU PEDAGANG
SAMSUL
Onde-ondenya, pak.
PEDAGANG
Nah, begitu. Perhatikan pula nasib orang kecil seperti saya. Masa sepanjang hari saya berjualan di sini tak ada yg beli ? Makanya dr tadi saya tawarkan onde-onde ini. Saya tahu kalau putrimu itu sungguh suka onde-onde. ia kan langganan saya.
SAMSUL
Berapa, pak ?
PEDAGANG
Belum seberapa, sepuluh onde-onde gres lima ribu saja. Kali ini saya kasih bonus dua buah. Buat nona Sitty.
SAMSUL
O. Ya. Terima kasih. Bapak baik sekali. Eh, benar tidak, pak ? Kata orang, hari esok mesti lebih baik dr hari ini.
PEDAGANG
Ya, mesti !
SAMSUL
Kalau begitu besok bapak mesti lebih baik. Besok, kalau saya beli onde-onde bonusnya mesti lebih dr dua. Hehehe ……
PEDAGANG
Pintar pula otakmu.
SAMSUL KEMBALI KE TEMPAT SITTY
SAMSUL
Sitty, ini onde-ondenya. Makanlah. Bapak itu memberi bonus buat kamu.
SITTY
O, ya. Kalau saya tadi yg beli pasti bonusnya lebih dr dua.
SITTY DAN SAMSUL DUDUK MENIKMATI ONDE-ONDE
SAMSUL
Sitty, selepas lulus sekolah nanti, ayahku menyuruhku untuk meneruskan ke akademi tinggi. Aku sendiri sepakat dgn itu. Kalau ananda bagaimana ?
SITTY
Baguslah. Siapa yg tak gembira bisa lanjut ke jenjang yg lebih tinggi. Ayahmu tentu telah mempersiapkan semua demi kau. Aku sendiri belum tentu, Sam. Belakangan ini ayahku sakit-sakitan. Aku tak mungkin memaksakan keinginanku dlm kondisi mirip ini. O… rencananya ananda mau melanjutkan kemana, Sam ?
SAMSUL
Ayahku menyarankan untuk kuliah di mancanegara.
SITTY
Luar negeri ?!
SAMSUL
Iya, Sitty. Tidak di sini.
SITTY
Kenapa mesti ke luar negeri, Sam ?
SAMSUL
Kata ayahku, sangat baik untukku nantinya. Dengan kuliah di mancanegara kita mampu menerima ilmu dgn maksimal.
SITTY
Di sini pula bisa, bukan? Banyak sekolah tinggi tinggi yg tak kalah kualitasnya. Dan lagi, kuliah di luar itu butuh biaya besar, Sam. Apakah ayahmu sudah memikirkannya matang-matang?
SAMSUL
Ah, entahlah. Selain itu sebetulnya gue belum siap untuk merantau terlalu jauh. Jauh dr kampung halaman, jauh dr keluarga, & tentu akan menjauhkan gue dr ananda Sitty.
SITTY
Jauh tak lagi dilema, Sam. Selagi masih di bumi ini. Apalagi zaman kini ini. Jarak & waktu mampu direkayasa dgn teknologi.
SAMSUL
Aku tak mau jauh dr ananda Sitty.
Anak baginda berburu rusa
Rusa mati tertembak panah
Jika kasih jauh dimata
Rasa mati tubuh sebelah.
SITTY
Burung puyuh masuk ke rimba
Di dahan jati singgah merapat
Meskipun jauh dipelupuk mata
Di dlm hati menetapkan bersahabat.
SAMSUL
Ombak berdentum di hujan lebat
Sampan melaju ke pulau seberang
Hendak kemana carikan obat
Badan bertemu makanya senang.
Kalau lama tak ke ladang
Tinggilah rumput dr padi
Kalau usang tak mampu kupandang
Rasa rindu menjadi-jadi.
SITTY
Risau kicaunya si anak balam
Ditinggal induknya di pohon jambu
Walau tak bisa berjawat tangan
Di dlm mimpi kita bertemu.
Utara selatan jadi penjuru
Timur & barat jadi aliran
Jika tuan dilanda rindu
Dikerat rambut jadikan ingatan.
SAMSUL
Tetak lontar alaskan padi
Peti dibawa dr Palembang
Bertemu sebentar bagaikan mimpi
Itu membawa hatiku ragu-ragu
Bendi dipapah jalan berliku
Kaki dilangkah terasa kaku
Takut kasih berpindah tangan.
SITTY
Anak Kediri berdagang kain
Kain disimpan dlm peti
Niat diri tak pada yg lain
Tuan terikat di dlm hati.
Anak dara bersunting kembang
Banyak dara di negeri orang
Tidakkah tuan bersimpang mata.
SAMSUL
Manis-manis bukannya tebu
Manisnya manis si gula jawa
Manis tak sekedar dr rupamu
Manis kupandang budi bahasa.
Surabaya kota jagoan
Sitty Noerbaja yg menawan
Tak akan kudapati di luar negeri.
SITTY
Merah warnanya si bunga mawar
Putih suci bunga melati
Janji bukan untuk ditawar
Kasih hanya dilerai mati
SAMSUL
Tanam melati di depan rumah
Ubur-ubur berdamping dua
Jikalau mati kita bersama
Satu kubur kita berdua.
SITTY
Ubur-ubur berdamping dua
Tanam melati bersusun tangkai
Kalau mati kita berdua
Jikalau boleh bersusun bangkai.
SAMSUL
Tanam melatai bersusun tangkai
Tanam padi satu persatu
Jikalau boleh bersusun tangkai
Daging melebur jadi satu.
TANPA DISADARI, PEDAGANG MEMPERHATIKAN PERCINTAAN SAMSUL DENGAN SITTY.
PEDAGANG
“Allahuakbar Allahuakbar………!!” (KEARAH SITTY DAN SAMSUL)
SAMSUL
Hah ! O . Ayo kita pulang, Sitty. Sudah terlalu senja. Nanti orang di rumah murka-marah. Merantaunya masih usang. Lulus saja pula belum tentu.
SAMSUL DAN SITTY KELUAR
PEDAGANG
Ikat berikat tali kuda
Pasang pelana kuda yg putih
Hati terikat samanya muda
Lupa waktu sebab berkasih
Minta daun diberi daun
Dalam daun buah bidara
Minta pantun diberi pantun
Dalam pantun ada dongeng
PEDAGANG ITU PUN KEMUDIAN MENUTUP DAGANGANNYA. KELUAR SERAYA MEMBAWA RAMBU-RAMBU YANG TERNYATA BISA DICABUT DENGAN MUDAH.
BAGIAN II.
DI RUANGAN SEBUAH RUMAH SEORANG LAKI-LAKI SEPARUH BAYA DUDUK. LAKI-LAKI ITU TERBATUK-BATUK SERAYA MENGUSAP-USAP DADANYA MENAHAN SAKIT. ANAK PEREMPUANNYA DUDUK DI SEBELAH LAKI-LAKI ITU, SESEKALI MEMIJIT-MIJIT BAHUNYA.
SITTY
Istirahatlah lagi ayah, sudah terlalu larut.
AYAH
Tidak praktis tidur bagi ayah kini ini, Sitty. Dipejam mata tak terpejam. Direbah tubuh tak jua senang perasaan.
SITTY
Apalagi yg ayah fikirkan ? Bukankah ayah pernah bilang pada Sitty,
Tidaklah beban jadi rasian. Habis daging dihisapnya.
AYAH
Sitty, anakku. Kamu ini mirip orang dahulu bilang, Kecil tak lagi untuk disuruh-suruh. Besar belumlah dapat ditumpangi.
SITTY
Ah, ayah. Kecil Sitty anak ayah, besar pula tetap anak ayah. Kalau boleh Sitty tahu, apa yg ayah pikirkan ?
AYAH
Dipintal benang dgn gulungan. Biar berpisah pangkal dgn ujungnya. Tak kusut pula dlm genggaman. Tapi, kali ini ananda terpegang ujung benang, Sitty. Ayah memintal dr pangkalnya.
SITTY
Kalaulah ujung di tangan Sitty, tentulah Sitty takkan berlepas tangan. Ceritakanlah ayah. Dengan senang Sitty dengarkan.
AYAH
(MENARIK NAFAS)
Berniaga ke tanah Jawa dagang emas dgn budi bahasa. Tapi, bagaimanapun, untung tak mampu dicapai, malang tak dapat ditolak. Nasib tertoreh di telapak tangan. Niat hendak menyekolahkanmu tinggi-tinggi, biar bertambah isi kepala.
Cita-cita membumbung langit, Tuhan dr atas jua yg memilih. Jerih peluh usaha niaga kita kali ini telah habis surut, Sitty. Ayah tak mampu lagi berbuat apa-apa. Sekarang, ananda pula tahu, harta ayah cuma tinggal tubuh sepembawaan ini. Hutang-hutang tumbuh melilit pinggang. Mencekik kerongkongan.
SITTY
Sitty memahami, ayah.
AYAH
Hutang emas dibayar emas. Hutang budi, tentulah dibawa mati.
SITTY
Benar ayah.
AYAH
Kemarin Datuk Maringgih datang ke sini. Tak lain untuk menagih hutang pinjaman jualan yg sudah jatuh tempo. Ayah meminta Datuk memperbesar rentang waktu yg diberikan. Tapi, ia menolak. Karena sudah melalui batas waktu yg sebaiknya. Sehingga bunganya sudah berlipat ganda. Rumah yg satu-satunya inipun hendak disitanya. Dan itupun belum pula akan menutupi hutang kita Sitty.
SITTY
Iya, ayah. Sitty paham, ayah.
AYAH
Panjang cerita segelas kopi, direntang masa setinggi bulan. Bersilat pengecap di perbincangan, berkecamuk darah dlm dada.
Ah. Hutang kita seperti memotong rumput di tengah padang. Potong diiris tumbuh jua. Bunganya menjulang menyentuh lutut. Tiap melangkah terjatuh pula menjamah tanah.
SITTY
Sitty mengerti, ayah. Jual gabah di tengah pekan, gabah dibawa dgn bendi. Kalaulah sulit sama kita fikirkan, nak lapang jua beban di hati. Ayah, apa yg bisa Sitty perbuat untuk itu, Ayah.
AYAH
(KEMBALI MENARIK NAFAS, KEMUDIAN MENGGELENGKAN KEPALA)
Daunmu terlalu hijau. Berputik sudah, berbunga belum. Harumnya belumlah melintas pagar.
SITTY
Maksud ayah….?
AYAH
Sitty, hutang emas dibayar emas ? Hutang budi dibayar budi ? Tapi, lain dgn Datuk Maringgih. Seluruh hutang kita padanya, tak berguna pepatah demikian. Datuk ingin mempersuntingmu. Maka, lepaslah hutang yg selilit pinggang.
SITTY
(TERKEJUT)
Dengan Sitty, ayah !? Datuk Maringgih !?
AYAH
Itulah jalan yg ia pintaskan semoga terlepas dr segala hutang.
SITTY
Tidak, … tidakkah ada jalan lain, ayah ?
AYAH
Kalaulah umur ayah masih panjang, & tenaga berisi di tubuh. Tentu ayah tak akan memberitahu kamu, Sitty.
SITTY
Tapi, … Sitty belum …
AYAH
Sitty, Ayah paham kalau ananda belum punya timbangan yg besar lengan berkuasa, Sitty. Timbangan yg bagus tak berat sebelah. Berlebih semata ditentang dgn pikiran. Selepas ananda lulus sekolah nanti, Datuk Maringgih hendak menjatuhkan hari.
SITTY
(TERDIAM LAMA SEPERTI BERPIKIR)
Ayah, bolehkah Sitty mohon diri Ayah? Sudah berat kelopak mata. O, ayah istirahatlah dahulu.
SITTY KELUAR MENINGGALKAN AYAHNYA.
LAMPU MENYURUT.
BAGIAN III.
PENTAS KEMBALI MENGGAMBARKAN SESUDUT JALAN. PEDAGANG MENUNGGU ANAK-ANAK PULANG SEKOLAH.
DATUK MARINGGIH MASUK BERSAMA PENDEKAR LIMA—ASISTEN, JUBIR SEKALIGUS PENGAWALNYA.
DATUK
Sudah keluar anak sekolah itu ?
PEDAGANG
O, belum Tuan. Mungkin dalam waktu dekat. Coba lihat arlojinya (MENARIK TANGAN DATUK, MELIHAT ARLOJI). Baru pukul lima lewat sedikit. Lihat, baru sedikit lewatnya. Sekolah bubar pukul setengah enam. Ya, setengahnya saja. Sebentar lagi. Sabar, sabar. Silahkan duduk dulu. Santai dahulu. Dan saya punya onde-onde, enak rasanya. Silahkan dicoba. Kalau tak percaya lihat saja nanti. Seorang gadis bagus akan memborong onde-onde ini, Sitty Noerbaja gadis….
DATUK
Sitty Noerbaja?!
PEDAGANG
Tepat sekali. Gadis manis, semanis tebu, suka onde-onde. ia bilang onde-onde lebih luar biasa dr makanan import manapun. Eh, apa Tuan menanti Sitty Noerbaja ?
DATUK
Ya. Saya menjemputnya.
PEDAGANG
Berarti Tuan ini keluarganya Sitty, kakeknya barangkali ?
PENDEKAR LIMA
Heh! Jangan asal bicara ya!
PEDAGANG
Bapaknya?
PENDEKAR LIMA
Datuk ini bukan bapaknya.
PEDAGANG
Kaprikornus, pamannya begitu?
PENDEKAR LIMA
Huhh ! Tidak kata saya !
PEDAGANG
Kakek bukan, bapak tidak, paman pula salah. Tapi ke sini untuk menjemput Sitty. Nah, mempunyai arti Tuan ini sopir pribadinya nona Sitty.
PENDEKAR LIMA
Hei ! Mau kakek, kek. Mau bapak, kek. Mau paman, kek. Apa urusanmu ! Urus saja onde-ondemu itu.
PEDAGANG
O. Oke, oke. Maafkan saya. Tidak akan saya urus lagi. Ya, bukan urusan saya. Tapi ingat, sekedar keterangan. Bagi saya, Sitty mempunyai arti onde-onde, seperti onde-onde. Lembut di luarnya, manis di dalamnya. ia ramah sekali….
DATUK
(KEPADA PENDEKAR LIMA)
Coba kau lihat kesana. Lama sekali keluarnya. Apa yg mereka perbuat di sekolah itu. Zaman saya sekolah tak terlalu penting. Lihat saya, tak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk mampu hidup sejahtera. Cuma pakai logika-akalan. Kecil bahagia, muda foya-foya, bau tanah sejahtera, mati masuk……
PENDEKAR LIMA
Itu ia, Datuk. Menuju kesini. Anak sekolah keluar seperti kambing lepas dr kandang. Tapi, Sitty bergandengan Datuk.
DATUK
Bergandengan ! Dengan siapa !?
PENDEKAR LIMA
Dengan pria. Mesra sekali mereka.
DATUK
Siapa pria itu ? Hah ! Samsul Bahri. Anak Sutan Mahmud. Sudah menempel-lekat pula ia dgn Sitty.
SAMSUL, SITTY, BAHKTIAR DAN ARIFIN MASUK.
SAMSUL
Tuan Datuk Maringgih rupanya. ( MENGULURKAN TANGAN HENDAK BERSALAMAN TAPI TIDAK DIBALAS OLEH DATUK )
PENDEKAR LIMA
Oh, bersalaman dgn Datuk harus lewat saya. Saya tangan kanan, jubir, sekaligus pengawal pribadi Datuk. Makara segala apapun urusan dgn Datuk harus lewat saya.
DATUK
Selamat sore Sitty. Sedari tadi saya menanti. Niat di hati hendak menjemputmu. Mobil sudah saya persiapkan. Mari, kita berkeliling menikmati senja yg menawan ini. Bagaimana kalau kita ke tepi laut, mencari angin segar sambil makan rujak atau jagung bakar. Setelah itu kita ke plaza mencari oleh-oleh untuk ayahmu.
SITTY
Ah, eh. O. Mmmh … Datuk !?
DATUK
Ayo Sitty, mari. ( MENARIK TANGAN SITTY )
SAMSUL
Ada apa ini Datuk ?
PENDEKAR LIMA
Bukan urusan ananda !
SAMSUL
Ini jadi urusan saya.
PENDEKAR LIMA
Oi, urus saja dirimu sendiri, kalau tak mau berurusan panjang dgn saya !
SAMSUL
Tapi jangan main … !
SITTY
Tenang Sam. Ini urusan saya. Pulanglah dulu bareng Bachtiar & Arifin. Saya mau bicara sebentar dgn Tuan Datuk.
SAMSUL
Tapi, Sitty. Kamu…
SITTY
Sam, saya mohon pemahaman kamu.
PENDEKAR LIMA
Nah, ananda dengar tak ? Sitty menyuruhmu pergi dr sini. Tunggu apalagi, menanti kena usir, ya ?
BACHTIAR
Enak saja main usir. Ini kawasan umum tahu.
PENDEKAR LIMA
Kamu pula mau turut campur urusan ini, ya ? Mau tahu mekanisme memiliki masalah dgn saya ?
ARIFIN
Op, op, op. Menurut usulan saya lebih baik kita mengalah. Mundur. Ayo. Sitty, kami duluan. Jaga diri baik-baik.
SAMSUL, BACHTIAR DAN ARIFIN PERGI DENGAN KESAL.
SITTY
Datuk. Apa maksud Datuk menjemput saya ?
DATUK
Saya berniat baik Sitty. Mulai hari ini saya, eh, saya, akan menjemputmu. Sebagai seorang kandidat induk berasku, alangkah mengasyikkan kita berjumpa setiap saat. Biar kita merasa dekat. Bukan begitu hendaknya ?
SITTY
Siapa yg menyuruh Datuk melakukannya ?
DATUK
O, tak siapa-siapa. Ini gue kerjakan ikhlas & murni dr hati nuraniku sendiri.
PENDEKAR LIMA
Ah, tak usah pakai menolak segala. Turuti sajalah. Datuk akan membuat hari-harimu senang.
DATUK
Saya tak menyuruhmu bicara !
SITTY
Datuk. Saya tak pernah meminta untuk dijemput, Datuk.
DATUK
Sitty, semua sudah saya perhitungkan dgn ayahmu, Sitty. Tidak ada lagi yg perlu dipermasalahkan.
SITTY
Tuan Datuk. Ini bukan hitungan matematik, Tuan. Sebagai seorang yg jauh lebih remaja, tentu Tuan lebih paham dunia ini.
DATUK
Ah, kau kan bukan lagi anak kecil yg tak mampu memilih langkahmu sendiri. Sudah tujuh belas tahun. Tentu kau mengetahui Sitty.
SITTY
Jalan saya masih panjang Datuk. Saya belum berpikir melangkah sejauh ini. Alangkah bagusnya Datuk mencari perempuan yg lebih dr saya. Lebih pantas, lebih pas menjalankan hidup dgn Datuk.
DATUK
Apalagi yg ananda cari setamat sekolah ini, Sitty ? Lebih baik kerjakan langkah besar. Apalagi, ananda perempuan. Bukankah perempuan itu cuma ; sumur, dapur, & kasur.
SITTY
Tuan. Hendaklah Tuan berpikir baik. Baik untuk Tuan, & pula baik untuk saya.
PENDEKAR LIMA
Ini sudah yg terbaik Datuk kerjakan untuk ananda & Ayahmu, Sitty. Apakah ananda senang melihat ayahmu sakit-sakitan memikirkan…
SITTY
Tentang hutang Ayah saya pada Datuk, saya berharap Datuk sabar. Berilah saya peluang. Tunggu saya menyelesaikan sekolah saya dahulu. Saya akan berusaha, bekerja mencari duit untuk membayarnya.
PENDEKAR LIMA
Heh ! Mau kerja apa ananda Sitty ? Tidak gampang mencari pekerjaan di jaman sekarang ini. Kerja di kantor ? Di Bank ? Jangan mimpi Sitty. O, barangkali ananda bisa jadi babu, buruh kasar, atau ananda jadi pekerja … pekerja seks komersil.
SITTY
(MENAHAN AMARAH)
Saya tak bicara demikian Tuan-tuan.
DATUK
Pendekar Lima. Saya tak suruh ananda bicara. Diam saja di sana.
Kaprikornus, ananda keberatan dgn gue Sitty ?
SITTY
Maafkan saya Tuan Datuk.
DATUK
Saya tak main-main Sitty.
PENDEKAR LIMA
Tidak tahu diuntung pula kau rupanya. Ingat. Hutang ayahmu dgn Datuk sudah terlampau banyak. Mau dibayar dgn apa lagi ? Ayahmu sudah memasarkan seluruh perusahaan dagangnya. Untuk bunganya saja itu pun belum cukup. Ayahmu sudah mulai bicara sendiri memikirkannya. Lebih baik kau bayar lunas dgn …
SITTY
Hutang emas dibayar emas, Tuan.
PENDEKAR LIMA
Makara kau kemanakan tindakan baik Datuk selama ini pada ayahmu ?
SITTY
Saya akan selalu mengingatnya. Tidak akan saya lupakan, bahwa Datuk yaitu seorang yg baik. Bahkan terlalu baik.
PENDEKAR LIMA
Nah, tunggu apa lagi ?
SITTY
Namun, harapan Datuk terhadap saya, apakah baik buat saya ?
PENDEKAR LIMA
Jelas sangat baik. Niat baik Datuk tak akan ada yg menghalangi.
SITTY
Belum tentu, Tuan. Kalau Tuhan berkeinginan lain, tidaklah boleh mendahului yg di atas.
DATUK
Hhh. Jangan bermain-main, terlebih mempermainkan saya. Kaprikornus ananda menolak saya ? Saya tak patut untuk kamu, begitu ? Lalu, siapa yg patut ?
PENDEKAR LIMA
Samsul Bahri tentu telah menghipnotis otaknya.
SITTY
Tidak baik menyangkut – pautkan persoalan ini dgn orang lain, Tuan. Samsul tak tahu apa-apa dgn perkara ini.
PENDEKAR LIMA
Jangan bersilat lidah, Sitty. Sejak kapan kau berafiliasi dgn ia? Sudah sejauh mana? Jangan-jangan kau sudah melakukan……
SITTY
Cukup Tuan. Persoalan ini hanya antara keluarga saya dgn tuan Datuk.
DATUK
Baik, baik. Sitty ! Silahkan ananda berpikir baik-baik sekarang. Baik untuk ananda serta ayahmu. Terserah ! Saya tunggu keputusanmu.
SITTY
Sekali lagi, saya mohon maaf & berharap Tuan mengetahui. Maafkan atas kelancangan saya. Saya mohon diri dahulu, Tuan. Saya pulang.
SITTY KELUAR
PENDEKAR LIMA
Keras kepala pula ia !
DATUK
Keras hati, pendekar.
PENDEKAR LIMA
Keras hatinya pada Samsul Bahri.
DATUK
Mmmh. Hehehe … Samsul Bahri !? Tampaknya ia akan menjadi batu sandungan bagi langkah saya. Tapi ia bukan kasus yg besar. Pendekar, ke sini !
(MEMBISIKAN SESUATU. PENDEKAR MENGANGGUK-ANGGUK)
PENDEKAR LIMA
Ide yg seruan. Tapi…
DATUK
Tapi bagaimana ?
PENDEKAR LIMA
Begini Datuk, apakah sesudah ini dilaksanakan Sitty akan mau dgn Datuk ? Tentu ia akan tambah sulit didekati. Lebih baik langsung Sitty saja, Datuk.
DATUK
Kamu gila ya ! Tujuan saya itu terang-terperinci Sitty. Kenapa Sitty pula yg dijadikan sasaran. Goblok ! Sekarang gunakan otakmu, bagaimana caranya.
PENDEKAR LIMA
O. Baik. Begini (BEBICARA PELAN DENGAN DATUK, SESEKALI MENUNJUK KE ARAH PEDAGANG)
DATUK
Bagus, bagus. Sekarang gunakan bibirmu itu kesana.
PENDEKAR LIMA MENDEKATI PEDAGANG.
PEDAGANG
Eh, Tuan. Kelihatan serius sekali pembicaraan tuan-tuan dgn Nona Sitty. Sehingga Ia tak sempat menikmati onde-onde saya. Rejeki saya jadi hilang begitu saja.
PENDEKAR LIMA
Ah, biasalah. Kami ini mempunyai suatu Production House yg sedang menggarap sebuah film gres. Pembicaraan tadi itu, kami menawarkan sebuah peran pada Sitty Noerbaja. Tapi ia masih ragu. Pikir-pikir dulu katanya (MEMAKAN SEBUAH ONDE-ONDE) Mmmh..onde-ondenya yummy sekali.
PEDAGANG
Tuan mengajak Sitty main film ? ia menolaknya ?
PENDEKAR LIMA
O, Belum. Sitty belum memutuskannya tadi.
(MEMATUT-MATUT GEROBAK PEDAGANG)
Selain dgn Sitty, sepertinya kita pula bisa berkerjasama.
PEDAGANG
Bekerjasama ? Tuan membutuhkan saya untuk main film ?
PENDEKAR LIMA
Ya. Kami membutuhkan gerobak Anda ini untuk setting suatu adegan di film kami nantinya.
PEDAGANG
Aah…, masa cuma gerobaknya saja. Sayanya tidak. Memang apa judul filmnya ?
PENDEKAR LIMA
Mmmh. “Tidak Ada Apa-apa Dengan Cinta”.
PEDAGANG
Lho ! Kok pakai kata ‘tidak’ ?
PENDEKAR LIMA
Di situlah nilai jual film ini, lain dr yg lain. Film ini akan memperlihatkan bahwa tak ada apa-apa dgn cinta. Persetan dgn yg namanya cinta. Nah, pengambilan gambar pertamanya akan dilakukan di sini. Sitty akan memainkan tokoh utamanya yg sedang menanti kekasihnya sambil makan onde-onde.
PEDAGANG
Makan onde-onde ? Wah, cocok sekali dgn hobinya.
PENDEKAR LIMA
Karena itulah kami menyampaikan peran ini pada beliau.
PEDAGANG
Semestinya saya pula diajak, dikasih peran. Saya ini kan sudah biasa melaksanakan adegan yg Tuan inginkan. Sitty niscaya senang dgn saya sebagai musuh mainnya.
PENDEKAR LIMA
Sayang, paras Anda itu tak Kameragenik
PEDAGANG
Apa tujuannya ?
PENDEKAR LIMA
Wajah Anda itu tak menawan jikalau di shoot dgn kamera. Itu akan menghancurkan gambaran film ini di mata penonton nantinya. Jadi saya cuma pakai gerobaknya saja. Bagaimana? Mau tidak? Kami hargai ( MEMBERI PENJELASAN DENGAN TANGAN SAMBIL BERBISIK ).
PEDAGANG
Ah, cuma segitu ? Biasanya seorang produser itu sangat royal. Apalagi untuk sebuah adegan penting.
PENDEKAR LIMA
Tenang, sehabis pengambilan gambar adegan ini akan saya tambah. Dua kali lipat, bagaimana ?
PEDAGANG
Nah, begitu. Kerjasama disepakati. Tapi…..
PENDEKAR LIMA
( HENDAK BERBALIK KE TEMPAT DATUK ) Apa lagi !?
PEDAGANG
Tadi kata Tuan, Nona Sitty belum memastikan dirinya untuk…….
PENDEKAR LIMA
O. Itu bukan urusan kamu. Nanti akan kami hubungi lagi dia. Cuma dilema nilai kontrak. Dengan nilai yg lebih tinggi, pasti Sitty tak akan sanggup menolaknya.
( MENUJU DATUK )
DATUK
Bagaimana, Pendekar ?
PENDEKAR LIMA
Beres, Datuk. Semua sudah saya rencanakan
DATUK
Bagus. Tidak percuma kau kuangkat jadi jubir, bibirmu tak kalah cepatnya dgn otakmu. Setelah Samsul dibereskan, tak ada lagi hambatan bagi saya menuju Sitty. Oh, Sitty ( SERAYA MENERAWANG ).
BAGIAN IV.
SEORANG PEDAGANG PALSU SURUHAN PENDEKAR LIMA TELAH SIAP DI TEMPAT ITU. IA MONDAR-MANDIR MENUNGGU ANAK-ANAK SEKOLAH KELUAR.
SITTY MASUK, HERAN MELIHAT PEDAGANG ITU.
PEDAGANG PALSU
O. Mmh, nona niscaya Sitty Noerbaja.
SITTY
Betul. Tapi bapak ini siapa ? Biasanya kan pak Amat yg berdagang dgn gerobak ini.
PEDAGANG PALSU
Saya ini… anu, maksud saya, saya ini kerabat dr isterinya si Amat yg biasanya berjualan di sini. Berhubungan si Amatnya ada urusan ke situ…., maksud saya ke….kampung isterinya itu, saya diminta untuk menggantikannya. Daripada tak untung….Eh, maksud saya dibandingkan dengan merugi, lebih baik saya yg menjual-jual dagangannya hari ini. Katanya ia ada……
SITTY
Ada apa, Pak ?
PEDAGANG PALSU
Ah, entahlah. Tidak tahu saya. Pokoknya anu. Penting !
SITTY
Maksud bapak urusan penting.
PEDAGANG PALSU
Nah, betul. Seperti yg Nona maksudkan tadi.
Yang penting bagi saya itu, si anu, maksud saya, teman Nona yg bernama Samsul itu .
SITTY
O, Samsul Bahri. ia belum keluar. Sebentar lagi. Saya biasa menunggunya di sini.
Ada perlu apa bapak dgn Samsul ?
PEDAGANG PALSU
Begini. Saya ini di…., maksud saya ada sesuatu yg akan saya……
SITTY
Maksud bapak ada yg ingin bapak sampaikan pada Samsul ? Katakan saja pada saya, nanti saya sampaikan pada Samsul.
PEDAGANG PALSU
Ooo…tidak bisa, maksud saya tak usah. Biar saya saja. Ini pula penting Nona.
SITTY
Memangnya siapa yg berpesan ?
PEDAGANG PALSU
Si itu…, si anu, maksud saya…….
SITTY
Pak Amat ?
PEDAGANG PALSU
Iya, ya, seharusnya saya bilang begitu. Hehehe……..
SEMENTARA PEDAGANG PALSU ITU MENUNGGU SAMSUL, SITTY MENGAMBIL BEBERAPA BUAH ONDE-ONDE DARI GEROBAKNYA.
SITTY
Pak, Saya beli onde-ondenya. Ini uangnya.
PEDAGANG PALSU
Ha! Onde-onde ? Nona Sitty berbelanja onde-onde ini untuk siapa ?
SITTY
Ya buat saya.
PEDAGANG PALSU
Tapi ini tak untuk……..
SITTY
O, tak untuk dijual, begitu ? Apa bapak tak mau uang ?
PEDAGANG PALSU
Uang ! Mau saya. Ini saya kerjakan lantaran duit.
SITTY
Nah, ini uangnya.
SITTY DUDUK MELEPAS LELAH . KEMUDIAN IA MEMAKAN SATU BUAH ONDE-ONDE.
PEDAGANG PALSU
( KESAMPING ) Aduh ! Celaka saya. Seharusnya Samsul, seperti yg disuruhkan pada saya. Nona memakannya ? ( PADA SITTY )
SITTY
Iya, kenapa ?
PEDAGANG PALSU
Ditelan ?
SITTY
( MENGANGGUK )
PEDAGANG PALSU
Enak ?
SITTY
Mmm, enak. Tapi gulanya terlalu manis dr yg biasa.
( MEMAKAN SEBUAH LAGI )
PEDAGANG PALSU
Yang itu ?
SITTY
Sama saja. Bapak ini kenapa ? Kalau bapak mau silahkan coba saja. ( MENYODORKAN ONDE-ONDE )
PEDAGANG PALSU
O. Tidak, tak ! Saya tak suka onde-onde. Onde-onde itu manis. Saya tak boleh makan yg manis-manis. Kalau saya makan, saya akan batuk-batuk. Saya akan jadi sakit kepala. ( SITTY MEMEGANG KEPALANYA SEPERTI KESAKITAN ) Nah, anak saya akan marah. Ia akan tambah sakit kepala melihat saya. Ia akan kasak-kusuk mencarikan saya obat. Pernah saya pusing sekali gara-gara makan dodol yg pula sama manisnya dgn onde-onde. Saya jadi terbatuk-batuk, nafas saya sesak sekali ( SITTY MEMEGANG DADANYA KARENA SESAK NAFAS ) Hampir-hampir saya tak kuat lagi. Untung anak saya secepatnya menenteng saya ke Puskesmas. Kata anak saya, puskesmas itu akronim dari; pusing, kepala sakit & masuk angin. Susternya menyuntik saya disini ( MENUNJUK BAGIAN PAHANYA ) Sakit. Tapi, setelah itu saya mampu sembuh. Kalau tidak, saya bisa mati.( SITTY SUDAH TERDIAM BEGITU SAJA.TERKAPAR ) Saya ini belum ingin mati. Saya ingin hidup seribu tahun lagi. Nona takut mati ? ( MENOLEH KEPADA SITTY ) Nona ? Nona ! Bangun nona. Nona, bangkit. Wah, celaka. Aduh, sebaiknya Samsul. Kalau tidak, saya tak dapat uang. Aduh, nona ini ( MENDEKATKAN TANGAN PADA HIDUNG SITTY ) Haa ! Tidak ada anginnya. Puskesmas, puskesmas ! Tolong ! Tolong ! Ah, kalau orang-orang tiba hancur saya. Aduh, bagaimana ini !?.
SAMSUL, BAKHTIAR DAN ARIFIN MASUK
SAMSUL
Sitty !?
BAKHTIAR
Sitty kenapa !?
ARIFIN
Ada apa dgn Sitty !?
SAMSUL
Hah ! Tidak usah bertanya lagi. Cepat angkat. Bawa ke tempat tinggal sakit.
MEREKA KELUAR MEMBOPONG TUBUH SITTY. DARI ARAH LAIN DATUK MARINGGIH DAN PENDEKAR LIMA MASUK.
DATUK
Bagaimana ?
PEDAGANG PALSU
Wah. Aduh, celaka ! Sitty !
DATUK
Kenapa Sitty ?
PEDAGANG PALSU
Onde-onde, maksud saya Sitty makan onde-ondenya. Sudah saya larang, tetapi ia terus saja. Mau apa lagi. Kalau saya katakan ada racunnya tak mungkin. Sekarang Sitty dimuat ke…
PENDEKAR LIMA
Diangkut ke tempat tinggal sakit ? Cepat bapak lihat kondisinya ! Segera balik, kami tunggu di sini !
PEDAGANG PALSU KELUAR MELIHAT SITTY
DATUK
Haahhh ! Kenapa bisa jadi seperti ini ? Kacau ! Yang saya perintahkan bunuh Samsul Bahri. Kalau Sitty mati, percuma semuanya !
PENDEKAR LIMA
Ini kesalahan teknis, Datuk.
DATUK
Ini kesalahan ananda ! Menyuruh orang yg tak bisa diandalkan ! Apa tak ada yg lebih punya nalar !
PENDEKAR LIMA
Kalau orang berakal mungkin tak mau melakukannya, Datuk.
DATUK
Sudah! Jangan mencari argumentasi lagi. Apa yg mesti kita kerjakan ? Kita dlm keadaan bahaya. Sebaiknya kita pergi dr sini.
PENDEKAR LIMA
Kita tunggu laporan dr orang tadi dahulu Datuk.
DATUK
Untuk apa lagi ?
PENDEKAR LIMA
Mengetahui kondisi Sitty, ia mati atau tidak.
DATUK
Mati atau tidak, tak perlu lagi dikala ini. Kasus ini niscaya diusut. Sekaranglah waktu yg sempurna untuk menghindar. Ayo !
LANGKAH DATUK TERHENTI KARENA SAMSUL DATANG.
SAMSUL
O. Ternyata langkah saya tak kurang & tak jua lebih. Hendak ke mana tuan-tuan ? Tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya, ya ! Begitu ? Sitty kini dlm keadan koma, Dokter telah mengetahui penyebabnya. Tidak ada alasan untuk tak menuduh Datuk selaku dalangnya.
DATUK
Jangan asal tuduh ! Kamu ingin mencemarkan nama baik saya, ya !?
PENDEKAR LIMA
Oi, anak muda. Apakah kau punya bukti sahih kalau bicara!?
SAMSUL
Bukti? (MENGODE DENGAN TEPUKAN TANGAN)
BAKHTIAR MASUK MEMBAWA PEDAGANG PALSU
SAMSUL
Siapa yg menyuruh bapak untuk meracuni Sitty? (KEPADA PEDAGANG PALSU)
PEDAGANG PALSU
Itu, Situ. Maksud saya orang itu (MENUNJUK PENDEKAR LIMA)
SAMSUL
Berapa bapak dibayarnya?
PEDAGANG PALSU
Tadi saya dikasihnya duit segini (HENDAK MENGELUARKAN SELURUH ISI SAKUNYA). Janjinya saya akan dikasih duit banyak, satu juta katanya. Jadi saya mau. Perintah cuma menyerahkan onde-onde itu pada Samsul Bahri. Samsul Bahrinya tak ada. Tapi Nona Sitty berbelanja onde-onde itu & mengasih saya duit.
SAMSUL
Maksud bapak ?
PEDAGANG PALSU
Aduh, ini sudah tiga kali saya jelaskan pada kalian !
BAKHTIAR
Makara tak usah berdalih lagi dr kami, Datuk !
SAMSUL
Datuk hendak meracuni saya supaya Sitty bisa jatuh ke tangan Datuk ? Terlalu sempit jalan pikiran datuk. Tidak semua orang mampu Datuk kurang pandai-bodohi. Zaman sudah bertukar, Datuk ! Nah, sekarang kau harus me……
ARIFIN MASUK DENGAN RAUT MUKA TEGANG BERCAMPUR TANGIS.
ARIFIN
Sitty sudah mendahului kita.
SEMUA
Sitty !?
SAMSUL
Gaek keparat ! ( HENDAK MENYERANG DATUK )
DATUK
Lari !
PENDEKAR LIMA
Kita hadapi saja, saatnya perhitungan terakhir, Datuk !
BAKHTIAR
Oooooooiii ! Babi hutan masuk ke ladang !
BEBERAPA ORANG SISWA MASUK MEMBAWA BENDA-BEDA KERAS DI TANGAN. MEREKA LANGSUNG MENYERANG SEHINGGA TERJADI TAWURAN.
“Bagi saya.”
“Ini. Hajar !”
“Kubunuh kau, anak anabawang !”
“Ayo, pak renta !”
“Beraninya keroyokan !”
“Sudah biasa, Datuk !”
“Ekstrakurikuler !”
DALAM PERISTIWA TAWURAN ITU SAMSUL BAHRI TEWAS TERTUSUK BELATI OLEH DATUK, SEDANGKAN DATUK MARINGGIH TEWAS DIKEROYOK SISWA DENGAN BATU.
“Samsul !?”
KAWAN SAMSUL MENGANGKAT TUBUH SAMSUL KELUAR. PENDEKAR LIMA DAN PEDAGANG PALSU MELARIKAN DIRI.
BAGIAN V.
DI SUDUT JALAN BEBERAPA HARI KEMUDIAN, SEORANG LAKI-LAKI BERPAKAIAN LUSUH DUDUK DI HALTE. IA TENGAH BERBICARA SEORANG DIRI.
AYAH
Sitty…kembalilah Sitty…dst.
SUARA-SUARA
Sitty di sini Ayah. Menjelma gunung. Orang-orang mendaki, mirip mendaki mimpi. Sitty menyaksikan mimpi itu, Ayah. Bintang jatuh ke samudera jiwa, jiwa lepas dr tubuh….
AYAH
Kemarilah, sayang. Maafkan Ayah, kemarilah…peluk Ayah….dst.
SUARA-SUARA
Sitty di sini Ayah. Serupa jembatan, antara masa kemudian, masa sekarang, & masa tiba. Jembatan waktu yg melingkar, metamorfosis. Orang-orang melintas, tiba, singgah, pergi, & menghilang.
AYAH
Jangan cengeng, Sitty ! Ayo, berdiri. Ayo! Bangun, nak. Lepaskan kemanjaan…dst.
SUARA-SUARA
Sitty jadi muara, Ayah. Tempat segalanya berakhir. Akhir dr kepedihan, selesai dr segala dendam. Akhir dr mimpi-mimpi yg dihanyutkan orang dr hulu, dr masa kemudian. Telah jadi kisah, Ayah. Yang melahirkan seribu tafsir…. Meski kita tak pernah tahu kapan episode ini berakhir….
LAMPU PERLAHAN MENYURUT. PADAM.
SELESAI