Umumnya, penyakit ini dialami oleh seorang laki-laki berusia 50-an tahun. Penyakit ini mengakibatkan turunnya impian terhadap aktivitas ‘ranjang’. Penyakit yg dijuluki dgn silent killer ini mampu merenggut kehangatan aktivitas lezat bernilai ibadah bagi suami-istri ini. Ujung-ujungnya, keharmonisan rumah tangga Andalah yg menjadi taruhannya.
Ialah hipogonadisme. Sebuah penyakit yg menyebabkan kegagalan buatan hormon testosteron & spermatozoa dlm jumlah yg normal. Berkurangnya buatan testosteron ini mempunyai efek kelindan; dr fisik, intim, sampai psikologis.
Penyakit ini disebabkan oleh dua faktor utama; rusaknya organ buatan hormon testosteron yg merupakan faktor biologis, & pola hidup tak sehat.
Terkait acuan hidup tak sehat ini, ada tiga hal utama yg menjadi penyebabnya. Pertama, cara hidup yg jauh dr makna sehat. Kedua, jarang, kurang, bahkan tak pernah berolahraga. Ketiga, stres berlebihan karena masalah keluarga atau pekerjaan.
Terkait stres ini, Dokter Nugroho yg bertugas di Rumah Sakit Fatmawati pertanda, “Kaum laki-laki yg sudah berkeluarga lebih rentan terkena stres lantaran rutinitas monoton atau kesibukan sehari-hari sebagai pekerja.”
Di antara tanda-tanda penderia penyakit hipogonadisme sebagaimana diterangkan oleh dokter Nugroho yg diangkut dlm Republika, 8 Desember 2015 ialah: berkurangnya masa otot, rontoknya rambut-rambut tubuh, obesitas, & ukuran testis yg mengecil.
Hal utama yg layak diwaspadai, penyakit ini mampu merenggut keyakinan diri seorang suami. Tatkala semestinya mampu membuat puas istrinya, laki-laki penderita hipogonadisme justru KO sebelum ‘bertarung ’.
Alhasil, bila sang istri tak mempunyai pengetahuan yg elok & kedekatan emosional serta komunikasi dgn suaminya, ada bisikan kecurigaan yg kerap menghantui. Sang istri jenis ini, sebagaimana diterangkan oleh Tara dr sumber yg sama, “Perempuan kadang berprasangka, bahkan menuding pasangannya telah mempunyai perempuan idaman lain.”
Pasalnya, sebagaimana perilaku biasa lelaki yg tak ingin memberikan kekurangan & kehabisan dirinya-meski pada pasangannya-penderita hipogonadisme ini senantiasa menghindari kontak fisik berupa ‘coba-coba’, bahkan menolak berafiliasi tubuh dgn istrinya.
Biasakanlah hidup sehat & bangunlah komunikasi efektif dgn pasangan Anda. Semoga berkah senantiasa menyertai.
Wallahu a’lam. [Pirman/Wargamasyarakat]