Kerajaan Aceh : Sejarah, Raja, Peninggalan dan Masa Kejayaan

Kerajaan Aceh  – Kerajaan Islam yg tak kalah besar & banyak menunjukkan efek bagi masyarakat Indonesia yakni Kerajaan Aceh. Mulai dr permulaan berdirinya, masa kejayaan, hingga kemunduran kerajaan telah meninggalkan jejak sejarah Islam di Indonesia.

Tidak hanya itu, kehidupan politik & sosial budaya Kerajaan Aceh bahkan masih terasa kental apabila kita berkunjung ke Aceh. Tak tanggung-tanggung, jejak peninggalan kerajaan ini masih berfungsi dgn baik & kuat sebagai tempat ibadah umat Islam di Aceh, yakni Masjid Darussalam di Aceh.

Menakjubkan bukan? Segalanya ihwal Kerajaan Aceh akan kita ulas dengan-cara rinci pada pembahasan di bawah ini. Yuk simak uraian berikut!


Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh atau pula diketahui dgn istilah Kerajaan Aceh Darussalam merupakan kerajaan Islam yg pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Ibu kota Kerajaan Aceh terletak di Kutaraja atau kini diketahui dgn Banda Aceh.

Kerajaan Aceh merupakan kerajaan yg mempunyai tugas penting dlm penyebaran agama Islam di Nusantara. Kerajaan ini mempunyai peranan penting setelah Kerajaan Samudera Pasai diambil alih pada 1524 M.

Dalam sejarah perjalanannya yg panjang, Aceh mengembangkan acuan & tata cara pendidikan militer, bertekad penuh menentang imperialisme bangsa Eropa, memiliki metode pemerintahan yg terencana & sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu wawasan & agama Islam, serta menjalin kekerabatan diplomatik dgn negara-negara lain.


Letak Kerajaan Aceh

Di mana letak Kerajaan Aceh?  Kerajaan Aceh berada di utara pulau Sumatera dgn ibu kota Banda Aceh Darussalam. Sejak permulaan berdiri hingga tahun 1873, ibukota Kerajaan Aceh berada di Bandar Aceh Darussalam. Kemudian alasannya adalah adanya perang dgn Belanda, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan ke Keumala, sebuah kawasan di pedalaman Pidie.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, wilayah kerajaan makin meluas hingga ke kawasan Aru, Pahang, Kedah, Perlak, & Indragiri.

Sedangkan pada masa pemerintahan Sultanah Zakiatuddin Inayat Syah (1088 – 1098 H = 1678 – 1688 M) dgn Kadi Malikul Adil (Mufti Agung) Tgk. Syaikh Abdurrauf As-Sinkily dilaksanakan reformasi pembagian wilayah kerajaan. Kerajaan Aceh dibagi tiga federasi & tempat otonom. Bentuk federasi dinamakan Sagoe & kepalanya disebut Panglima Sagoe.


Raja-raja Kerajaan Aceh

Sultan Muhammad Daud Syah Bersama Pengawalnya
Sultan Muhammad Daud Syah bersama pengawalnya
@https://id.wikipedia.org/

Siapa raja kerajaan aceh? Pemerintahan Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan. Di mana pada kerajaan tersebut terdapat 35 sultan sampai alhasil kerajaan ini mengalami kemunduran. Berikut ialah daftar nama Sultan yg pernah memimpin Kerajaan Aceh:

  1. Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)
  2. Sultan Salahudin (1528-1537 M)
  3. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar (1537-1568 M)
  4. Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575 M)
  5. Sultan Muda (1575 M)
  6. Sultan Sri Alam (1575 – 1576 M)
  7. Sultan Zain al-Abidin (1576-1577 M)
  8. Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589 M)
  9. Sultan Buyong (1589-1596 M)
  10. Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604 M)
  11. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)
  12. Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)
  13. Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M)
  14. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M)
  15. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678 M)
  16. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M)
  17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699 M)
  18. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702 M)
  19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703 M)
  20. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M)
  21. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726 M)
  22. Sultan Syams al-Alam (1726-1727 M)
  23. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735 M)
  24. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760 M)
  25. Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M)
  26. Sultan Badr al-Din (1781-1785 M)
  27. Sultan Sulaiman Syah (1785-…)
  28. Alauddin Muhammad Daud Syah Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815 M) & (1818-1824 M)
  29. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M)
  30. Sultan Muhammad Syah (1824-1838 M)
  31. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857 M)
  32. Sultan Mansur Syah (1857-1870 M)
  33. Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)
  34. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903 M)


Kehidupan Politik & Pemerintahan Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan/Sultanah atau yg dikenal dgn sebutan Sultan Aceh atau Sultanah Aceh. Sultan Aceh berkedudukan di Gampong Pande, Bandar Aceh Darussalam lalu dipindah tempatkan ke Dalam Darud Dunia, yaitu di sekitar pendopo Gubernur Aceh dikala ini.

Perangkat pemerintahan Sultan sering mengalami pergeseran & perbedan tiap-tiap masanya. Badan pemerintahan masa Sultanah Aceh diantaranya adalah:

  1. Balai Rong Sari, atau lembaga utama yg dipimpin Sultan.
  2. Balai Majlis Mahkamah Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat
  3. Balai Gading atau Perdana Menteri
  4. Balai Furdhah atau Departemen Perdagangan
  5. Balai Laksamana atau Departemen Pertahanan
  6. Balai Majlis Mahkamah atau Departemen Kehakiman
  7. Balai Baitul Mal atau Departemen Keuangan

Selain tubuh pemerintahan, terdapat pula pejabat tinggi Kesultanan, yakni:

  1. Syahbandar, pejabat yg mengorganisir problem perdagangan di pelabuhan
  2. Teuku Kadhi Malikul Adil, sejenis hakim tinggi.
  3. Wazir Seri Maharaja Mangkubumi, yaitu pejabat Menteri Dalam Negeri.
  4. Wazir Seri Maharaja Gurah, yakni pejabat Menteri Kehutanan.
  5. Teuku Keurukon Katibul Muluk, pejabat Sekretaris Negara.


Perekonomian Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh banyak mempunyai komoditas yg diperdagangkan diantaranya:

  1. Minyak tanah dr Deli
  2. Belerang dr Pulau Weh & Gunung Seulawah
  3. Kapur dr Singkil
  4. Kapur Barus & menyan dr Barus
  5. Emas di pantai barat
  6. Sutera di Banda Aceh

Di ibu kota kerajaan terdapat banyak pintar emas, tembaga, & suasa yg mengolah barang mentah menjadi barang jadi. Dan daerah Pidie merupakan lumbung beras bagi kesultanan.

Sama halnya dgn kerajaan Samudera Pasai sebelumnya, komoditas unggulan Kerajaan Aceh yaitu lada. Pada tahun 1820, Aceh mengalami produksi terbesar dgn nilai ekspor hingga mencapai 1,9 juta dollar Spanyol.


Sosial Budaya Kerajaan Aceh

Sisi  kehidupan  sosial  budaya  Aceh  dibangun  atas  dasar  agama Islam  & adat  ini  yang  membentuk  penataan sosial  yg berlangsung  di  Aceh. Peran para ulama dlm perkembangan kebudayaan & agama adalah sebagai pilar & pelaksana dlm perkembangannya. Mereka memegang peranan yg sungguh penting dlm perkembangan budaya di Aceh.

Masyarakat Aceh diketahui dgn abjad semangat juang & keberanian yg tinggi. Ini dapat ditunjukkan dgn adanya sebuah maklumat dlm Perang Aceh semenjak  maklumat  perang disampaikan  Belanda  pada  26  Maret  1873, yg lalu dgn adanya pahlawan-pahlawan nasional yg mampu mengukir sejarah & beliau berasal dr Aceh.

Strata sosial masyarakat Aceh dibagi menjadi 4 kategori, yakni:

  1. Raja atau Sultan
  2. Uleebalang
  3. Ulama
  4. dan Rakyat biasa

Kebudayaan Kerajaan Aceh pula berkembang & membentuk kombinasi campuran antara budaya Aceh dgn budaya Melayu, hal ini diutarakan oleh Darwis A. Sulaiman.

Disebutkan bahwa aspek dlm kebudayaan ini bersifat perorangan, emosional, sosial, & agama. Sehingga di dlm budaya Melayu-Aceh terkandung ciri-ciri mirip religius, rasionalitas, demokratis, kebersamaan, & keterbukaan.


Sejarah Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh merupakan bagian dr perjalanan sejarah Nusantara. Bahkan keberadaan kerajaan ini sudah menunjukkan kisah & efek peradaban Islam di Indonesia. Untuk itu mari kita simak perjalanan sejarah Kerajaan Aceh, mulai dr semenjak berdirinya kerajaan, masa kejayaan, hingga kemunduran kerajaan. Selengkapnya mampu diperhatikan pada uraian di bawah ini:

  • Berdirinya Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh merupakan kerajaan yg didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Kerajaan ini berdiri tatkala kekuatan Barat mulai berdatangan di Selat Malaka.

Dengan demikian, Sultan Ali Mughayat Syah menyusun seni manajemen & kekuatan dgn menyatukan banyak sekali kerajaan kecil menjadi kerajaan yg disebut Kerajaan Aceh. Dalam membangun kekuatan kerajaan besar, Sultan Ali Mughayat Syah membentuk kekuatan angkatan darat & pula angkatan laut selaku pasukan kerajaan.

Sultan Ali Mughayat Syah pula menyusun dasar politik mancanegara Kerajaan Aceh yg berisikan sebagai berikut:

  1. Mencukupi keperluan sendiri, & tak bergantung pada pihak luar
  2. Menjalin persahabatan akrab dgn kerajaan Islam yang lain di  nusantara
  3. Bersikap waspada terhadap negara Barat
  4. Menerima pinjaman tenaga ahli dr pihak luar
  5. Menjalankan dakwah penyebaran Islam ke seluruh Nusantara

  • Masa Kejayaan Kerajaan Aceh

Masa kejayaan Kerajaan Aceh berjalan ketika Sultan Iskandar Muda naik tahta menjadi Sultan Kerajaan Aceh. Kerajaan mengalami kemajuan dengan-cara cepat.

Kerajaan Aceh tumbuh berkembang menjadi kerajaan besar & menguasai perdagangan, & bahkan menjadi sentra transit perdagangan yg menghubungkan penjualIslam di penggalan Barat.

Sultan Iskandar Muda meneruskan usaha kerajaan Samudera Pasai sebelumnya, ia melawan Portugis & Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya. Perlawanan ini dikerjakan untuk merebut kembali jalur perdagangan yg berada di Selat Malaka & menguasai daerah-tempat penghasil lada.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh pula memperluas daerah kekuasaan hingga ke tempat Aru, Pahang, Kedah, Perlak, & Indragiri.

  • Perang Aceh

Perang Aceh berlangsung semenjak Belanda menyatakan perang kepada Aceh pada 26 MAret 1873. Sebelum melancarkan agresi perang, Belanda mencoba melaksanakan bahaya diplomatik untuk merebut wilayah Aceh, tetapi berakhir dgn kegagalan. Sehingga Belanda menempuh jalan pertempuran.

Bahkan pertempuran berkobar pada tahun 1883, kemudian kembali meluncurkan perang kembali pada 1892 & 1893, tetapi pertempuran berujung kegagalan. Namun kegagalan ini tak bikin Belanda menyerah.

Tahun 1896, Dr Christian Snouck Hurgronje menyarankan pada Belanda untuk merangkul para uleebalang & menghabiskan para kaum ulama Aceh. Akhirnya pasukan G. C. E. Van Daalen mengejar-ngejar pejuang Aceh hingga ke pedalaman hingga habis.

Tahun 1879 & 1898, Sultan Aceh, Muhammad Daud Syah II dua kali meminta dukungan Rusia untuk melawan Belanda. Akan tetapi permintaannya ditolak Rusia. Dan peperangan ini berujung pada kemunduran Kerajaan Aceh.

  • Kemunduran Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh mengalami kemunduran semenjak sepeninggal Sultan Iskandar Thani pada tahun 1641. Kemudian disusul dgn adanya kudeta di antara para pewaris tahta Kerajaan Aceh.

Dan dr luar kerajaan, kekuasaan Belanda makin menguat & berhasil menguasai Pulau Sumatera & Selat Malaka.

Pada masa pemerintahan raja terakhir Kerajaan Aceh, Sultan Muhammad Daud Syah (1903 M), Belanda terus saja melancarkan perang kepada Aceh. Hingga peperangan berjalan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh risikonya sukses jatuh ke tangan Kolonial Belanda.


Peninggalan Kerajaan Aceh

  • Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Baiturrahman
Masjid Baiturrahman
@Kompas.com

Siapa yg tak mengenal Masjid Raya Baiturrahman? Masjid ini memang sangat terkenal & merupakan jejak peninggalan sejarah Kerajaan Aceh.

Masjid Baiturrahman dikenali dibangun Kerajaan Aceh semasa pemerintahan dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Pada masa kolonialisme dulu, masjid peninggalan Kerajaan Aceh ini dipergunakan selaku markas pertahanan dr serangan musuh. Hal ini sangat dirasakan pada ketika masa pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874 M).

Selain menjadi markas pertahanan, masjid megah ini pula dipakai sebagai tempat musyawarah besar terkait membahas seni manajemen penyerangan pun pula pertahanan dlm perang Aceh dgn Belanda silam. Bahkan masjid ini dahulu sempat dibakar dua kali oleh Belanda.

Baca Juga: Kerajaan Singasari

  • Istana Dalam Darud Donya

Ilustrasi Istana Dalam Darud Donya
Ilustrasi Istana Dalam Darud Donya
@https://acehtourismagency.blogspot.com/

Istana Dalam Darud Donya telah terbakar pada ketika perang Aceh – Belanda, telah membumihanguskan peninggalan bangunan Kesultanan Aceh. Sehingga istana ini hilang tanpa jejak.

Di dlm buku Kerajaan Aceh, Denys Lombard menggambarkan bahwa Aceh pada masa itu merupakan sebuah negara dgn sistem perkotaan bukan negara pertanian. Aceh sama halnya dgn negara-negara Asia yang lain.

Bagian inti dr Istana Dalam Darud Donya yg dahulu merupakan kediaman Sultan Aceh masih tersisa, & kini dijadikan selaku Pendapa Gubernur Aceh & “asrama keraton” TNI AD.

  • Taman Sari Gunongan

Taman Sari Gunongan
Taman Sari Gunongan
@http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/

Taman Sari gunongan merupakan salah satu situs bersejarah peninggalan Kerajaan Aceh. Taman Sari ini berlokasi di pusat kota Banda Aceh, tepatnya di depan kantor balaikota Banda Aceh, tepatnya terletak di sebelah kiri masjid Baiturrahman.

Dahulu, Taman Sari Gunongan dibangun oleh sang Sultan Iskandar Muda selaku kado permintaan seorang Permaisuri dr Pahang, Malaysia. Taman ini sangat luas, mencakup kompleks pemandian Putroe Phang.

Setelah dibangunnya taman ini, sang permaisuri sangat senang. Banyak waktu ia habiskan bersama dayang-dayangnya & tak lagi merindukan kampung halamannya.

Di sana pula biasa digunakan sebagai tempat bercengkrama seluruh keluarga besar kerajaan.

  • Benteng Indra Patra

Benteng Indra Patra
Benteng Indra Patra
@https://id.wikipedia.org/

Benteng ini berada di wilayah Ladong, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Benteng Indra Patra bahu-membahu dibangun pada masa kerajaan pendahulu Kesultanan Aceh, yakni Kerajaan Lamuri.

Benteng ini dibangun selaku tempat pertahanan melawan penjajahan bangsa Portugis kala itu. Pada awalnya terdapat tiga bangunan benteng, tetapi ketika ini hanya tinggal dua bangunan utama beserta dua stupa.

Selain bangunan utama, terdapat pula bangunan lain di sekitaran benteng ini yg dipakai selaku tempat penyimpanan meriam & amunisi perang.

  • Meriam Kesultanan Aceh

Meriam Aceh
Meriam Kesultanan Aceh
@Merdeka.com

Di desa Arongan, Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat, didapatkan tiga meriam pada tahun 2020. Meriam-meriam tersebut disangka yaitu peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam. Pihak Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda & Olahraga Kabupaten Aceh Barat akan mengurus pelestarian jejak peninggalan sejarah itu.

Diketahui bahwa pada masa Sultan Selim II dr Turki Usmani, ia mengirimkan beberapa teknisi & para pembuat senjata untuk datang ke Aceh. Hingga Aceh mencar ilmu kemampuan ini & mampu memproduksi meriam sendiri dr kuningan.

  • Makam Sultan Iskandar Muda

Makam Sultan Iskandar Muda
Makam Sultan Iskandar Muda
@https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Makam Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu jejak peninggalan Kerajaan Aceh. Makam ini terletak di Kompleks Baperis Museum Aceh, samping pendopo Gubernur Aceh.

Sultan Iskandar Muda wafat di Aceh pada 27 Desember 1636. Beliau tutup usia sempurna di usia 43 tahun.

Karena kepiawaiannya, sang Sultan Iskandar Muda bahkan membawa masa kejayaan Kerajaan Aceh. Dengan demikian ia diketahui dgn kebijaksanaannya & disegani, tak cuma di dlm Kerajaan Aceh bahkan kerajaan-kerajaan yang lain.

Baca Juga: Kerajaan Mataram 

  • Uang emas Kerajaan Aceh

Koin Kesultanan Samudera Pasai
Koin Emas Kerajaan
@https://id.wikipedia.org/

Sejumlah mata duit emas dr Kerajaan Aceh pernah menghiasi perjalanan sejarah negeri ini. Mata yg lebih diketahui dgn sebutan Dirham ini mempunyai nilai historis yg tinggi. Mata duit ini telah dipakai selaku alat pembayaran pada masa itu.

Dirham emas sejumlah 300 keping dr jejak peninggalan masa Kesultanan Aceh Darussalam pernah ditemukan di Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.

  • Karya Agama

Selain menjadi sentra perdagangan pada masanya, Kerajaan Aceh pula sangat berperan dlm penyebaran anutan Islam di Nusantara. Banyak para ulama Aceh terjun & terlibat dlm membuat karya keagamaan yg digunakan dengan-cara luas di Asia Tenggara.

Salah satunya yaitu Syaikh Abdurrauf menerbitkan terjemahan Tafsir Al Qur’an Anwaarut Tanzil wa Asrarut Takwil, karangan Abdullah bin Umar bin Muhammad Syirazi Al Baidlawy ke dlm bahasa jawi.

Selain itu, Syaikh Daud Rumy pula menerbitkan Risalah Masailal Muhtadin li Ikhwanil Muhtadi yg menjadi kitab pengantar di dayah sampai kini ini.

Syaikh Nuruddin Ar-Raniry setidaknya pula menulis 27 kitab dlm bahasa melayu & arab. Yang paling terkenal dr goresan pena beliau yakni Sirath al-Mustaqim, kitab fiqih pertama terlengkap dlm bahasa melayu.

  • Kesusastraan

Sebagian dongeng & legenda memang tak abnormal lagi untuk kemudian disusun menjadi berupa hikayat. Hikayat yg terkenal di Sumatera ialah Hikayat Malem Dagang, hikayat ini menceritakan tokoh heroik Malem Dagang berlatar penyerbuan Malaka oleh angkatan maritim Aceh.

Hikayat yang lain yaitu Hikayat Malem Diwa, Hikayat Banta Beuransah, Gajah Tujoh Ulee, Cham Nadiman, Hikayat Pocut Muhammad, Hikayat Prang Gompeuni, Hikayat Habib Hadat, Kisah Abdullah Hadat & Hikayat Prang Sabi.

Karya kesusastraan yg paling terkenal ialah Bustanus Salatin atau Taman Para Sultan karya Syaikh Nuruddin Ar-Raniry, disusul Tajus Salatin (1603), Sulalatus Salatin (1612), & Hikayat Aceh (1606-1636).

Ada pula penyair Hamzah Fansuri dgn karyanya, yaitu Asrar al-Arifin (Rahasia Orang yg Bijaksana), Syarab al-Asyikin (Minuman Segala Orang yg Berahi), Zinat al-Muwahhidin (Perhiasan Sekalian Orang yg Mengesakan), Syair Si Burung Pingai, Syair Si Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir, Syair Dagang & Syair Perahu.


Penutup

Kita gres saja mendengarkanperjalanan sejarah Kerajaan Aceh, mulai dr berdirinya hingga masa kemundurannya. Selama perjalanan berdirinya kerajaan ini, telah menyisakan jejak sejarah hingga hari ini berupa bentuk fisik makam maupun masjid.

Tidak kalah penting dr itu semua, Kerajaan Aceh bersama dgn sejarahnya akan terus mengajarkan banyak hal bagi kita. Tidak hanya nilai sejarah yg khas & luhur, kerajaan ini pula banyak meninggalkan tokoh panutan yg patut ditiru oleh generasi muda dikala ini.

Makara jangan pernah lelah untuk belajar sejarah Indonesia ya. Setelah ini kita mencar ilmu apa lagi? Yuk tulis di kolom komentar topik apa yg perlu kita bahas bersama selanjutnya.


Kerajaan Aceh
Sumber Refrensi:

@https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/11/092511779/peninggalan-kerajaan-aceh
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/30/204418979/kerajaan-aceh-raja-raja-puncak-kejayaan-keruntuhan-dan-peninggalan

  Kerajaan Pertama di Indonesia : Hindu, Budha, Islam dan Sejarahnya