Kita mengenal majas antitesis, paradoks, hiperbola, metafora, litotes, sarkasme, dan lain sebagainya.
Namun secara umum seluruh majas-majas itu dapat dikategorikan sebagai berikut.
Yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas sindiran, dan majas penegasan.
Ada pula yang menciptakan kategori dengan majas pertautan.
Kali ini kita akan membahas salah satu dari majas perbandingan. Yakni majas
Personifikasi.
Daftar Isi
Apa itu Majas?
Menurut gorys keraf: majas ialah bahasa kias , bahasa yang indah untuk mengembangkan efek jangan cara memperbandingkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang lebih umum.
Dengan majas kita bisa membuatkan imajinasi. Menyampaikan sesuatu dengan cara yang lebih beragam.
Oleh karena itu para mahir sastra – mirip penyair dan penulis – memiliki kesanggupan memakai berbagai macam majas.
Misalnya dalam novel novel karya Tere Liye. Pasti kita akan menemukan banyak sekali macam majas.
Marilah kita pelajari salah satu majas perbandingan berikut ini.
Pengertian Majas Personifikasi
Majas personifikasi merupakan majas yang yang yang memperlakukan benda mati seakan-akan mampu mengerjakan apa yang dilaksanakan oleh insan.
Personifikasi berasal dari bahasa Inggris.
Kata “person” aritnya manusia.
Ditambah dengan akhiran – fication , artinya proses.
Dalam majas personifikasi ada proses “memanusiakan” benda mati.
Penjelasan Majas Personifikasi
Perhatikan dengan seksama kalimat di bawah ini.
- Gabungan lima parpol menganjurkan Arhan…., PKS mengelus Abdillah Syahri…
- Malam ini semilir angin sungguh dekat dengan kami.
- Sawah-sawah ini telah memperlihatkan jasanya untuk membiayai pendidikan kami.
Tiga kalimat diatas merupakan kalimat yang memakai majas personifikasi. Artinya melekatkan sifat-sifat insan atau insani pada benda yang tidak memiliki nyawa.
Pada kalimat pertama, ada ilham absurd yang melakukan kegiatan insan. Yakni mengelus.
Kata kerja “mengelus” sebenarnya cuma bisa dijalankan oleh manusia. Tidak bisa dilaksanakan oleh benda mati, binatang, ataupun suatu ilham abstrak.
Namun majas personifikasi mengakibatkan benda-benda tersebut layaknya manusia.
Pada kalimat yang kedua diterangkan bahwa angin mampu “dekat”.
Padahal “bersahabat” merupakan kata kerja yang cuma mampu dilekatkan kepada manusia saja.
Untuk mengetahui lebih terperinci perihal personifikasi, berikut ini contoh kalimat yang mengandung majas personifikasi.
Contoh Majas Personifikasi
- Buku di lemari itu sudah lama menunggu untuk disentuh.
- Awan-awan terlihat muram. Mungkin dalam waktu dekat hujan akan turun.
- Aroma masakan itu sangat menarik hati selera makanku.
- Surat yang beliau kirimkan telah menjamah perasaan diriku.
- Alam baru saja tidur dan kesunyian sungguh-sungguh memeluk bumi.
- Malam itu bulan melihat bagaimana air matanya jatuh menetes.
- Angin berbisik dengan sungguh lembut.
- Kata-katanya terus terngiang di telinga. Memenuhi dadaku dengan suatu kerinduan.
- Sang surya mulai menyapa pagi, menghangatkan bumi, dan menemani burung-burung menyanyi.
- Tatapan matanya mampu menaklukan setiap hati lelaki.
- Daun yang renta itu menjatuhkan dirinya ke lantai bumi.
- Rani menyaksikan ombak berkejar-kejaran dan mengeluarkan bunyi yang berdebur.
- Buku itu sudah membuka pikirannya sehingga ia menyadari kesalahannya selama ini.
- Rasa cinta itu itu telah mengecup hatinya dan dia dilanda oleh gemuruh rindu.
- Kejadian itu sudah memberinya kebahagiaan yang begitu besar.
- Mobil Fortuner itu menenteng kami menemui ibunda di kampung.
- Harapan itu telah mengelus dadanya hingga ia jauh dari rasa frustasi.
- Kemarau sudah mengeringkan sumur sumur penduduk desa.
- Pagi ini langit membentangkan kedua tangannya.
- Aku menyaksikan rembulan tersenyum di antara bintang -bintang.
- Berita itu sungguh-sungguh menghajar dirinya sehingga dia merasa terkejut.
- Di tengah kegelapan malam bintang-bintang itu mengedipkan matanya.
- Jalan setapak ini menjinjing kami ke sebuah gubuk di tepi bukit.
- Air telaga yang hijau dan jernih itu mengajakku untuk berenang.
- Burung nuri senantiasa bernyanyi setiap pagi.
- Dia mempunyai dua kucing yang setia menemaninya di rumah tua itu.
- Alam pun terasa menangis ketika orang yang shaleh itu meninggal dunia.
- Gunung Ciremai menatapku dari kejauhan saat kakiku melangkah dengan gontai.
- Bunga-bunga tersenyum cerah di pagi yang indah.
- Setiap pagi angin dari sawah itu menyapaku dengan cara yang paling indah.
- Matahari sudah bangkit dari kepulasan tidurnya.
- Malam itu angin meraung-raung dan merusak beberapa rumah di desa.
- Hadiah kecil itu telah membahagiakan hatinya.
- Rumah glamor itu merasa kesepian alasannya jarang sekali dikunjungi oleh pemiliknya.
- Langit senja begitu sedih. Tak terlihat cahaya yang biasanya merah ke-emasan.
- Lantunan ayat al-quran itu sungguh-sungguh menjamah hatinya.
- Awan putih itu berlangsung jauh ke sisi Utara.
- Burung merak itu menari-nari di hadapan para hadirin yang terkagum-kagum.
- Di syarat tumbuh sepohon kayu tanpa ranting yang kesepian.
- Ia duduk ditepi pantai sembari menyimak ombak yang bernyanyi.
- Nyiur hijau melambai-lambai.
- Rupanya rembulan bersembunyi di balik awan.
- Beringin itu menaungi dengan rantingnya.
- Semua itu sudah merana alasannya ekspresi dominan kemarau yang panjang.
- Di balik Bukit itu mentari mengintip.
- Sesekali ombak menerjang kerikil karang.
- Angin itu mengembara dari rimba raya.
- Badai merusak rumah-rumah di tepi pantai.
- Perahu nelayan menerobos terjangan ombak dan gelombang.
- Aku duduk di atas karang yang setia menunggu gelombang.
- Jangkrik telah lama merindukan hadirnya gelap malam.
- Kejadian itu telah menaburkan harapan di dalam hatinya.
- Sungai kecil itu menyanyikan lagu yang mendamaikan.
- Si mahir merah telah melahap habis kios di pasar.
- Banjir bandang menyapu habis ladang para petani.
- Suara burung itu menidurkan adik di teras rumah.
- Kokok ayam membuka hari yang baru.
- Hujan itu menyirami kebun di belakang rumah.
- Anak rusa itu menari dengan lincah.
- Sepatu boot ini telah melindungiku dari tajamnya batu batu.
- Kamu akan melupakannya seiring waktu yang terus berjalan.
- Dahulu kakekku menabuh bedug untuk mengundang orang yang biar shalat.
- Bencana alam yang terjadi sedang menegur kita biar kita introspeksi diri.
- Bunga-bunga mulai bermekaran menyambut demam isu yang sangat indah.
- Petir yang datang-datang itu sudah membangunkan adik dari tidurnya.
- Sepeda butut ini setia mengantarku pulang pergi ke sekolah.
- Laptop bau tanah ini sudah membawanya menjadi penulis terkenal.
- Aku bahagia dengan pohon itu yang senantiasa memayungiku dari panas.
- Ladang sudah meratap menghendaki hujan yang tak kunjung datang.
- Aroma hutan itu mengobati rasa rindunya yang dipendam beberapa tahun.
- Harta yang bergelimang itu memanjakannya semenjak kecil.
- Gunung Merapi tengah murka dan mengeluarkan isi perutnya.
- Noda tinta ini sudah menghancurkan keindahan baju yang gres kubeli kemarin.
- Hujan gerimis menemaniku sepanjang pagi.
- Kupu-kupu bermain di halaman rumah.
Itulah beberapa kalimat yang mengandung majas personifikasi.
75 teladan kalimat tersebut mengandung beberapa ciri selaku majas personifikasi.
Inilah ciri dari majas personifikasi.
Subjeknya ialah benda mati atau wangsit absurd.
Predikat atau kacang kerja yaitu predikat yang biasa dipakai oleh insan.
Setelah kita membaca beberapa acuan contoh dalam puisi.
Contoh Majas Personifikasi Dalam Puisi
Majas ini merupakan majas yang sering digunakan dalam menulis puisi.
Dengan menggunakan majas ini, sebuah puisi terasa lebih hidup dan indah.
Lereng Gunung
Pengarang – Iyun
Jangan kamu tanya
Tentang indahnya lereng ini
Tentang hijaunya yang tepat.
Aku hanya ingin bercerita
Tentang sungai kecil
Di tepi lereng yang mungil
Ia berjalan
Dari ketinggian.
Lalu turun menyusuri
Lembah-lembah yang amat sunyi.
Mengairi sawah-sawah
Dan menyapa para petani.
Itulah sungai kecil
Di lereng gunung yang mungil.
Ombak
Senja sudah datang
Menghampiri semua Insan.
Dan malam akan menyambut
Kedatangan sang Rembulan.
Masih di sini
Di tepi pantai yang indah
Biar ku saksikan ombak
Yang menari-nari di depan mata.
Kadang dia berdebur
Memecah kesunyian
Lalu datang terhadap karang
Mungkin ingin melepas kerinduan.
Pengemis Kecil
Dua anak kecil
Berlari di antara terik
Menggamit nasib
Yang berputar tiada henti.
Baju lusuh memeluk tubuhnya
Melindungi dari terik sang surya
Dan kakinya tanpa alas
Menapaki jalan terjal.
Puisi diatas mengandung majas personifikasi.
Ditandai dengan adanya sifat-sifat insani. Terdapat pada larik kedua.
Baju lusuh memeluk tubuhnya
Melindungi dari terik sang surya
Rona Senja
Pengarang – Iyun
Setiap senja tiba
Dengan awan-awan tipisnya
Dengan cahaya ke merah-merahan
… di sanalah rinduku berteduh.
Senja senantiasa mengingat
Masa silam yang sudah berlalu
Membawa lagi bunga-bunga
Mekar berseri zaman dulu
Teringat pula diriku
Pada gadis anggun berpipi merah
Yang dulu pernah kudekati
Namun minderku menghalangi.
Setiap senja datang
Aku teringat pada puisi
Yang sudah mengungkapkan
Rasa terpendam di dalam hati.
.
.
Penjelasan:
Puisi di atas mengandung majas personifikasi. Ditandai dengan beberapa kalimat yang subjeknya ialah benda mati.
Namun dibarengi dengan predikat atau kata kerja yang bersifat insani.
Beberapa larik yang mengandung personifikasi:
Setiap senja tiba
Namun minderku menghalangi.
Yang telah mengungkapkan
Titian
Masa depan sudah memanggilku
Dan membangunkan dari mimpi,
Akupun bergegas maju
Meninggalkan beban malasku.
Hidup ini teramat indah
Bila diisi dengan perjuangan
Rintangan itu teramat mudah
Bila jiwa kita tinggi menjulang.
.
Aku ingin berbelanja abad depan
Dengan segenap pengorbanan
Dengan segala usaha
Di usia belia, kurun sampaumur.
Tentang hari ini
Aku tak memikirkan
Bagaimana caranya berbahagia.
Hari ini yakni hari yang paling indah
Untukku menggapai mimpi-mimpi
Bukan dengan berleha-leha
Tetapi dengan semangat yang membara.
.
Ingin aku menanam
Agar kupetik di era tiba
Ingin saya berupaya
Agar ku peroleh di kala depan.
Pagi
Kabut pagi
Datang dengan perlahan
Menyelimuti kampung
Terpencil yang jauh di tepi gunung.
Ada nuri yang bernyanyi;
Bermain-main di tangkai pohon.
Ada kupu-kupu yang menari;
Bersahabat dengan kembang mawar.
Ini hari indah sekali
Kulangkahkan kaki menyusuri
Jalan setapak di kampung kecil
Menyaksikan gubuk-gubuk mungil.
.
Rupanya angin ingin menemani
Dengan semilirnya yang lembut sekali
Mungkin ia pun ingin berbagi
Kapan kebahagiaan di pagi ini.
.
.
Penjelasan:
Puisi yang berjudul “pagi”, ialah teladan majas personifikasi di dalam puisi.
Hampir setiap baitnya mengandung majas tersebut.
Misalnya wacana burung yang bernyanyi; kabut yang menyelimuti; angin yang ingin menemani.
Semua subjek di atas yakni benda mati. Akan tetapi mampu melaksanakan sesuatu layaknya manusia. Itulah yang disebut dengan majas personifikasi.
Berikut ini masih acuan puisi yang mengandung personifikasi.
Kata-kata yang menerangkan bahwa hal tersebut adalah majas personifikasi ditandai dengan kata yang diwarnai.
Tengah Hari
Tengah hari
Panas oleh matahari
Angin pun enggan berlari
Hanya berdiam diri.
Hanya mendung yang mengapung
Di antara bentangan angkasa
Mengumpulkan air hujan
Menjatuhkan dalam siraman.
Hari Penuh Berkah
Hari ini yaitu hari yang penuh berkah.
Ketika bagi pecah dari kepulasan tidurnya. Bagaikan seorang putri yang bangkit dari peraduan.
Dan angin pun bersemilir. Menyebarkan aroma ke mana saja. Ke utara, ke Selatan, ke arah yang diperintahkan oleh Tuhan.
Pagi ini pagi yang penuh berkah.
Ketika hati bebas dari rasa resah. Hilang jua segala gundah gelisah. Yang tersisa ketenangan dan kebahagiaan.
Sebab diawali dengan sujud mendalam. Dalam shalat subuh yang begitu membahagiakan.
Hati telah penuh dengan keimanan.
Hati telah dipenuhi dengan rasa kesyukuran. Bumi langit mencurahkan nikmatnya kepada insan. Sebab mereka sudah berguru hidup di atas ketakwaan.
Pada Akhirnya
Kalau pada akibatnya
Kita kembali terhadap-Nya
Maka apa gunanya
Bersedih hati sepenuh rasa.
Bahagia itu lebih bermakna
Untuk mengisi hari-hari kita
Tanda bersyukur atas nikmat-Nya
Yang kita terima sepanjang kurun.
.
Kalau pada akhirnya
Kita akan meninggal dunia
Untuk apa menumpuk harta
Hanya akan menciptakan kita sengsara.
Bersedekah lebih mempunyai arti
Agar jiwa merasa senang
Bahwa kebajikan telah ditunaikan
Sebagai bekal di hari kemudian.
Untukmu
Untukmu Kekasihku
Telah kudidik hati ini
Untuk senantiasa setia
Kepadamu sepanjang usia.
Telah kuarahkan
Segenap jiwa
Agar mengalirkan
Kasih sayang yang tepat.
Aku sudah memeluk cinta
Dari cinta telah memeluku
Dan beliau membisikkan
Bahwa dirinya hanyalah untukmu, sayang.
Itulah beberapa teladan dari majas personifikasi. Baik pola dalam bentuk kalimat. Ataupun majas personifikasi yang ada di dalam puisi.
Cobalah gunakan dalam menulis maupun dalam mengatakan. Agar setiap kalimat yang kita ungkapkan lebih hidup dan lebih indah.
Tak lupa untuk mencar ilmu macam-macam majas yang lain. Seperti metafora, hiperbola, litotes, dan yang yang lain.