5 Keburukan di Akhir Zaman

Rasulullah menyebutkan ada lima kejelekan yg akan terjadi di akhir zaman. Mari kita berkaca apakah lima keburukan ini sudah terjadi di zaman kita seraya bermuhasabah supaya lima kejelekan ini tak menjangkiti kita & keluarga kita.

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُخَوَّنَ الأَمِينُ ، وَيُؤْتَمَنَ الْخَائِنُ ، حَتَّى يَظْهَرَ الْفُحْشُ وَالتَّفَحُّشُ ، وَقَطِيعَةُ الأَرْحَامِ ، وَسُوءُ الْجِوَارِ

“Hari kiamat tak akan terjadi sampai orang yg dapat dipercayai didustakan, sedangkan orang-orang yg berkhianat justru dipercaya, kemesuman & kata-kata kotor merupakan fenomena biasa di tengah masyarakat, terputusnya tali silaturahim, & korelasi bertetangga yg buruk” (HR. Ahmad; shahih)

Orang yg mampu dipercayai didustakan

Para ulama, dai, serta muslim yg jujur & amanah justru didustakan. Mungkin alasannya adalah propaganda media, tirani penguasa atau memang orang-orang telah sangat durhaka.

Orang yg berkhianat justru dipercaya

Orang munafik atau orang yg suka menipu, mereka justru diandalkan. Dipercaya kata-katanya, diandalkan teori-teorinya bahkwan diandalkan sebagai pemimpin & penguasa.

Kemesuman & kata-kata kotor menjadi fenomena biasa

Pikiran kotor melahirkan kata-kata kotor. Tatkala orientasi syahwat menguasai, mulut pun tak bisa menjaga kehormatan diri. Kalimat-kalimat mulia kian terkikis, termarjinalkan oleh gejolak nafsu yg mendominasi.

Terputusnya silaturahim

Ketika nafsu & syahwat mendominasi, orang semakin bersifat nafsi-nafsi. Individualisme makin berpengaruh, hubungan & interaksi semata hanya bermotif duniawi. Di saat yg demikian, terputus sudah silaturahim. Bukan cuma pada teman & kawan dekat, bahkan terputus pula silaturahim dgn saudara akrab.

Hubungan bertetangga yg buruk

Dengan tetangga tak kenal, tak tahu tatkala tetangga sebelah rumah sakit atau kelaparan, tatkala tetangga meninggal tak ikut menshalati & memakamkan. Bahkan saling iri dgn tetangga, berselisih & saling menjatuhkan.

Apakah lima keburukan ini sudah ada di zaman kini? Setiap orang berhak memperlihatkan jawaban. Mungkin tak sepenuhnya terjadi, namun tanda-tandanya mulai bisa diamati.

Ada indikasi umat Islam dijauhkan dr ulama’nya. Integritas ulama coba diusik dgn propaganda. Dikesankan ulama bersikap politis, plin plan dlm berfatwa, terlalu mencampuri problem dunia yg bukan bidangnya, sampai dikorek kesalahannya ketika ada ulama yg berusaha menguatkan perekonomian umat & mengokohkan posisi umat dlm menjangkau kepemimpinan.

Telah ada tanda-tanda bahwa yg dipilih menjadi pemimpin yakni mereka yg gemar mengkhianati janjinya. Orang-orang kemudian kecewa & mencelanya, namun anehnya mereka kembali mengangkat orang-orang serupa. Pengkhianatan kembali terulang. Seakan seperti sebuah narasi besar dlm kisah faktual.

Banyak orang-orang baik & menjaga kehormatan lisannya, tetapi tak bisa kita pungkiri bahwa di zaman kita tak sedikit bunyi nyaring yg menjajakan kemesuman. Bahkan di kalangan akil balig cukup akal, diksi tak pantas pun dgn mudah didapati, terlebih di era gadget ini.

Dan merebaknya gadget ini, disadari atau tak menjinjing imbas negatif yg perlu diwaspadai. Ialah tatkala silaturahim mulai digantikan dgn pesan. Senyum & muka diganti dgn simbol mati. Tidak jarang… perangkat teknologi itu menciptakan yg jauh menjadi bersahabat, namun yg akrab justru menjadi jauh.

Fenomena tak peduli tetangga pula mulai terasa. Terutama di perumahan elit di kota-kota. Tidak mengenal tetangga, tak menjenguk tetangga, bahkan tatkala ada yg meninggal, aktivitas masing-masing orang menciptakan mereka tak sempat mengantar tetangga ke liang lahat. Duh. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]

  Arogansi Kaum Berpeci di Rumah Allah