Usmar Ismail & Contoh Puisinya – Sastrawan yg akan kita diskusikan biodata & pola karya sastranya ketika ini yaitu Usmar Ismail. Beliau lahir 20 Maret 1921 di Bukittinggi, Sumatera Barat, meninggal tahun 1971 di Jakarta. Pendidikannya di AMS-A II Yogyakarta & Sekolah Menengah Tinggi Jakarta hingga tamat (1943).
Di zaman pendudukan Jepang, Usmar Ismail mulai menulis puisi, kisah pendek, esai, & drama. Kemudian kegiatannya mengarah pada dunia film: ia menjadi sutradara & menulis skenario film, seringkali pula menjadi juri pekan raya film.
Pada masa pendudukan Jepang, dia mendirikan Sandiwara Maya (permulaan tahun 1944) sebagai imbangan terhadap tubuh propaganda Pusat Kebudayaan. Sesudah Indonesia merdeka, beliau pindah dr Jakarta ke Yogya & mendirikan majalah Tentara dan Patriot. Majalah-majalah ini berubah menjadi surat kabar harian & majalah kebudayaan & kesusastraan Arena. Sesudah Aksi Militer II Desember 1948, dia yang berprofesi selaku wartawan-politik Antara datang ke Jakarta, sempat ditahan Belanda empat bulan atas tuduhan ambil bab dlm aksi subversif.
Keluar dr tahanan beliau memperdalam pengetahuannya dlm dunia film, dgn masuk South Pacific Film Corporation. ia pun mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini, 1950). Lalu mengikuti kuliah di fakultas Theatre Arts pada University of California di Los Angeles atas ongkos Rockefeller Foundation (awal tahun 1952) selama delapan bulan. Kemudian meninjau Eropa Barat, utamanya Italia.
Berikut karya-karya sastranya: Tempat yg Kosong, Mutiara dr Nusa Laut (1944), Sedih & Gembira (1948), Puntung Berasap (1950), & Mengupas Film (1983, editor J.E. Siahaan). Sejumlah karya yang lain ada dlm antologi Gema Tanah Air (1949) susunan H.B. Jassin & Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (1948) susunan H.B. Jassin pula.
Berikut 5 pola puisi Usmar Ismail yg mampu teman simak.
Apa hendak dikata
Jika rasa bersimarajalela
Di dlm batin gelisah saja
Seperti menanti suatu yg tak hendak tiba
Pelita cita-cita berkelip-kelip
Tak hendak padam, hanyalah lemah segala sendi
Bertambah kelesah hati yg risau
Sangsi, kecewa, meradang bingung
benci, dendam………..rindu, cinta………
bertiup kencang memercik tampang
kemudian reda………… tenang…….
Didalam mata air bergenang
Kembali cita-cita, kekuatan kian positif
Dari yang telah-telah, sebelum jiwa
Diserang rasa……………………
Sekali gue terbangun dlm cerkammu,
Kau renggut gue hingga akar-jiwaku
Kau angkat gue membubung
Menatap wajah Suria Merdeka…………..
Buta gue disorot nikmat sinar gemilang,
diseret hanyut gelora asmaramu,
lalu kau lemparkan daku
ke pantai tiada faktual!
Telah kau remuk saya
Bersatu padu dgn sinarmu
Tak mungkin gue ‘kan surut lagi
Sampai airmu lipur cayamu dlm matiku………..
Akan mengembus angin
Dari tepi kuburku ke tiap penjuru,
Membawa lezat Caya Merdeka …………….
Putusan akhirku di dunia abadi!
Terbangun aku, terloncat duduk.
Kulayangkan pandang jauh keliling,
Kulihat hari tlah terperinci, jernihlah falak
Telah lamalah kiranya fajar menyingsing
Legalah dada,
Kupijak tanah
Tiada guyah.
Kudengar bisikan
Hatiku rawan:
“Kita berperang ,
Kita berjuang!”
Sebagai dendang menyayu kalbu
Bangkitlah kehendak damba nan larang
Ingin ke medan ridlah menyerbu:
“Beserta kerabat turut berjuang!”
Citra
Citra, engkaulah bayangan
Waktu subuh mendatang
Citra, kau gelisah malam
Dalam kabut suram
Kau dekap malam kelam
Pelukan penghabisan
Kau singkap tirai kabut
Dan selubung
Di dlm rimba malam
Kau buka pagi baru
Senja nyawamu
Citra, kamu bayang kekal
Dalam kabut fajar
Kudengar Adzan
Kudengar adzanmu diwaktu subuh