Contoh Puisi Memperingati Kemerdekaan 17 Agustus – Tak terasa dalam waktu dekat kita akan memperingati hari kemerdekaan negara kita yakni pada tanggal 17 Agustus. Pastinya teman-sahabat sekalian pula gembira untuk menyambut perayaan hari kemerdekaan negara kita tersayang ini bukan?. Dengan memperingati & menghayati makna yg terkandung dlm peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus yg diadakan berkala tiap tahun, mempunyai arti kita dengan-cara tak pribadi ikut mengenang kembali proses dimana bangsa kita ini dahulu pernah dijajah kemudian dgn perjuangan para pejuang akibatnya kemerdekaan itu bisa dicapai.
Selagi kita tak dapat keluar dr gua hitam
Selagi itulah kita pengkhianat kemerdekaan
Tak siapa & bukan siapa
Sesiapa sahaja yg melaksanakan.
Kemerdekaan di tanah air ini
Bukan pesta jembalang menari
Dan mengilai di pelabuhan retak, namun
Landasan yg seharusnya maruah & keperibadian suci
Dan setiap pesongan jati diri yg unggul ini
Akan dicaci setelah benci.
(Petikan sajak Kemerdekaan Di Tanah Air Ini: Ratib 1000 Syair Gapena, 2005)
AGUSTUSAN; SUDAHKAH KITA BENAR-BENAR MERDEKA?
17 Agustus 1945
Tercatat dlm lembar sejarah
Tangan-tangan gagah menekan-mundur penjajah
Berakhirlah pertumpahan darah
Golok & keris kembali bersarung
Bambu runcing letih terjaga, terbenam dlm dekapan bumi
Khidmat berhymne pada komitmen kemerdekaan;
Proklamasi.
Agustusan, selanjutnya kami menyebut begitu
Dusun & kota bersolek nuansa merah putih
Di tanah lapang, pasukan berbaris tunaikan pengabdian
Bendera berkibar
Nasionalisme berkobar
Agustusan, nyatanya sekedar seremonial
Masa keemasan lama memudar
Berkurang nilai sudah pasti turun harga
Di senayan, Tuan & Nyonya berdasi sikut kanan-kiri berebut kursi
Di jalanan, tunas-tunas bangsa mencekik leher Vodka, larut dlm euforia gengsi
Di kala malam, pegadaian harga diri mengobral penawaran pada Si hidung belang
Katanya sih demi sepotong roti atau entah sebungkus nasi
Pertiwi … maaf bila kami terlupa
Sudah berapa usang Indonesia merdeka?
Kita tak dijajah, nyatanya terjajah
Lawan! Bisikmu di keheningan
Bukan golok & keris yg harus kamu hunus
Penjajah menyusup melalui aliran
Bebaskan jiwa dr belenggu pembodohan
Itulah musuh kasatmata bagimu, Negeri.
Salam merah putih. Merdeka!
Bandung, 14 Agustus 2014
Berabad-abad silam tanah persada berada dlm cengkeraman para raja tamak dr tanah barat
Mereka merebut warisan kekayaan alam Nusantara semenjak dahulu kala
Mereka ingin mempunyai tanah persada seutuhnya serta menjadi raja di tanah gila
Mereka telah menyisakan aneka macam tabrakan luka dlm kalbu setiap anak negeri
Hingga timbul para pendekar bangsa berjuang gigih sehidup semati demi keleluasaan ibu pertiwi
Mereka gigih di tengah-tengah medan tabrak yg ganas tak berperasaan
Sampai tinggal nama pun mereka tak berhenti berseru
Perjuangan mereka bagai rantai kehidupan tanpa batas-batas
Setelah ibu pertiwi bebas dr cengkeraman para raja loba
Raja negeri Kincir Angin masih ingin terus mencengkeram tanah persada
Namun karenanya putera-puteri pertiwi menang bestari
Mereka dgn bangga membangun bahtera di tanah air sendiri
Namun apakah insan pertiwi sudah merasakan kemerdekaan sejati?
Meskipun lahir merdeka tetapi batin masih terancam
Berbagai infeksi perpecahan bangsa & virus mematikan dr negeri seberang kian menusuk kalbu
Ayo bangkitlah anak negeri bawalah bangsa ini menuju padang bakti mulia gemilang
Masih terhitung dlm rekam jiwa
Atas semangat empat lima
Menyejarah nusantara
Mengukirkan tinta emas pada negeri cincin api
Kutatap lambaian lunglaimu
Bersimbah darah
Perlahan, para begundal khianat
Mencabut kilatan pedang, melumat
Apakah kamu sudah letih berkibar?
Setelah nikmati euforia orde lama
Terlena dlm orde gres,
hingga tertatih dlm reformasi
Ahh, merah putihku
Berbaringlah barang sejenak mata
Lepaskanlah jubah lelahmu
Nusantara sudah menunggu lambaian teduhmu
Kandangan, 8 Agustus 2014
Namun, apa kabar merdekaku?
Apakah kedaulatan masih dlm genggamanmu?
Harapku tak cuma tinggal nama
Inginku tak hanya sekedar perayaan
Perang fisik berlalu menyisahkan kemerdekaan kita
Menghadapinya bukan main semangat juangnya
Tak mungkin diraih jika mereka…
Tak menyayangi bangsa kawasan pijakan
Kini perang pemikiran tengah menjajah
Masihkan merdeka mampu kita raih?
Ah, tak mungkin rasanya jikalau kalian…
Para penerus bangsa terbawa arus begitu saja
Beranjaklah pergi dr pedoman pragmatis
Berlalulah dr gaya hidup hedonis
Berontaklah dgn perilaku individualis
Singkirkan batu penghalang kemerdekaan utuh bangsa
Tenang saja negara pijakanku, Indonesia
Cinta akan memerdekakanmu kembali, utuh
Tak ada lagi merdeka sekedar nama
Kami siap memerdekakanmu dr segala bentuk penjajahan
Makassar, 06 Agustus 2014