Kita sudah memasuki bulan Muharram 1442 Hijriyah. Tak hanya puasa asyura, banyak amalan bulan Muharram dlm hadits dgn berbagai keutamaan (fadhilah). Apa saja & tanggal berapa pada tahun 1442 ini?
Daftar Isi
1. Memperbanyak Puasa Sunnah
Salah satu amalan sunnah pada bulan Muharram ialah memperbanyak puasa. Sebab puasa sunnah paling utama yaitu puasa sunnah pada bulan ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yg paling utama sesudah puasa Ramadhan ialah (berpuasa) di bulan Allah, yakni Muharam. (HR. Muslim)
Sebagian ulama menjelaskan, puasa sunnah apa pun menjadi paling utama pada bulan ini. Baik itu Puasa Senin Kamis, Puasa Ayyamul Bidh, Puasa Daud maupun puasa yang lain.
Waktu Puasa Senin Kamis pada bulan Muharram 1442 Hijriyah jatuh pada tanggal:
- Kamis, 1 Muharram 1442 bertepatan dgn 20 Agustus 2020
- Senin, 5 Muharram 1442 bertepatan dgn 24 Agustus 2020
- Kamis, 8 Muharram 1442 bertepatan dgn 27 Agustus 2020
- Senin, 12 Muharram 1442 bertepatan dgn 31 Agustus 2020
- Kamis, 15 Muharram 1442 bertepatan dgn 3 September 2020
- Senin, 19 Muharram 1442 bertepatan dgn 7 September 2020
- Kamis, 22 Muharram 1442 bertepatan dgn 10 September 2020
- Senin, 26 Muharram 1442 bertepatan dgn 14 September 2020
Waktu Puasa Ayyalu Bidh pada bulan Muharram 1442 Hijriyah jatuh pada tanggal:
- Selasa, 13 Muharram 1442 bertepatan dgn 1 September 2020
- Rabu, 14 Muharram 1442 bertepatan dgn 2 September 2020
- Kamis, 15 Muharram 1442 bertepatan dgn 3 September 2020
Sedangkan Ibnu Rajab mengisyaratkan, puasa yg dimaksud adalah puasa sunnah mutlak, bukan puasa sunnah muqayyad. Umar, Aisyah & Abu Tholhah termasuk para shahabat yg banyak berpuasa di bulan-bulan haram tergolong bulan Muharram.
2. Puasa Tasu’a
Yaitu puasa pada tanggal 9 Muharram. Rasulullah berazam untuk mengerjakannya, walaupun beliau tak sempat menunaikan sebab wafat sebelum waktu tersebut tiba.
Para sobat kemudian menjalankan Puasa Tasu’a mirip cita-cita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إذا كان العام المقبل صمنا يوم التاسع
“Apabila tahun depan (kita masih diberi umur panjang), kita akan berpuasa pada hari tasu’a (kesembilan).” (HR. As-Suyuthi; shahih)
Pada tahun ini, acara Puasa Tasu’a jatuh pada hari Jum’at, tanggal 28 Agustus 2020.
3. Puasa Asyura
Inilah amalan bulan Muharram yg paling utama dgn keutamaan hebat. Puasa Asyura pula merupakan sunnah terbaik pada bulan ini. Yaitu puasa pada tanggal 10 Muharram.
Keutamaan Puasa Asyura, ia bisa meniadakan dosa setahun sebelumnya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Rasulullah ditanya mengenai puasa asyura, beliau menjawab, “ia mampu menghapus dosa setahun yg kemudian.” (HR. Muslim)
Pada tahun ini, acara Puasa Asyura jatuh pada hari Sabtu, tanggal 29 Agustus 2020.
4. Menyenangkan Keluarga
Amalan bulan Muharram keempat adalah mengasyikkan keluarga, khususnya pada hari asyura. Yakni dgn memberikan kado pada anak istri, menolong istri, & sebagainya.
Dalam Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq membuat judul khusus التوسعة يوم عاشوراء (Bagaimana merayakan hari Asyura). Sayyid Sabiq mencantumkan hadits ini di bawah judul tersebut:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi dirinya & bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan baginya sepanjang tahun itu” (HR. Baihaqi)
Sayyid Sabiq kemudian menerangkan, “Hadits tersebut memiliki riwayat lain, namun seluruhnya lemah. Hanya saja apabila digabungkan antara satu dgn lainnya, maka bertambah kuat sebagaimana yg telah dibilang Sakhawi.”
Hari asyura pada tahun ini jatuh pada hari pada hari Sabtu, tanggal 29 Agustus 2020.
5. Membantu orang lain
Amalan bulan Muharram selanjutnya ialah menolong orang lain & meringankan beban mereka. Khususnya yg memerlukan, tergolong anak yatim.
Dalilnya sama dgn poin empat di atas. Juga suplemen hadits-hadits berikut ini, yg Sayyid Sabiq menyebutnya selaku penguat hadits menawarkan kelapangan pada keluarga:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي سَنَتِهِ كُلِّهَا
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan melapangkannya di keseluruhan tahun itu.” (HR. Thabrani & Hakim)
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِي سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka ia takkan kesusahan di waktu lain sepanjang tahun itu.” (HR. Thabrani)
مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan baginya sepanjang tahun itu.” (HR. Baihaqi)
Ada pun yg menyebut hari asyura selaku idul fitri anak yatim, mereka mendasarkan pada hadits yg terdapat pada kitab Tanbighul Ghafilin.
من مسح يده على رأس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالى بكل شعرة درجة
“Siapa yg mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim pada hari Asyura, maka Allah akan mengangkat derajatnya, dgn setiap helai rambut yang diusap satu derajat.”
Namun hadits tersebut dhaif, bahkan sebagian ulama menyampaikan hadits tersebut maudhu’ (palsu).
Ketua Komisi Dakwah & Pengembangan Masyarakat MUI KH Cholil Nafis menjelaskan, lebaran yatim pada hari Asyura hanyalah sekedar momentum saja untuk memotivasi budbahasa.
Menyantuni anak yatim merupakan amalan sunnah berpahala besar. Bisa dilakukan kapan saja. Salah satu keutamaannya sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَنَا وَكَافلُ اليَتِيمِ في الجَنَّةِ هَكَذا
“Aku & orang yg menyantuni anak yatim berada di nirwana seperti ini.” (HR. Ibnu Hibban dlm Shahihnya. Juga Imam Bukhari dlm Adabul Mufrod)
Rasulullah mensabdakan itu sambil mengisyaratkan kedekatan jari telunjuk & jari tengah. Wallaahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]