“Jodoh” sesungguhnya bukan istilah ilmiah, lebih lagi istilah syariah. Kenapa? Sebab banyak orang memaknai “jodoh” dgn banyak sekali persepsi yg berbeda-beda.
Laki-laki & wanita yg memutuskan untuk membina rumah tangga sering dibilang berjodoh. Tak lama, tatkala keduanya bercerai, orang ternyata berujar bahwa mereka tak jodoh. Yang disebut jodoh, apa itu? Tak ada satu pun definisi ilmiah yg mampu memagari—kebanyakan memacari.
Apapun definisinya, jodoh sudah dianggap sama yakni tatkala sudah disahkan oleh agama & lembaga negara alias sudah pernikahan.
Lalu bagaimana cara menerima jodoh?
Memperbaiki mutu diri
Cermin. Jodoh kita hakikatnya yakni cerminan diri kita. Bagaimana mungkin kita menginginkan pasangan yg sholehah & rajin mengaji sementara kita yakni seorang yg tak sholeh & banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yg kurang berguna.
Bersikap realitis
Realitis tujuannya tak terlalu berkhayal dlm memilih pasangan hidup. Harapan yg terlalu tinggi terhadap kandidat pasangan kita, justru akan memunculkan peluang kekecewaan bertambah besar.
Membangun jaringan & komunikasi yg baik dgn orang-orang sholeh, misalnya para ustadz
Kesalahan banyak orang ialah bahwa mereka tak membangun komunikasi yg baik dgn para ustadz, & ujuk-ujuk minta dukungan dicarikan jodoh. Padahal sang ustadz pula tak cukup kenal dgn yg bersangkutan.
Komitmen dgn proses yg syar’i
Tidaklah sebuah keluarga yg sakinah mawaddah bisa dibuat melalui proses yg diharamkan Allah. Kebahagiaan & ketenangan yaitu milik Allah & tak mungkin diberikan pada orang yg tak mengenang-Nya.
Jodoh selaku takdir Allah yg sudah dicatat sebelumnya. Artinya, jodoh tersebut tak mungkin akan tertukar dgn orang lain. Hanya saja, hal ini tak bermakna kemudian dirinya berdiam diri. Kewajiban perjuangan sangat diperlukan, bukan hanya berkhayal. Untuk itu, beberapa hal berikut ini paling tak bisa dikerjakan mereka yg ingin mendapatkan jodohnya.
Bermohon & tawakal pada Allah
Salah satu bentuk doa yaitu dgn sholat istikhorah, dikala ingin menentukan sebuah opsi (contohnya karena adanya beberapa pilihan calon pasangan), jangan hanya mengandalkan emosi sesaat atau keputusan logika saja.
Terakhir, kita perlu tawakal atas apapun yg ditentukan oleh Allah. Yang perlu kita kerjakan adalah mengoptimalkan usaha. Cukuplah Allah yg menetukan hasil dr usaha kita. Insya Allah bila kita sudah melakukan yg terbaik, hasil yg kita peroleh pun yaitu sesuatu yg terbaik. (pm)