5+ Acuan Surat Cinta Orang Tua, Adik, Teman, Kekasih

 Bapak & ibuku yg tersayang, apa kabar? Aku selalu berharap kalian baik-baik saja. Tentu gue pun baik-baik saja. Tahukah kalian, bahwa ketika ini gue tengah menangis? Aku menangis alasannya merindukan kalian.

Bapak, ibu, terima kasih. Untuk semua waktu & usaha yg tak pernah ku sia-siakan. Untuk semua restu & doa yg tercurah. Untuk semua keinginan-harapan kalian yg ingin terus kugenggam.

Untuk segala kasih sayang yg kalian curahkan kepadaku selama ini. Aku tahu, selama hidup belum pernah mampu membahagiakan kalian. Yang gue kerjakan  saban hari yaitu membuat kalian cemas dgn segala tingkahku.

Maafkan aku, bapak, ibu. Aku hanyalah belum dewasa yg belum beranjak dewasa di mata kalian. Entah sudah berapa usang gue menahan untuk menulis ini. Mengingat bagaimana cengengnya diriku, gue tak pernah sanggup melakukannya.

Rasa sayangku tak pernah hingga pada kalian lantaran air mata senantiasa turun tatkala ingin menuliskan surat ini. Setelah planning pergi dr sisi kalian, gue gres menyadari betapa gue sangat memerlukan kedatangan orang bau tanah.

Betapa gue masih belum sampaumur hingga kini. Betapa gue masih belum mampu menapaki hidup sendiri. Aku masih terlampau kekanakan untuk mengenali jika beban hidup memanglah berat.

Bapak, ibu, terima kasih. Untuk semua perasaan cinta yg kalian berikan untukku & tak pernah putus hingga sekarang. Untuk semua doa-doa yg selalu kalian pinta. Terima kasih, lantaran berkat itu semua gue dapat hidup.

Aku mampu berbahagia. Aku dapat menjadi seorang anak yg kelak membanggakan kalian. Aku akan berusaha lebih keras kali ini. Untuk meraih semua cita-citaku & membanggakan ibu & bapak.

Agar kalian mampu tersenyum melihatku & berkata, ‘dia ialah anak kami. Dan kami gembira padanya.’ Aku rasa, surat ini sampai sini dahulu. Air mataku sudah tak dapat berhenti mengalir balasan rindu.

Aku senantiasa mendoakan kesehatan ibu & bapak supaya kita mampu senantiasa bertukar kabar. Insha Allah, ahad depan gue akan pulang. Aku akan menyelesaikan rindu pada ibu & bapak. Aku sangat mengasihi kalian.

 Hai, kau. Aku sudah usang mengagumi senyummu. Lewat dinding kaca ruang laboratorium, gue dapat menyembunyikan tatapan mata memuja milikku. Aku tahu, ananda niscaya menilai ini aneh, bukan?

Tenang, gue bukan ingin menakutimu. Yang gue kerjakan pun semata hanya tidak mau menciptakan ananda terganggu. Itulah alasan kenapa ananda mungkin tak mengenali diriku.

Aku sudah mengenalmu semenjak kelas 10. Senyum & redup matamu mengingatkanku dgn bunyi nervous yg menjawab pertanyaanku kala itu. Ya, kita pernah berjumpa walaupun ananda tak mengingatnya.

Saat itu, gue mengajukan pertanyaan wacana ruangan gugus punyaku. Padahal ketika itu ananda sedang dieksekusi oleh kakak senior. Maafkan aku. Bahkan dikala itu gue tahu matamu tampakbegitu takut.

Sudah ingatkah? Iya, ini saya. Cowok berkacamata yg mungkin sudah ananda lupakan. Bisakah kita berbincang-bincang dekat seperti sahabat yg sudah lama tak bersua. Mungkin terdengar gila, namun gue ingin lebih dekat denganmu.

Aku ingin mengetahui apapun yg ananda rasakan, senangi, & inginkan. Aku akan menjadi teman, kakak bahkan tempat curhat terbaik yg ananda punya. Aku rela melaksanakan semua itu karena gue menyukaimu. Sangat.

Adalah keinginan semua orang kalau perasaan cinta ingin terbalas juga. Maka gue pun begitu. Jika ananda mempunyai perasaan yg sama denganku, gue senantiasa menunggu di ruang istirahat dlm laboratorium.

Kapanpun ananda siap menjawab, gue akan menanti disana hingga ananda datang dgn senyuman indahmu itu.

 

Tertanda,

Pengagummu.

 Sahabatku. Aku mengenalmu sejak kita bersama dikala memasuki TK. Mungkin, sekarang sudah 17 tahun lebih lamanya. Masih ingatkah ananda dgn situasi persahabatan kita yg polos & lugu?

Dulu cuma lantaran jepit rambut berwarna sama, kita dapat merasa bahagia. Mengapa kini berlainan? Mengapa kini kita harus menjauh? Aku merindukan persahabatan kita yg dahulu. Persahabatan yg polos nan lugu.

Persahabatan yg senantiasa memprioritaskan kebersamaan dibandingkan dengan hal lainnya. Bukankah kita pernah berjanji jikalau kita akan kembali saling bertegur sapa tatkala sudah berdiaman selama 3 hari.

Mengapa kini memerlukan beberapa tahun lamanya untuk kembali saling bersikap tak canggung? Membutuhkan usaha yg lebih banyak untuk kembali saling tersenyum. Membutuhkan banyak doa untuk meruntuhkan ego di antara kita.

Maafkan saya. Apapun kesalahanku, gue akan minta maaf. Rasanya gue tak tahan untuk bersikap egois lebih usang. Kehilangan sahabat sepertimu adalah hal terburuk yg pernah ku bayangkan.

Aku harap ananda tak melewatkan masa-masa persahabatan kita yg sudah terjalin usang. Aku akad akan memperbaiki diri & lebih menghemat keegoisanku. Aku cuma meminta ananda untuk tak menjauhiku lagi.

Jika ananda membaca surat ini, harap hubungi saya. Sudah lama semenjak kita saling bertukar kabar. Jika ananda sudah mengganti nomormu, akan gue berikan kembali nomorku di ujung surat ini. Ku harap ananda dapat memberi kabar.

 

Tertanda,

Sahabatmu.

 Teruntuk adikku. Sudah remaja saja dirimu. Aku ingat bila dulu ananda yaitu hal yg paling tak gue kehendaki di dunia ini. Dulu yg gue tahu, ananda adalah penghalang kasih sayang yg akan orang renta kita kasih kepadaku.

Seiring berjalannya waktu, rasa benciku kian menghilang tatkala menyaksikan ananda tertidur dgn damai di kala malam. Pipi gembilmu senantiasa menggodaku untuk dicium. Tangan-tangan kecilmu menciptakan gue ingin menjagamu.

Senyum menggemaskanmu membuat diriku menjadi lebih sayang kepadamu dr hari ke hari. Tahukah kau, gue menjadi seseorang yg lebih kuat tatkala mengingatmu. Aku berusaha ingin menjagamu.

Kamu yakni alasan kenapa gue kini dipanggil abang. Kamu yaitu alasan kenapa gue menjadi orang yg lebih cukup umur. Kamu yakni argumentasi gue senantiasa khawatir jika ananda akan salah langkah nantinya.

Di masa kini, gue sangat paham jikalau dunia yg akan ananda hadapi tidaklah semudah yg terlihat. Pergaulan & cara hidup yg sangat mengkhawatirkan membuatku ingin selalu menjagamu.

Kakak hanyalah orang biasa yg ingin membahagiakanmu apapun yg terjadi. Kakak hanyalah orang biasa yg ingin membuat keluarga kecil kita bahagia. Bersabarlah. Tumbuhlah dgn baik.

Kakak akan berusaha sekeras mungkin untuk membahagiakan ananda & orang tua kita. Kakak berjanji hal itu akan segera terwujud. Kakak menyayangi kalian semua & senantiasa akan seperti itu.

 Kakek & nenek yg kusayangi. Apa kabar? Sudah usang gue tak mendatangi kalian. Maafkan aku. Harusnya gue senantiasa menjenguk & menengok kalian. Nyatanya, gue malah lebih sibuk dgn persoalan duniawi.

Kakek, nenek, kalian yaitu orang renta kedua yg gue sayangi. Kalian ialah argumentasi kenapa orang tuaku menjadi orang bau tanah terbaik sepanjang masa. Dan karenanya mendidikku menjadi orang yg memiliki kegunaan.

Kakek, nenek, tanpa sadar seiring bertambahnya umurku maka semakin tua pula umur kalian. Semakin dewasa diriku, kian menyusut masa berjumpa kita. Tanpa kusadari, jika seiring waktu kalian pun akan meninggalkanku.

Maafkan gue bila masih banyak kesalahan yg ku perbuat. Semakin akil balig cukup akal diriku, kian lupa jika gue ialah cucu yg selalu kalian sayangi. Kegiatan-acara yg ku miliki membuat diriku menjadi terlalu sibuk untuk kalian.

Aku senantiasa mencintai kalian. Dimanapun gue berada, gue pula senantiasa mengenang kalian. Terlebih lagi tatkala gue menyaksikan seorang cucu yg berboncengan dgn kakeknya memakai sepeda. Aku mengenang masa itu.

Masa dimana gue masih diantar ke sekolah bersama kakek. Masa dimana gue adalah anak kecil yg bahagia. Aku merindukan hal itu. makin renta kalian, harusnya gue kian berbakti pula pada kalian.

Minggu depan akan gue ajak ibu, bapak & adik pergi kesana. Kita akan berkumpul & bercengkrama kembali. Kakek akan mengajarkan kami untuk mencari kerang di sawah atau memanjat pohon.

Kita akan duduk dibawah pohon jambu dgn sekeranjang buah yg siap kita santap. Sampai dikala itu tiba, bersabarlah ya. Aku akan mengusahakan untuk secepatnya bertemu kalian. Aku mencintai kalian.