Banyak juga para penulis terkenal yang menciptakan puisi ibu. Seperti WS Rendra, Zawawi Imron, maupun Chairil Anwar.
Semua itu merupakan ungkapan kasih sayang kepada ibu tersayang.
Di blog ini – pantuncinta2000.blogspot.com – disajikan aneka macam puisi. Mulai dari puisi yang singkat, pendek, maupun yang panjang.
Ada yang satu bait, 2, 3, bahkan 4 bait.
Daftar Isi
1. Sedih Hatiku Mengenangkanmu, Bunda
Berikut ini ialah puisi ibu murung yang ditulis dengan narasi besar lengan berkuasa. Bacalah dan temukan kedigdayaan di dalamnya.
Sedih Hatiku Mengenangkanmu, Bunda
Dan dikala mentari sudah turun ke ufuk senja, dan cahaya keemasan turun laksana gaun. Maka di sanalah hatiku pedih mengenangkanmu Bunda.
Engkau,
Yang begitu hebat dalam berkorban,
Yang menyeka air mata ketika bersedih,
Dan berjuang di setiap kondisi,
Kini telah pergi dari sisi kami.
Bunda.
Tidakkah engkau lihat sekarang anakmu telah berkembang besar seperti yang Bunda cita-citakan.
Ia telah berkembang menjadi lelaki pemberani, besar lengan berkuasa, dan sekaligus sarat dengan kasih sayang. Dan senantiasa mengenang setiap petuah darimu, Bunda.
…biar selalu membantu terhadap sesama.
Ketika Gerimis Turun
Ketika gerimis turun,
Dan kaki-kakinya menari laksana bidadari,
Maka kenanganku bangun dari kepulasan tidurnya.
Kenangan itu mengajaku
Untuk mengenang dan mengenang tampang teduhmu, Ibu.
Aku ingat waktu kecil dulu.
Ketika hujan turun dalam syahdu,
Kulemparkan pandaganku lewat jendela ini ke kolam kecil di belakang.
Dan di ketika itulah
Engkau datang dengan senyuman terindah yang pernah kulihat.
Sembari menjinjing sepiring kuliner kecil.
Lalu sambil menyuapi, engkau mengisahkan sebuah kisah yang saya lupa tentang apa.
Yang tidak pernah saya lupa
Bahwa betapa bahagianya hatiku saat itu sebab aku memiliki ibu sepertimu.
2. Puisi Sedih Lebaran Tanpa Ibu
Ada Yang Kurang Pada Lebaran Tahun Ini
Biasanya rumah ini
Dipenuhi dengan kehangatan
Ketika semua kakak dan adik berkumpul.
Karena kami akan tiba kepadamu
Sembari bercerita ini dan itu
Biasanya di dapur ini
Aku begitu senang membantumu ibu,
Memasak opor ayam ataupun menciptakan ketupat.
Namun idul fitri tahun ini
Rumah ini terasa begitu sunyi walau kami berkumpul seperti biasanya.
Tanpamu Ibu,
Rumah ini mirip kehilangan ruhnya.
Sunyi. Sepi.
Hanya Doa Untukmu
Hari ini yakni hari yang paling membahagiakan.
Ketika kami datang kepadamu
Dan berkumpul semua keluarga.
Setelah satu bulan berpuasa,
Saatnya hari raya telah datang.
Hari ini ialah hari yang paling membahagiakan.
Saat kami sibuk menyiapkan
Baju gres untuk dikenakan.
Dan membagikan sebagian
Rezeki yang telah diberikan.
Tapi hari ini,
Segalanya terasa sunyi.
Ada yang kurang dari kebahagiaan ini.
Ya, saat engkau sudah pergi meninggalkan kami, seluruhnya terasa berlainan.
Ibu,
Hanya doa untukmu,
Yang mampu kami berikan,
Di hari raya ini.
4. Puisi Sedih Kematian Ibu
Pergimu Tiada Kembali
Hari-hari sudah berlalu,
Menjemput usia kita sampai ke ujung.
Seperti bunga;
Ia kuncup, mekar, lalu layu dan jatuh ke Bumi.
Begitu pula dengan usia,
Tak ada satupun yang baka di dunia.
Kehilanganmu begitu mengenaskan.
Karena engkau merupakan pintu,
Dari pintu-pintu kebahagiaan yang Tuhan kirimkan.
Pergimu tiada kembali
Hilangmu tiada pernah terganti.
Rindu Pada Segalanya
Ibu
Aku rindu pada:
tatapan teduhmu
nasehatmu
marahmu,
kasih sayangmu,
Ibu
aku rindu pada:
Masakan sederhanamu,
Omelanmu dikala aku telat,
Keberanianmu membelaku,
Pengorbananmu untuk keluarga.
Ibu
Aku rindu padamu,
Rindu pada segala tentangmu.
5. Puisi Sedih Kasih Sayang Ibu
Berikutnya yakni puisi murung ihwal kasih sayang seorang Ibu. Mari kita baca secara seksama.
Jangan Pernah Lepaskan
Hari ini
Angin berdesau dengan lembut,
Udara terasa sangat ringan dan segar,
Dan sang surya menurunkan kehangatan.
Betapa indahnya.
Ketika burung bernyanyi riang,
Berkicau seolah dunia ini yaitu keindahan.
Akan tetapi,
Rasanya tak pernah lengkap
Bila tiada ibu di sisiku.
Saat Itulah Aku Membutuhkanmu
Saat sakit,
Ibu yakni orang pertama yang bersedih,
Yang sabar merawat, menjaga, dan menawarkan semangat.
Saat aku bersedih,
Ibu yakni orang pertama yang mengetahuinya,
Meskipun saya menyembunyikan sebisa mungkin.
Dan beliau akan memberikan kedamaiannya untukku.
Saat saya bersalah,
Ibu mungkin memarahiku,
Meskipun begitu beliau senantiasa memaafkan.
6. Puisi Sedih Kepergian Ibu Untuk Selamanya
Apa yang mampu dilaksanakan seorang anak jikalau Ibunya sudah pergi? Tidak ada. Kecuali penyesalan dan kesedihan.
Jika ibu telah pergi, maka tak ada lagi peluang untuk berbakti, membahagiakan, maupun sekedar mengobrol bersamanya.
Kepergian
Selamat jalan Ibu.
Kata-kata mana lagi yang mampu kuucapkan di tengah kesedihan ini.
Kesedihan ini begitu mendalam.
Kepiluan ini begitu menghujam.
Tak ada lagi peluang
Untuk menyimak perintahmu,
Menuruti keinginanmu.
Hanya sesal
Yang menyesakan dada,
Mengapa dahulu saya tak berbakti kepadamu.
Kau Maafkan Diriku?
Bagaikan terkurung
Di dinding karang.
Tiada pintu tiada jalan.
Hanya kesedihan dalam hidupku,
Semenjak engkau meninggalkanku.
Hanyalah sesal
Terus membayang.
Mengiringi setiap detak jantungku.
Mengapa dulu ku tak pernah menurutimu.
Agar menjadi anak yang berbakti.
Teringat lagi
Dalam kenanganku.
Saat kamu memarahi diriku,
Namun tak juga kusadari salahku.
Berurai air mata di hadapanku,
Dan kini…
..ibu!
Maafkan lah diriku.
Aku yang salah, aku yang tak mengerti kasih sayangmu.
Maafkanlah diriku,
Maafkanlah anakmu ini.
8. Puisi Kangen Ibu
Di sini
Di kamar ini.
Kutuliskan syair puisi indah.
Untuk kukenangkan.
Sebuah memori
Yang senantiasa hadir di dalam hati.
Teduhnya
Senyuman manismu.
Tak pernah hilang dalam ingatanku,
Rindu dan selalu rindu,
Sepanjang hayat sepanjang hidupku.