Pelajarancg: Gaya bahasa yaitu pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, lebih khusus yakni pemakaian ragam atau jenis bahasa tertentu untuk memperoleh efek tertentu. pelajarancg.blogspot.com, – Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, kita pelajari bahwa ada lebih dari 3 ragam gaya bahasa yang digunakan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Contoh ragam tersebut yakni Gaya Bahasa Penegasan, Gaya bahasa Perbandingan, Gaya Bahasa Pertentangan, dan lainnya.
Pelajari: MATERI SOAL CERPEN (CERITA PENDEK) UNTUK KELAS 6 SD/MI
Daftar Isi
JENIS-JENIS GAYA BAHASA DAN CONTOH PENGGUNAAN BAHASANYA
1. GAYA BAHASA PENEGASAN
1.1. Alusio
Gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang tujuannya sudah diketahui umum.
Contoh: Dalam bergaul hendaknya kau berhati-hati. Jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah bermakna emas.
Pelajari: PENGGUNAAN KATA BAKU, KATA TIDAK BAKU, DAN KATA SERAPAN DAN ARTINYA
1.2. Antitesis
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Tinggi-rendah harga dirimu bukan cantik tubuhmu yang memilih, namun kelakuanmu.
1.3. Antiklimaks
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, kian lama makin rendah tingkatannya.
Contoh: Kakeknya, ayahnya, ia sendiri, anaknya dan kini cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu.
1.4. Klimaks
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, semakin lama kian tinggi tingkatannya.
Contoh : Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, hingga ke ibu kota, hari proklamasi ini dirayakan dengan semarak.
1.5. Antonomasia
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata tertentu untuk mengambil alih nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari sifat-sifat yang mencolokyang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
Contoh : Si Pelit den Si Centil sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung.
1.6. Asindeton
Gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
Contoh : Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor semua dapat anda beli di toko itu.
1.7. Polisindeton
Gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hat berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung (kebalikan asindeton).
Contoh : Buku tulis, majalah, dan surat-surat kantor dapat di beli di toko itu.
1.8. Elipsis
Gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tak lengkap), adalah kalimat yang predikat atau subjeknya dilesapkan alasannya dianggap telah dimengerti oleh musuh bicara.
Contoh : “Kalau belum jelas, akan saya jelaskan lagi.”
“Saya cemas, jangan-jangan beliau ….”
1.9. Eufemisme
Gaya bahasa atau perumpamaan pelembut yang dipakai untuk tuntutan tatakrama atau menyingkir dari kata-kata pantang (pamali, tabu), atau kata-kata yang kasar dan kurang sopan.
Contoh : Putra Bapak tidak mampu naik kelas karena kurang mampu mengikuti Kurikulum pelajarancg.
Pegawai yang terbukti melakukan korupsi akan dinonaktifkan.
1.10. Hiperbolisme
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan kondisi yang bekerjsama.
Contoh : Suaranya mengguntur membelah angkasa.
Air matanya mengalir menganak sungai.
1.11. Interupsi
Gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.
Contoh : Saya, jikalau bukan alasannya adalah terpaksa, tidak mau bertemu dengan dia lagi.
1.12. Inversi
Gaya bahasa dengan menggunakan kalimat inversi, adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Hal ini sengaja dibuat untuk memberikan ketegasan pada predikatnya.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari impian gres di kota.
1.13. Koreksio
Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan untuk mengoreksi (mengambil alih kata yang dianggap salah).
Contoh : Setelah program ini tamat, silakan kerabat-kerabat pulang. Eh, maaf, silakan kerabat-kerabat mencicipi hidangan yang sudah tersedia.
1.14. Metonimia
Gaya bahasa yang memanfaatkan sebuah kata atau suatu nama yang berafiliasi dengan sebuah benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Misal, penyebutan yang didasarkan pada merek jualan , nama pabrik, nama penemu, dun lain sebagainya.
Contoh : Ayah pergi ke Bandung mengendarai Kijang.
Udin mengisap Gentong, Husni mengisap Gudang Garam.
1.15. Paralelisme
Gaya bahasa pengulangan seperti repetisi yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bab permulaan dinamakan anafora, sedang di bagian selesai disebut epifora.
Contoh penggunaan Anafora:
Sunyi itu sedih
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lampus
Contoh penggunaan Epifora:
Rinduku hanya untukmu
Cintaku hanya untukmu
Harapanku cuma untukmu
1.16. Pleonasme
Gaya bahasa penegasan yang memakai kata-kata yang bekerjsama tidak perlu alasannya artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.
Contoh : Benar! Saya menyaksikan dengan mata kepala aku sendiri, bahwa Tono tabrak di tempat itu.
Dia maju dua langkah ke depan.
1.17. Parafrase
Gaya bahasa penguraian dengan memakai perumpamaan atau frase yang lebih panjang dibandingkan dengan kata semula. Misal, pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur; materialistis diganti dengan ajaib harta benda.
Contoh : ”Pagi-pagi Kurikulum pergi ke sawah.” dijadikan “Ketika mentari membuka lembaran hari, anak sulung Pak Sastra itu melangkahkan kakinya ke sawah.”
1. 18. Repetisi
Gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam sebuah perihal. Gaya bahasa jenis ini sering digunakan dalam pidato atau karangan berupa prosa.
Contoh : Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang.
Sekali merdeka, tetap merdeka!
1. 19. Retoris
Gaya bahasa penegasan yang memakai kalimat tanya, tetapi sebenannya tidak mengajukan pertanyaan.
Contoh : Bukankah kebersihan yakni pangkal kesehatan?
Inikah yang kau namakan kerja?
1. 20. Sinekdoke
Gaya bahasa ini terbagi menjadi dua adalah : (a) Pars pro toto (gaya babasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan) dan (b) Totem pro parte (gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian).
Contoh penggunaan Pars pro toto :
Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp1.000,00.
Sudah lama ditunggu-tunggu, belum terlihat juga batang hidungnya.
Contoh penggunaannya Totem pro parte : Cina mengalahkan Indonesia dalam babak akhir perebutan Piala Thomas tahun ini.
Pelajari: Kata-kata selamat Imlek untuk ucapan Harapan Tahun Baru Cina
1. 21. Tautologi
Gaya bahasa penegasan yang memakai kata-kata yang serupa artinya dalam satu kalimat.
Contoh : Engkau harus dan wajib mematuhi semua peraturan.
Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.
2. GAYA BAHASA PEMBANDINGAN
2.1. Alegori
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan menurut persamaannya secara menyeluruh.
Contoh : Kami semua berdoa, supaya dalam mengarungi samudra kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi angin kencang dan gelombang.
2.2. Litotes
Gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sesungguhnya, atau yang menggunakan kata-kata yang artinya bertentangan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.
Contoh : Dari mana orang mirip aku ini menerima uang untuk berbelanja barang semahal itu.
Silakan, bila kebetulan melalui, Saudara mampir ke pondok aku.
2.3. Metafora
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berlawanan berdasarkan persamaannya.
Contoh : Gelombang demonstrasi melanda pemerintah orde lama.
Semangat juangnya berkobar, tak gentar menghadapi lawan.
2.4. Personifikasi atau Penginsanan
Gaya babasa perbandingan. Benda-benda mati atau benda-benda hidup selain insan ketimbang insan, dianggap berwatak dan bertingkah mirip manusia.
Contoh : Bunyi lonceng mengundang-manggil siswa untuk segera masuk kelas.
Nyiur melambai-lambai di tepi pantai.
2.5. Simile
Gaya bahasa perbandingan yang memanfaatkan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, menyerupai, dan lain sebagainya) dengan demikian pernyataan menjadi lebih jelas.
Contoh : Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.
Wajahnya seperti rembulan.
2.6. Simbolik
Gaya bahasa kiasan dengan memanfaatkan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu. Misal, bunglon lambang manusia yang tidak terperinci pendiriannya; lintah darat lambang insan pemeras; kamboja lambang kematian.
Contoh : Janganlah kau menjadi bunglon.
2.7. Tropen
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang maknanya sejajar dengan pengertian yang dimaksudkan.
Contoh : Seharian dia berkubur di dalam kamarnya.
Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi.
3. GAYA BAHASA PENENTANGAN
3.1. Anakronisme
Gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu. Misalnya menyebutkan sesuatu yang belum ada pada sebuah zaman.
Contoh : Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kontrol jarak menengah.
3.2. Kontradiksio in terminis
Gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yaitu apa yang dibilang apalagi dulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian.
Contoh : Suasana sepi, tak ada seorang pun yang mengatakan, hanya jam dinding yang terus kedengaran berdetak-detik.
3.3. Okupasi
Gaya bahasa kontradiksi yang mengandung bantahan dan klarifikasi.
Contoh : Sebelumnya ia sangat bagus, tetapi kini menjadi cecunguk karena tidak ada perhatian dari orang tuanya.
Ali bahu-membahu bukan anak yang cerdas, namun karena kerajinannya melampaui mitra sekolahnya, dia mendapat nilai paling tinggi.
3.4. Paradoks
Gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang berlawanan, yang membentuk satu kalimat.
Contoh : Dengan kelemahannya, wanita bisa menundukkan pria.
Tikus mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.
4. GAYA BAHASA SINDIRAN
4.1. Inuendo
Gaya bahasa sindiran yang memanfaatkan pernyataan yang mengecilkan realita sesungguhnya.
Contoh : la menjadi kaya raya karena mau sedikit korupsi.
4.2. Ironi
Gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud pembicara.
Contoh : ”Eh, anggun benar teh ini?” (maksudnya: pahit).
4.3. Sarkasme
Gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang garang. Biasanya gaya bahasa ini digunakan untuk menyatakan amarah.
Contoh : ”Jangan main-main mengganggu adikku lagi, Monyet!”
“Dasar goblok! Sudah berkali-kali diberi tahu, tetap saja tidak mengetahui!”
4.4. Sinisme
Gaya bahasa sindiran semacam ironi, namun agak lebih agresif.
Contoh: ”Hai, harum benar baumu? Tolong agak jauh sedikit!”
PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM CERPEN ATAU CERITA PENDEK
Secara garis besar, penggunaan gaya bahasa pada sebuah karya sastra khususnya cerpen termasuk menjadi empat bagian, adalah: gaya bahasa kontradiksi, gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa sindiran, dan gaya bahasa penegasan.
Adapun penggunaan daba Bahasa dalam Penulisan Cerpen sungguh bermacam-macam, diantaranya adalah:
- Bergaya Asosiasi. Asosiasi adalah gaya bahasa yang menawarkan perbandingan kepada sebuah benda yang sudah disebutkan.
- Metafora Metafora yaitu gaya bahasa yang memperbandingkan sebuah benda dengan benda lain. Kedua benda itu mempunyai kesamaan sifat.
- Bergaya Simbolik. Gaya bahasa ini melukiskan sesuatu dengan benda lain sebagai perbandingan.
- Bergaya Alegori. Alegori ialah suatu gaya bahasa yang menunjukkan suatu perbandingan utuh. Beberapa perbandingan yang bertaut satu dengan lainnya membentuk satu kesatuan utuh.
- Bergaya Litotes. Gaya bahasa ini bisa dipakai untuk merendahkan diri.
- Bergaya Metonimia. Metonimia yakni gaya bahasa yang menyebutkan suatu kata tertentu sebagai pengganti yang dimaksud.
- Bergaya Hiperbola. Gaya bahasa ini memakai kata tertentu untuk melukiskan sesuatu yang lebih besar atau lebih hebat.
- Bergaya Personifikasi. Personifikasi adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda mati dapat berbuat atau bergerak seperti manusia.
- Bergaya Parabel. Gaya bahasa ini melukiskan anutan hidup, filsafat hidup yang berkhasiat bagi kehidupan. Biasanya kita mesti memahami seluruh isi karangan yang kita baca.
- Bergaya Tropen. Gaya bahasa tropen adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu sejajar dengan pengertian yang diharapkan.
- Bergaya Sinekdoke. Sinekdoke yaitu gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian selaku pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya. a. Pars prototo: bermaksud sebagian untuk semua. b. Totem proparte: berencana semua untuk sebagian.
- Bergaya Alusio. Alusio ialah gaya bahasa yang memanfaatkan peribahasa atau istilah yang sudah dikenali biasa .
- Bergaya Antonomasia. Gaya bahasa ini menyebutkan sesuatu tidak menyebutkan yang bahwasanya, namun diganti dengan nama lain yang tepat dengan sifatnya.
- Bergaya Eufimisme. Gaya bahasa eufimisme adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan cara halus. Biasanya untuk menghindarkan diri dari yang dianggap tabu.
- Bergaya Perifrasis. Perifrasis ialah gaya bahasa penguraian. Sepatah kata diganti dengan serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
- Bergaya Ironi. Ironi ialah gaya bahasa menyindir. Sesuatu benda atau perkataan dibilang sebaliknya.
- Bergaya Sinisme. Sinisme disebut juga sindiran yang berencana mencibir.
- Bergaya Sarkasme. Sarkasme yakni gaya bahasa sindiran yang amat berangasan dan tajam.
- Bergaya Anakronisme. Gaya bahasa ini yakni menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan sejarah.
- Bergaya Kontradisio interminis. Gaya bahasa ini ialah gaya bahasa yang menunjukkan sebuah pernyataan yang telah diucapkan disanggah lagi oleh ucapan kemudian.
- Bergaya Antitesis. Gaya bahasa ini memakai paduan kata-kata yang berlawanan artinya.
- Bergaya Paradoks. Dalam gaya bahasa ini diungkapkan pernyataan atau perbandingan yang bertentangan.
- Bergaya Pleonasme. Gaya bahasa ini memakai kata mubazir. Hal ini sebab pengertian dimaksud telah terkandung dalam kata-kata sebelumnya.
- Bergaya Paralelisme. Paralelisme ialah gaya bahasa perulangan dengan maksud mencapai efek yang besar. Bila kalimat yang diulang awal kalimatnya disebut anafora, sedangkan kalau kata yang diulang pada simpulan disebut efifora.
- Bergaya Repetisi. Gaya bahasa repetisi adalah gaya bahasa perulangan untuk mencapai efektifitas sebuah tutur.
- Bergaya Tautologi. Tautologi adalah gaya bahasa untuk memperjelas sesuatu maksud dengan memakai dua kata atau lebih yang nyaris sama pengertiannya.
- Bergaya Klimaks. Gaya bahasa ini melukiskan sesuatu, kian lama makin keras atau mahir.
- Bergaya Antiklimaks. Antiklimaks ialah musuh klimaks. Kata-kata yang digunakan dalam gaya bahasa ini kian lama makin menurun.
- Bergaya Praterito. Dalam gaya bahasa ini penutur seperti menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu. Pembaca atau pendengar dibiarkan mengungkapkan sendiri apa yang sengaja dihilangkan atau tidak disebut.
- Bergaya Enumerasio. Gaya bahasa ini berencana melukiskan beberapa peristiwa utuh secara satu persatu semoga tiap-tiap kejadian itu terlihat dengan terperinci.
- Bergaya Ekslamasio. Gaya bahasa ini memakai kata-kata seru untuk menengaskan arti.
- Bergaya Interupsi Untuk menengaskan maksud, maka ditengah-tengah kalimat pokok disisipkan kata atau frase.
RANGKUMAN
Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, lebih khusus ialah pemakaian ragam atau jenis bahasa tertentu untuk memperoleh efek tertentu. Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, kita pelajari bahwa ada lebih dari 3 ragam gaya bahasa yang digunakan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Contoh ragam tersebut adalah Gaya Bahasa Penegasan, Gaya bahasa Perbandingan, Gaya Bahasa Pertentangan, dan lainnya.
Blog yang dikhususkan untuk guru, siswa, peneliti dan penulis. Artikel Blog cg menulis wacana mata pelajaran untuk memajukan pembelajaran siswa (Sekolah Dasar, SMP, SMA) dan mahasiswa. cg menulis catatan rangkuman secara ringkas soal dan jawaban terbaik dengan bahan sebagian Besar, Teknologi, Game, Pendidikan, Panduan, dan Solusi/Tips dan Trik. cg yaitu blog yang dibuat dengan tujuan menolong siswa untuk menemukan pengetahuan, kompetensi atau kebajikan.
Makara itulah pembahasan Pelajarancg: terkait Gaya bahasa ialah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, lebih khusus adalah pemakaian ragam atau jenis bahasa tertentu untuk menemukan efek tertentu. Semoga berguna bagi hadirin pelajarancg.blogspot.com;