Kerajaan Islam di Indonesia – Telah kita pahami bersama, bahwa dahulu banyak berdiri kerajaan di Indonesia, baik itu kerajaan dgn corak Hindu-Buddha atau corak Islam. Nah, pada artikel ini kita akan membahas ihwal kerajaan-kerajaan yg bercorak Islam di Indonesia.
Apa saja kerajaan bercorak Islam di Indonesia, dimana letaknya, & bagaimana sejarah singkat kerajaan tersebut? Yuk simak uraiannya di bawah ini.
Daftar Isi Artikel
Nama Kerajaan Islam di Indonesia
Siapa raja Kerajaan Islam di Indonesia? Di mana letak Kerajaan Islam di Indonesia? Berikut beberapa daftar nama kerajaan Islam di Indonesia.
Nama kerajaan | Pendiri | Letak | Tahun berkuasa | Raja terkenal |
---|---|---|---|---|
Kerajaan Perlak | Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah | Aceh Timur | 840-1292 M | Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II |
Kerajaan Tidore | Syahjati atau Muhammad Naqil | Tidore | 1081-1967 M | Sultan Nuku |
Kerajaan Ternate | Baab Mashur Malamo | Ternate | 1257-1914 M | Sultan Baabullah |
Kerajaan Samudera Pasai | Marah Silu atau Sultan Malik Al-Saleh | Lhokseumawe, Aceh | 1267-1517 M | Sultan Mahmud Malik Az Zahir |
Kerajaan Gowa-Tallo | Tumanurung Bainea | Sulawesi Selatan | 1300-1960 M | Sultan Hasanuddin |
Kerajaan Kutai Kartanegara | Aji Batara Agung Dewa Sakti | Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur | 1300-1960 M | Sultan Muhammad Idris |
Kerajaan Bone | Manurunge ri Matajang | Sulawesi Selatan | 1330-1905 M | Arung Palaka |
Kerajaan Malaka | Parameswara | Selat Malaka | 1405-1511 M | Sultan Mansur Syah |
Kerajaan Cirebon | Pangeran Cakrabuana | Cirebon | 1430-1677 M | Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati |
Kerajaan Demak | Raden Patah | Demak, Jawa Tengah | 1478-1561 M | Sultan Trenggono |
Kerajaan Aceh | Sultan Ali Mughayat Syah | Banda Aceh | 1496-1903 M | Sultan Iskandar Muda |
Kerajaan Selaparang | Sayyid Zulqarnain | Lombok | 1500-an | Prabu Rangkesari |
Kerajaan Banjar | Raden Samudera atau Sultan Suriansyah | Martapura, Kalimantan Selatan | 1520-1905 M | Sultan Mustain Billah |
Kerajaan Banten | Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati | Banten | 1526-1813 M | Sultan Ageng Tirtayasa |
Kerajaan Pajang | Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir | Surakarta | 1568-1587 M | Sultan Hadiwijaya |
Kerajaan Mataram Islam | Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati | Kotagede, Yogyakarta | 1586-1755 M | Sultan Agung |
Kerajaan Bima | La Kai | Bima | 1620-1958 M | Sultan Muhammad Salahuddin |
Kerajaan Deli | Tuanku Panglima Gocah Pahlawan | Tanah Deli | 1632-1946 M | Sultan Ma’moen Al Rasyid |
Kerajaan Siak | Sultan Abdul Jalil | Riau | 1723-1945 M | Raja Ismail |
Kerajaan Perlak (840-1292 M)
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak berdiri pada kala ke-9 hingga abad ke-13 (840-1292 M). Kerajaan ini terletak di Pulau Sumatera & beribukota di Aceh Timur.
Nama perlak diambil dr hasil bumi yg banyak didapatkan di kawasan Aceh Timur, kayu Perlak pula diandalkan selaku kayu yg cantik & berkualitas terbaik untuk bahan pengerjaan kapal.
Masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II pada tahun 1230-1267 merupakan masa kejayaan kerajaan Perlak. Di bawah kekuasaannya, PErlak mengalami perkembangan pesat di bidang pendidikan Islam & dakwah Islam.
Kerajaan Perlak selsai sesudah wafatnya Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan pada 1292 M. Berakhirnya Perlak meninggalkan jejak sejarah berupa mata uang dirham, kupang, kuningan, stempel kerajaan, & makam Raja Benoa.
Kerajaan Tidore (1081-1805 M)
Kerajaan Tidore merupakan salah satu kerajaan Islam paling besar di Maluku. Kerajaan ini berasal yg sama dgn Kerajaan Ternate.
Awalnya kerajaan ini belum menganut Islam, agama Islam gres masuk & berkembang pada akhir era ke-15. Tepat tahun 1495, diketahui bahwa kerajaan ini berpusat di Gam Tina dgn dipimpin seorang raja berjulukan Sultan Djamaluddin.
Sultan Nuku berhasil menjinjing Kerajaan Tidore menuju puncak kejayaan pada tahun (1797-1805 M). Kekuasaan Tidore meliputi Pulau Halmahera, Pulau Buru, Pulau Seram, & kawasan Papua bagian Barat.
Setelah ajal Sultan Nuku pada 1805, Belanda mengincar Tidore & ini mengakibatkan keruntuhan Kerajaan Tidore. Meskipun begitu, Tidore menyisihkan peninggalannya berbentukIstana Kerajaan Tidore (Kadato Kie), Masjid Sultan Tidore, & benteng Torre & Tahula.
Kerajaan Ternate (1432-Sekarang)
Kerajaan Islam yg masih berdiri hingga dikala ini merupakan kerajaan Ternate. Mulanya kerajaan ini berjulukan Kerajaan Gapi & masih belum bercorak Islam.
Karena agama Islam gres sampai di Ternate pada era ke-14, keluarga kerajaan baru memeluk pedoman agama Islam pada masa pemerintahan Raja Marhum (1432-1436 M).
Kerajaan Ternate mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583 M).
Kesultanan Ternate pernah jatuh ke tangan VOC Belanda, akan tetapi kerajaan ini sukses bangun & berdiri kembali hingga detik ini. Sultan terakhir yg masih menjabat yaitu Sultan Syarifuddin Bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah. Ia menjabat selaku sultan ke 49 sejak 2016 silam.
Situs bersejarah yg ada semenjak berdirinya Kerajaan Ternate adalah istana Kesultanan Ternate, Masjid Jami Kesultanan Ternate, kompleks pemakaman sultan Ternate, & senjata perang yg masih tersimpan di Museum Kesultanan Ternate.
Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521 M)
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Nusantara yg ada semenjak era ke-13 hingga abad ke-16. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu atau Sultan Malik as-Saleh sekitar tahun 1267 M. Keberadaan kerajaan ini diceritakan dlm kitab Rihlah ila l-Masyriq karya Abu Abdullah Ibnu Batuthah (1304-1368).
Kerajaan Samudera Pasai dibuat dr gabungan antara Kerajaan Pase & Peurlak yg sudah ada semenjak kala ke-6.
Kerajaan Samudera Pasai sendiri terletak di pesisir utara pulau Sumatera, tepatnya di Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia. Kawasan kerajaan ini sungguh strategis, karena tak jauh dr Selat Malaka yg merupakan jalur perdagangan Cina, Arab, Persia, & India.
Masa kejayaan Kerajaan Samudera berhasil dicapai pada dikala masa pemerintahan Sultan Al Malik Zahir II, yg berkuasa sejak tahun 1326-1345 M.
Keruntuhan Samudera Pasai terjadi pada tahun 1521 M alasannya hadirnya Portugis ke Malaka yg lalu berhasil mengambil alih Selat Malaka dr Samudera Pasai pada 1511 M.
Kerajaan Aceh Darussalam (1496-1903 M)
Kerajaan Aceh atau pula dikenal dgn istilah Kerajaan Aceh Darussalam merupakan kerajaan Islam yg pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Ibu kota Kerajaan Aceh terletak di Kutaraja atau sekarang diketahui dgn Banda Aceh.
Kerajaan Aceh berada di utara pulau Sumatera dgn ibu kota Banda Aceh Darussalam, yg diresmikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Kerajaan ini berdiri tatkala kekuatan Barat mulai berdatangan di Selat Malaka. Sejak awal berdiri hingga tahun 1873, ibukota Kerajaan Aceh berada di Bandar Aceh Darussalam.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengalami puncak kejayaan sehingga wilayah kerajaan makin meluas hingga ke kawasan Aru, Pahang, Kedah, Perlak, & Indragiri.
Pada masa pemerintahan raja terakhir Kerajaan Aceh, Sultan Muhammad Daud Syah (1903 M), Belanda terus saja melancarkan perang terhadap Aceh. Hingga peperangan berjalan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh alhasil berhasil jatuh ke tangan Kolonial Belanda.
Situs peninggalan Kesultanan Aceh yg paling terkenal hingga sekarang yakni Masjid Raya Darussalam. Selain itu, Kesultanan Aceh pula meninggalkan situs makam & karya agama sebagai warisan dakwah pedoman Islam di Indonesia.
Kerajaan Demak (1475-1568 M)
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yg berada di pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah di tahun 1478. Raden Patah merupakan putra Prabu Brawijaya, raja terakhir Kerajaan Majapahit.
Dengan pemberian dr wali songo, Raden Patah membangun Kerajaan Demak menjadi pusat perdagangan & penyebaran Islam. Di masa pemerintahan Raden Patah, kerajaan Demak mendirikan masjid yg pula dibantu oleh para wali ataupun sunan, yg kini menjadi masjid Agung Demak .
Kesultanan Demak sukses meraih puncak kejayaan pada periode pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546 M). Pada periode ini, Demak menjadi kerajaan terkuat di Jawa dgn wilayah kekuasaan yg meliputi Jawa dr bagian barat hingga ke timur. Demak pula menjadi sentra penyebaran agama Islam.
Keruntuhan kesultanan Demak ditandai dgn meninggalnya sang Sultan Trenggono, semenjak itu terjadi perselisihan perebutan kekuasaan. Akhirnya Kerajaan Demak jatuh ke tangan Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, yg kemudian mendirikan kerajaan baru berjulukan Kerajaan Pajang.
Jejak sejarah Kerajaan Demak meninggalkan Masjid Agung Demak, Soko Majapahit, Pawestren, Surya Majapahit, Maksurah, Mihrab, Dampar Kencana, Soko Guru, Menara & beberapa peninggalan yang lain yg masih tersimpan di Museum Masjid Agung.
Kerajaan Mataram Islam (1588-1755 M)
Kerajaan Mataram Islam atau dikenal Kesultanan Mataram yakni kerajaan Islam di Pulau Jawa yg berkuasa sejak periode ke-16 hingga era ke-18. Kerajaan Mataram Islam diresmikan oleh Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati.
Masa puncak kejayaan kesultanan ini tatkala dipimpin oleh Sultan Agung (1613-1645 M). Di bawah kekuasaannya, Mataram bisa menyatukan tanah Jawa & sekitarnya, termasuk Madura.
Kerajaan yg terletak di Kotagede, Yogyakarta, ini pernah memerangi VOC di Batavia. Penyerangan ini dikerjakan untuk menangkal didirikannya loji-loji dagang di pantai utara.
Masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam berakhir pada 1755 M, sehabis ditandatangani Perjanjian Giyanti yg disepakati bersama VOC. Kesepakatan tersebut menyatakan bahwa Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua kekuasaan, yakni Nagari Kasultanan Ngayogyakarta & Nagari Kasunanan Surakarta.
Kerajaan ini meninggalkan situs sejarah yg berada di Surakarta & Yogyakarta. Beberapa situs peninggalan Kesultanan Mataram berupa Benteng Vastenburg, pasar Gedhe Hardjonagoro, Rumah Sakit Kadipolo, Taman Sriwedari. Serta beberapa masjid di Yogyakarta, pasar Kotagede, & kompleks makam Kerajaan Imogiri.
Kerajaan Gowa-Tallo (1565 M)
Kerajaan Makassar atau dikenal pula dgn sebutan Kerajaan Gowa-Tallo, merupakan kerajaan yg berada di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Gowa.
Kerajaan Gowa-Tallo merupakan gabungan dr dua kerajaan, yakni Kerajaan Gowa & Tallo pada 1565 M.
Masa kejayaan diraih pada era ke-17, tatkala kerajaan ini menjadi sentra perdagangan & berkembang di sektor pemerintahan, ekonomi, militer, & sosial budaya. Pada dikala ini Kesultanan Gowa Tallo dlm kepemimpinan Sultan Hasanuddin, atau dijuluki selaku Ayam Jantan dr Timur.
Sultan Hasanuddin merupakan sosok raja yg menentang eksistensi abnormal di Nusantara, hingga ia menggeluti melakukan perlawanan kepada VOC Belanda. Sebab dedikasinya itulah, beliau pula diangkat selaku pahlawan nasional.
Dalam perlawanannya melawan Belanda, Sultan Hasanuddin mesti mengakui kekalahan & terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667 M, yg banyak kerugian harus diterima Makassar.
Setelah Perjanjian Bongaya disepakati, akibatnya Sultan Hasanuddin mesti turun dr singgasana & menyerahkan kekuasaan pada Sultan Amir Hamzah, yg lalu menjadi permulaan keruntuhan Kesultanan Gowa Tallo.
Meskipun telah runtuh, Kerajaan Gowa Tallo menyisihkan peninggalan sebagai situs sejarah, di antaranya yaitu Istana Balla Lompoa, Istana Tamalate, Masjid Katangka, Benteng Somba Opu, & Benteng Fort Rotterdam.
Kerajaan Kutai Kartanegara (1575-1960 M)
Awalnya Kerajaan Kutai Kartanegara diresmikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti yg menjadi raja pertamanya sejak tahun 1300 hingga 1325 Masehi. Semula, kerajaan ini menganut pemikiran Hindu.
Kemudian Kutai Kartanegara mulai menjadi kerajaan Islam sejak tahun 1575. Raja yg menjadi sultan pertamanya yaitu Aji Raja Mahkota Mulia Alam.
Kutai Kertanegara semakin berpengaruh sebagai kerajaan Islam dikala dipimpin oleh Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778). Ia dikenal selaku sosok pemimpin yg sungguh menentang penjajahan Belanda. Akan tetapi ia kemudian wafat pada saat bertempur melawan VOC Belanda bersama rakyat Bugis.
Pada masa pemerintahan Kesultanan Banjar merupakan tonggak awal kemunduran kerajaan ini. Secara de facto kerajaan ini di bawah naungan kekuasaan Belanda pada 1787.
Tepat 21 Januari 1960, kekuasaan Kutai Kartanegara rampung. Akan tetapi pada 1999 Kutai Kartanegara bangun kembali bersama Bupati Kutai Kartanegara, Syaukani Hasan Rais.
Kutai Kartanegara pula menyisihkan peninggalan selaku situs bersejarah, di antaranya yaitu kompleks makam Sultan Kutai Kartanegara, Mahkota emas Sultan Kutai, Pedang Sultan Kutai, & Kalung Ciwa.
Kerajaan Bone (1330-1823 M)
Kerajaan Islam di Indonesia bagian tengah tak lepas diwarnai oleh Kerajaan Bone. Kerajaan yg diresmikan oleh Manurunge ri Matajang pada 1330 M ini terletak di Sulawesi Selatan.
Masa kejayaan Kerajaan Bone diraih pada pertengahan kala ke-17, yakni pada masa pemerintahan Sultan Arung Palakka. Arung Palakka sukses menawarkan kemakmuran & kemakmuran rakyatnya.
Kesultanan Bone mengalami kemunduran sesudah Sultan Ismail Muhtaddin wafat pada 1823 M. Kemudian pemerintahan dipimpin oleh Arung Datu (1823-1835 M).
Arung Datu merubah Perjanjian Bongaya & memicu kemarahan Belanda, kemudian Belanda menyerang Kerajaan Bone, sementara Arung Datu diasingkan. Kerajaan Bone pun harus rampung.
Meski pernah menjadi penguasa utama di Sulawesi Selatan, tetapi balasannya Bone berada di bawah kendali Belanda pada 1905.
Kerajaan Bone menyisakan jejak peninggalan berbentukMuseum Lapawawoi, Makam raja-raja Bone, Bola Soba, Patung Arung Palakka Bone.
Kerajaan Malaka (1414-1511 M)
Kerajaan Malaka merupakan kelanjutan dr kerajaan Melayu di Singapura. Malaka mengalami pemindahan ibukota ke Melaka alasannya adalah desakan & serangan Majapahit & Siam (Thailand.
Malaka diresmikan oleh Parameswara pada era ke-15, yg terletak di dekat Selat Malaka. Parameswara merupakan pangeran Hindu keturunan Palembang.
Malaka mengalami masa keemasan pada saat pemerintahan Sultan Mansur Syah (1459-1477 M). Pada saat ini kekuasaan Malaka meluas hingga meraih Pahang, Kedah, Trengganu, & beberapa daerah di Sumatera.
Tepat di tahun 1511 M, Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis, yg kala itu Malaka dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah. Dengan demikian, lalu jalur & peran perdagangan Malaka diambil alih Kerajaan Aceh.
Bukti peninggalan Kerajaan Malaka berbentukmasjid Agung Deli, masjid Johor Baru, masjid aformosa, & mata uang.
Kerajaan Selaparang (Abad ke-16)
Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan Islam yg berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sayyid Zulqarnain atau Syaikh Abdurrahman merupakan pendiri kerajaan ini.
Selaparang merupakan kerajaan yg terkenal handal di darat & maritim. Hal ini makin didukung dgn pemindahan wilayah di Lombok Timur.
Pada masa pemerintahan Prabu Rangkesari, Selaparang mengalami masa keemasan dgn menjadi sentra kerajaan Islam di Lombok & memegang hegemoni seluruh wilayah Lombok.
Pada tahun 1672, Kerajaan Karang Asem menaklukkan Selaparang dgn derma Arya Banjar Getas, & kesudahannya Karang Asem sukses menguasai Lombok.
Bukti peninggalan Kerajaan Lombok diantaranya yakni masjid Pusaka Selaparang & Makam Raja Selaparang.
Kerajaan Banjar (1520-1860 M)
Kerajaan Banjar atau pula diketahui dgn sebutan Kesultanan Banjar merupakan kerajaan Islam di Kalimantan. Kerajaan ini diresmikan oleh Raden Samudera alias Sultan Suriansyah pada tahun 1520.
Selama Banjar berdiri, kesultanan ini mengalami pemindahan ibu kota beberapa kali, hingga terakhir di Kayu Tangi (kini Martapura), Kalimantan Selatan.
Sultan Mustain Billah merupakan sultan yg berhasil membawa Banjar menjadi bandar perdagangan besar dgn komoditas terutama berupa lada hitam, madu, roten, emas, intan, damar, & kulit binatang.
Selain itu, Banjar pula mengalami perluasan wilayah hingga ke Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir, Kayan Hulu, Kuta, Pasir, Pulau Laut, Asam Asam, Kintap, & Swarangan.
Pada tahun 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan & digantikan pemerintahan regent yg berkedudukan masing-masing di Martapura (Pangeran Jaya Pemenang) & di Amuntai (Raden Adipati Danu Raja). Adat istiadat sembah menyembah tetap berlaku hingga meninggalnya Pangeran Suria Winata.
Kerajaan Banten (1552-1813 M)
Kerajaan Banten adalah kerajaan Islam yg berada di Pulau Jawa, tepatnya di Tanah Sunda, Provinsi Banten. Dengan lokasinya yg strategis, sehingga Demak diuntungkan & menjadi penguasa jalur pelayaran & jual beli.
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati merupakan pendiri Kerajaan Banten. Meskipun sebagai pendiri, ia tak pernah menjabat selaku raja. Justru raja pertama Banten ialah Sultan Maulana Hasanuddin yg merupakan anak dr Sunan Gunung Jati. Sultan Hasanuddin memimpin kekuasaan semenjak 1552-1570 M.
Masa kejayaan Banten berlangsung selama pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M). Ia sukses menguatkan politik & angkatan perang guna melawan pendudukan VOC di Indonesia.
Selain itu, kehidupan sosial masyarakat Banten sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam & toleransi. Sebab, pada dikala itu banyak orang China, India, Arab, Melayu & Jawa hidup berdampingan di Banten.
Kerajaan Banten mengalami kemunduran alasannya adalah adanya mencerai-beraikan VOC. Dimana Sultan Haji, yg merupakan anak dr Sultan Ageng Tirtayasa berusaha merebut kekuasaan dr tangan ayahnya sendiri. Hingga pada 1809 Gubernur Jenderal Daendels meniadakan Kesultanan Banten.
Kesultanan Banten menyisihkan bukti sejarah berupa masjid Agung Banten, masjid Kasunyatan, Benteng Keraton Surosowan, Masjid Pacinan, & Benteng Speelwijk.
Kerajaan Pajang (1526-1813 M)
Kerajaan Pajang merupakan Kerajaan yg diresmikan oleh Sultan Hadiwijaya atau umumnya dikenal dgn Jaka Tingkir pada tahun 1568 M.
Sebelumnya kekuasaan Demak direbut dr kekuasaan Arya Penangsang, sehingga benda & pula pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Setelah kejadian tersebut, Jaka Tingkir menerima gelar Sultan Hadiwijaya yg pula merupakan raja pertama dr Kerajaan Pajang.
Pada tahun 1554 Jaka Tingkir melaksanakan ekspansi ke Timur hingga Madiun, tepat di sebelah aliran sungai Bengawan Solo. Pada tahun 1577 Jaka Tingkir berhasil menduduki Blora & pula Kediri. Pada pemerintahan Sultan pertama, Pajang telah mengalami puncak kejayaannya.
Sultan Hadiwijaya meninggal sehabis melaksanakan pertempuran perang dgn Mataram pada 1582. Setelah sepeninggal Sultan Hadiwijaya, kemunduran Pajang terjadi.
Pajang yg kala itu dipimpin Pangeran Benawa, tetapi tak berjalan usang. Sebab ia lebih memilih membuatkan Islam. Kekuasaan Pajang rampung & menjadi negeri bawahan Mataram.
Peninggalan & situs sejarah dr Kerajaan Pajang berupa Masjid & Pasar Laweyan, Makam Sultan Hadiwijaya, serta ada kompleks makam pejabat Pajang.
Kerajaan Deli (1632-kini M)
Kerajaan Deli merupakan kerajaan Islam yg berdiri di Tanah Deli, Sumatera Utara. Kerajaan ini didirikan oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan pada 1632 M.
Mulanya, Deli merupakan penggalan dr Kerajaan Aceh. Pada kurun ke-19, Kesultanan Deli menjadi kerajaan independen. Sejak masa itu, Deli makin berkembang pesat & sejahtera. Kekayaan Deli berbentukperkebunan tembakau.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Deli meliputi Kota Medan, Langkat, Suka Piring, Buluh Cina, & beberapa negeri kecil di sekitar pesisir timur Pulau Sumatera.
Dan dimengerti bahwa kesultanan Deli masih berdiri hingga kini, walaupun tak memiliki kekuatan politik semenjak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Beberapa situs kerajaan Deli ialah Istana Maimun, Masjid Raya Al-Mashun Medan, Masjid Raya Al-Osmani, & taman Sri Deli.
Kerajaan Siak (1723-1945 M)
Kerajaan Siak atau Kesultanan Siak Sri Indrapura merupakan kerajaan Islam yg didirikan oleh Raja Kecil yg bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah pada tahun 1723.
Kerajaan ini berada di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, & sentra pemerintahannya di Buantan.
Pada masa pemerintahan Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syarifuddin (1889-1908), Siak mengalami masa kejayaannya di bidang perekonomian. Ia pula membangun Istana Siak sebagai tanda puncak kejayaan.
Akan tetapi masa kejayaan Siak tak berjalan lama, kerajaan ini mengalami kemunduran pada periode ke-20 sebab adanya pemerintahan Kolonial Belanda.
Setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, akhirnya Sultan Kasim II atas nama Kerajaan Siak menyatakan diri bergabung dgn Republik Indonesia.
Sebagai bukti sejarah bahwa Siak pernah ada, terdapat beberapa situs peninggalan berupa Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Siak, patung Sultan Syarif Hasyim, Masjid Raya Syahabuddin, Mahkota Kerajaan, & Meriam Buntung.
Penutup
Telah kita pelajari bareng betapa banyaknya kerajaan Islam di Nusantara. Begitu fantastis bukan? Indonesia dahulu begitu handal, meski banyak berguguran tetapi Kerajaan Islam di Indonesia tetap mampu bangkit kembali & membentuk kerajaan baru, begitu terus hingga Kemerdekaan Indonesia.
Semangat juang & kegigihan para leluhur kita terdahulu ini sungguh pantas kita tiru. Dan tentunya jangan mudah puas dlm belajar, alasannya adalah masih banyak hal yg harus kita pelajari. Kira-kira pembahasan menawan apa ya yg belum kita diskusikan? Yuk tulis di kolom komentar…
Kerajaan Islam di Indonesia
Sumber Refrensi:
@https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/03/133034079/daftar-nama-kerajaan-islam-di-indonesia
@https://news.detik.com/isu/d-4728897/15-kerajaan-islam-di-indonesia-dan-peninggalannya
@https://www.gramedia.com/literasi/kerajaan-islam-di-indonesia-nusantara/#Kerajaan_Islam_Pertama_di_Indonesia