Pakaian Adat Yogyakarta – Masyarakat Jawa, khususnya penduduk Yogyakarta diketahui sebagai penduduk dgn abjad lemah lembut. Hal ini mampu diamati dr tindak tanduk serta busana akhlak Yogyakarta yg mereka kenakan.
Pakaian budpekerti Yogyakarta memanglah salah satu produk budaya suku Jawa yg kental akan identitasnya, huruf lemah lembut contohnya. Tidak cuma itu, pakaian tradisional Yogyakarta pula sangat beraneka ragam & setiap jenis busana mempunyai karakteristik & keunikannya tersendiri.
Kira-kira apa saja ya ragam jenis pakaian budpekerti Yogyakarta? Dan bagaimana keunikan dr tiap-tiap busana etika tersebut? Yuk kita simak artikel di bawah ini sampai tuntas.
Daftar Isi Artikel
Pakaian Adat Yogyakarta
Pakaian akhlak Yogyakarta merupakan busana tradisional yg berasal & biasa dikenakan oleh masyarakat Yogyakarta. Pakaian tradisional ini hadir sebagai busana di berbagai situasi & keadaan budbahasa istiadat Yogyakarta.
Jika di daerah lainnya, pakaian adat merupakan simbol status sosial. Di Yogyakarta, pakaian budpekerti tak hanya itu, melainkan sebagai simbol tradisi suatu adat istiadat & pula identitas dr suku Jawa yg dominan menghuni Daerah spesial Yogyakarta.
Bahkan pakaian tradisional Yogyakarta sungguh dikhususkan pada acara-acara tertentu selaku bentuk penghormatan nilai luhur di setiap saat-saat kegiatan sakral yg menjadi kepercayaan penduduk Yogyakarta.
Tidak jarang busana adat Yogyakarta pula kerap digunakan sebagai pakaian yg dikenakan mereka yg berada di destinasi wisata seperti keraton, pagelaran budaya, hingga destinasi candi-candi bersejarah.
Nama Pakaian Adat Yogyakarta
Pakaian budbahasa Yogyakarta sangat beraneka ragamnya. Jika diklasifikasikan berdasarkan manfaatnya, pakaian tradisional adab Yogyakarta dapat dibedakan menjadi 3 jenis.
Yakni busana budpekerti tradisional sehari-hari, busana upacara adab, & busana upacara adab pernikahan. Lalu apa saja sih ragam jenis pakaian budpekerti Yogyakarta? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
No | Macam Macam Pakaian Adat Yogyakarta |
1 | Pakaian Adat Tradisional Sehari-hari Yogyakarta |
2 | Pakaian Adat Surjan Yogyakarta |
3 | Pakaian Adat Kebaya Yogyakarta |
4 | Pakaian Upacara Adat Yogyakarta |
5 | Pakaian Adat Sabukwala |
6 | Pakaian Adat Pinjung |
7 | Pakaian Adat Semekan |
8 | Pakaian Adat Tirakatan |
9 | Pakaian Adat Peranakan |
10 | Pakaian Adat Basahan |
11 | Pakaian Adat Pengantin Yogyakarta |
12 | Pakaian Adat Kasatrian |
13 | Pakaian Adat Kasatrian Ageng |
14 | Pakaian Adat Yogya Putri |
15 | Pakaian Adat Paes Ageng Jangan Menir |
16 | Pakaian Adat Paes Ageng Kebesaran |
1. Pakaian Adat Tradisional Sehari-hari Yogyakarta
Dalam kegiatan sehari-hari, penduduk Yogyakarta pula biasa mengenakan busana etika tradisional. Pakaian tradisional yg kerap dikenakan adalah kebaya, surjan. Untuk mengenali bagaimana pakaian akhlak tersebut, mari kita simak klarifikasi lengkapnya berikut ini:
Pakaian Adat Surjan Yogyakarta
Surjan merupakan salah satu pakaian adab Yogyakarta. Pakaian ini tergolong pakaian yg biasa dikenakan penduduk Jawa sebagai busana yg dikenakan sehari-hari.
Pakaian tradisional ini sudah lama dikaitkan dgn busana khas masyarakat Jawa Tengah. Namun, tatkala ditelusuri lebih dalam, ternyata surjan sendiri berasal dr Yogyakarta.
Pakaian Surjan lebih banyak digunakan oleh pria, tetapi sebenarnya pakaian khas ini pula mampu dipakai oleh wanita dlm bentuk kebaya. Menurut motif Surjan, busana tradisional Surjan mampu dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya yakni surjan lurik, surjan jaguar, & surjan ontokusumo.
Surjan yg paling terkenal ialah surjan lurik, karena pakaian ini dikenalkan oleh Sunan Kalijaga yg menggambarkan abjad kesederhanaan penduduk Jawa. Untuk memperindah penampilan, umumnya Surjan digunakan dgn bawahan kain jarik & penutup kepala berupa blangkon.
Pakaian Adat Kebaya Yogyakarta
Kebaya Yogyakarta ialah salah satu pakaian akhlak Yogyakarta. Pakaian ini merupakan busana yg dipakai oleh para perempuan Yogyakarta untuk aktivitas sehari-hari. Pakaian tradisional Yogyakarta ini biasa dikenakan identik dgn wanita menata rambut memakai konde.
Meskipun ada banyak model kebaya, namun kebaya Yogyakarta mempunyai keunikan & ciri khasnya, yakni Kebaya Yogyakarta berupa busana blus tipis yg digunakan sesudah dikenakannya kemben.
Kebaya sendiri mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta, yakni pakaian akhlak Yogyakarta merupakan busana selaku simbol cerminan perilaku para wanita yg lemah lembut.
2. Pakaian Upacara Adat Yogyakarta
Di samping busana budpekerti Yogyakarta untuk aktivitas sehari-hari, Yogyakarta pula punya pakaian etika yg dikhususkan untuk dipakai pada ketika upacara etika. Terdapat aneka macam macam dr pakaian untuk upacara adab Yogyakarta & beberapa diantaranya ialah selaku berikut.
Pakaian Adat Sabukwala
Dalam budaya penduduk Yogyakarta, terdapat upacara akhlak tetesan yaitu upacara sunat untuk anak perempuan. Dalam upacara adat ini, anak perempuan akan mengenakan pakaian akhlak Yogyakarta yg diketahui dgn istilah sabukwala.
Komponen dr pakaian tradisional sabukwala ini terdiri dr beberapa potongan, yakni kain cindhe, lonthong atau sabuk, ikat pinggang yg disebut kamus bludiran, & slepe.
Selanjutnya, dlm pemakaiannya dilengkapi pula dgn ditambahkan pelengkap di antaranya subang, gelang kana, & kalung susun. Hal ini dikerjakan agar kian menghiasanak perempuan tersebut.
Pakaian Adat Pinjung
Di Daerah spesial Yogyakarta, terdapat upacara adat tarapan yg merupakan upacara adat didedikasikan bagi remaja putri yg gres mengalami haid pertama mereka. Dalam menggelar upacara budpekerti tersebut, biasanya sang remaja putri mengenakan busana budbahasa Yogyakarta.
Nama pakaian tradisional akhlak Yogyakarta yg dikenakan dlm upacara ini disebut dgn pinjung. Pakaian budbahasa pinjung ini nyaris sama dgn sabukwala. Komponen pakaian budpekerti Pinjung terdiri dr kain cinde, lhontong atau sabuk, ikat pinggang atau kamus bludiran, slepe, serta selendang tritik.
Kemudian, dr sisi aksesorisnya, para remaja putri Yogyakarta ini akan memakai perhiasan berupa kalung, gelang kana, & giwang (anting-anting). Tak cuma digunakan pada saat upacara tarapan saja, melainkan pakaian tradisional Pinjung pula dikenakan pada upacara adat ageng & upacara adat alit.
Pakaian Adat Semekan
Pakaian etika Yogyakarta selanjutnya yaitu Semekan. Pakaian tradisional Semekan merupakan nama busana etika Yogyakarta yg berupa kain khusus dgn ukuran sebesar 250 cm x 60 cm.
Kain panjang ini biasanya dikenakan oleh para abdi dalem keparak. Cara penggunaan kain Semekan adalah dgn cara dililitkan ke badan sempurna di bawah ketiak hingga ke atas pinggul. Melilitkan kain khas Yogyakarta ini pula ditentukan arahnya, yakni dr arah kiri ke kanan.
Sebelum mengenakan semekan ini, lazimnya dikenakan pula ubet-ubet yg merupakan salah satu komponen dlm semekan. Ubed-ubed ini dilipat ke arah dlm supaya tak tampakdr luar.
Lantas, untuk memperkuat kain tradisional semekan, di kenakanlah udet atau tali yg digunakan melingkar di bawah dada. Tali in berfungsi sebagai sabuk semoga semekan lebih berpengaruh & mampu memperindah penampilan.
Beberapa perempuan Yogyakarta pula mengenakan kalung tradisional untuk menutupi atau menyamarkan kepingan dada mereka yg tak tertutupi kain semekan, atau sekedar aksesoris tambahan untuk memperindah penampilan.
Pakaian Adat Tirakatan
Sesuai dgn nama pakaian tradisional tersebut, pakaian budpekerti Tirakatan yakni baju yg dikenakan dlm upacara tirakatan atau upacara tuguran oleh para pria Yogyakarta.
Beberapa komponen dr pakaian akhlak Yogyakarta ini terdiri dr sikepan, kendhit & kain batik dgn motif bendo barong selaku jarik bawahannya.
Kemudian disertakan kamus timang selaku ikat pinggang, serta dikenakan senjata tradisional keris branggah selaku aksesoris khas Yogyakarta, & tak lupa dikenakan kuluk polos sebagai epilog kepala.
Pakaian Adat Peranakan
Nama busana budpekerti Yogyakarta pranakan merupakan busana yg difungsikan sebagai busana yg dikenakan oleh para abdi dalem keraton pria. Dengan kata lain bahwa busana ini termasuk busana kedinasan para abdi dalem dlm melakukan peran di keraton maupun di luar keraton Yogyakarta.
Komponen pakaian akhlak pranakan terdiri dr baju atasan berupa kain lurik dgn warna hitam atau biru bau tanah dgn motif garis telupat. Kemudian, untuk penggalan bawahannya, busana tradisional pranakan memakai kain jarik, bebed, sinjang, atau nyamping dgn motif batik khas Yogyakarta.
Untuk penutup kepala, para abdi dalem laki-laki diharuskan mengenakan aksesoris blangkon atau dhestar atau udheng sesuai dgn ciri khas budaya Yogyakarta.
Pakaian Adat Basahan
Upacara adat selanjutnya di D. I. Yogyakarta merupakan upacara adat siraman. Upacara ini biasa dilangsungkan untuk melepas status lajang seorang perempuan, sehingga perlu dikerjakan penyucian diri sebelum menempuh jenjang pernikahan.
Pada saat upacara budbahasa ini dilangsungkan, seorang perempuan calon mempelai pengantin akan mengenakan busana akhlak Yogyakarta yg berjulukan baju basahan. Pakaian basahan terdiri dr kain batik khas Yogyakarta yg hanya menutup dada, kemben, & stagen.
3. Pakaian Adat Pengantin Yogyakarta
Setelah membahas mengenai pakaian budpekerti Yogyakarta yg dikenakan pada dikala upacara budpekerti & kegiatan sehari-hari, selanjutnya kita akan membicarakan wacana busana budbahasa Yogyakarta yg biasa dikenakan pada upacara etika pernikahan.
Untuk mengetahui apa saja nama busana etika Yogyakarta pengantin, simak penjelasannya berikut ini.
Pakaian Adat Kasatrian
Menurut sejarah yg diceritakan, pakaian budbahasa pengantin kasatrian dulu dipakai oleh para putri & putra sultan dlm menghadiri suatu program perjamuan.
Akan tetapi sesudah berkembangnya zaman, busana kasatrian dikenakan pada upacara budpekerti midodareni atau upacara menjelang hari ijab kabul. Serta, dikenakan ketika upacara panggih atau pertemuan kedua mempelai pengantin sebelum dilangsungkannya upacara pernikahan.
Untuk para pria, pakaian kasatrian bagian bawahan yg dikenakan berbentukkain batik dgn motif sidoasih, sidomukti, sidoluhur, parangkusuma, semen rama, udan riris atau truntum.
Kemudian, dilengkapi dgn pemakaian aksesoris ekstra berupa lhontong atau sabuk, kamus atau ikat pinggang, serta timag kreteb atau pengencang kamus. Tidak lupa dgn senjata tradisional keris serta epilog kepala berupa blangkon khas Yogyakarta.
Sementara cuilan atasnya berbentuksurjan dr sutera dgn motif polos atau bunga kembang watu. Untuk ganjal kakinya, para laki-laki akan memakai selop polos berwarna hitam legam.
Di sisi lain, untuk para wanita, jenis kain yg dikenakan selaku bawahan senada dgn yg dikenakan sang laki-laki. Lalu memakai atasan berbentukkebaya pendek warna biru bau tanah, hijau tua, merah renta, atau hitam yg berbahan sutra. Warna kebaya perempuan pula akan menyesuaikan dgn busana yg dipakai oleh para pria supaya penampilannya makin serasi.
Para wanita menggunakan busana tradisional ini tanpa dilengkapi kuthu baru atau penutup dada. Rasanya tidaklah lengkap penampilan para perempuan tanpa perhiasan, sehingga dihiasilah performa mereka dgn aksesoris perhiasannya yg terdiri dr bros bunga sebanyak 3 buah, kalung, giwang, gelang, & cincin.
Pakaian Adat Kasatrian Ageng
Pakaian akhlak Yogyakarta untuk upacara ijab kabul selanjutnya yakni busana adat Kasatrian Ageng. Sebelum dipakai selaku pakaian budpekerti pengantin, busana tradisional kasatrian ageng pula digunakan dlm upacara budbahasa malam selikuran.
Busana yg dikenakan sang laki-laki pengantin mencakup kain batik prada dgn berbagai motif khas, mirip sidoluhur & sidoasih. Kain batik ini merupakan cuilan jarik bawahan sang mempelai laki-laki.
Kemudian untuk cuilan atasan, sang mempelai laki-laki mengenakan surjan sutra motif daun atau bunga, sabuk, ikat pinggang, timang kreteb, keris, & kuluk kanigara hitam. Serta untuk aksesoris untuk memperindah performa pengantin, dipakailah beberapa aksesoris berupa bros, karset, rantai, oncen, & senjata tradisional kolang keris.
Sedangkan untuk para pengantin perempuan biasa mengenakan bawahan berupa kain batik prada dgn motif yg senada dgn motif kain yg dikenakan pengantin laki-laki.
Lalu untuk belahan atasan, pengantin wanita mengenakan kebaya panjang dgn materi sutra, baju tersebut tanpa kuthu baru, & dihiasi dgn bros sebanyak 3 buah selaku epilog kancing & memperindah pakaian tradisional tersebut.
Untuk kian mempercantik sang mempelai wanita, tak lupa dikenakan beberapa perhiasan yaitu giwang, kalung, cincin, & gelang. Di potongan kepala wanita, lazimnya disertakan aksesoris kembang goyang & mahkota khas Yogyakarta.
Pakaian Adat Yogya Putri
Pakaian adat Yogyakarta untuk upacara akhlak pernikahan selanjutnya ialah pakaian adab Yogya Putri. Dahulu, pakaian pengantin Yogya putri ini dikenal selaku busana agustusan alasannya adalah digunakan oleh para putra & putri Sultan untuk menghadap Gubernur di bulan Agustus. Lambat laun seiring berkembangnya zaman, penggunaan pakaian tradisional ini berubah menjadi busana tradisional untuk upacara budpekerti akad nikah.
Untuk mempelai pria pakaian budpekerti Yogyakarta ini terdiri dr pecahan bawahan yg berbentukkain batik prada dgn berbagai varian motif di antaranya sidoluhur, sidomukti, sidoasih, & lainnya.
Kemudian, para mempelai pria menggunakan sabuk, ikat pinggang bordir, bara, timang kreteb, kuluk kanigara, serta senjata tradisional keris Yogyakarta. Tidak lupa pula embel-embel pelengkap yg mencakup bros, korset, rantai jam, serta cincin.
Bagi para mempelai pengantin perempuan, komponen pakaian yg dipakai terdiri dr kain batik prada dgn motif yg senada dgn motif yg digunakan sang pengantin laki-laki. Serta untuk atasan, dikenakannya kebaya blenggen atau kebaya yg disulam dgn emas.
Aksesoris pengantin wanita mengenakan kalung, cincin, & gelang. Ditambahkan pula dekorasi kepala berupa mahkota & kembang goyang khas Yogyakarta. Tidak pula riasan wajah yg membuat performa sang mempelai kian anggun & menarik.
Pakaian Adat Paes Ageng Jangan Menir
Salah satu nama busana budbahasa Yogyakarta yg biasa dikenakan dlm upacara akhlak pernikahan yaitu paes ageng jangan menir. Dahulunya, busana adat ini dikenakan dlm acara boyong, suatu upacara adat Yogyakarta perjalanan dr kraton menuju ke kediaman mempelai laki-laki. Akan tetapi, remaja ini pakaian budpekerti tersebut digunakan dlm upacara budbahasa panggih.
Pakaian akhlak Paes Ageng Jangan Menir tersebut begitu khas dgn pengantin laki-laki yg mengenakan kain chinde kembaran, baju blenggen, ikat pinggang, kamus bludiran, timang kreteb, kuluk kanigara, serta senjata tradisional keris branggah.
Lalu, pengantin laki-laki dihiasi dgn aksesoris berbentukbros 3 buah, oncen, karset, kelat bahu motif ular naga, gelang kana, cincin, & kalung susun tiga khas Yogyakarta.
Sementara untuk pengantin perempuan, pakaian yg biasa dikenakan yaitu kain chinde untuk kemben, kain biasa dgn warna senada dgn kemben, baju blenggen beludru panjang, baju blenggen tanpa kuthu gres, udhet, buntal, & slepe.
Perhiasan atau aksesoris tambahannya terdiri dr sengkang royok, kalung susun tiga, gelang kana, kelat pundak motif ular naga, serta cincin. Semua perhiasan itu digunakan serempak supaya penampilan sang mempelai semakin manis & menjadi pusat perhatian para tamu seruan.
Pakaian Adat Paes Ageng Kebesaran
Sama mirip busana etika Yogyakarta pengantin sebelum-sebelumnya, busana adat paes ageng kebesaran pula mempunyai sejarahnya sendiri.
Pakaian ini dikenakan pada ketika upacara budpekerti panggih di Keraton Yogyakarta, namun remaja ini sudah lebih dikenal sebagai busana yg dikenakan dlm upacara adat panggih oleh penduduk Yogyakarta dengan-cara biasa .
Bagi para pengantin laki-laki, busana paes ageng kebesaran yg dipakai mencakup kain kampuh yaitu sebuah batik motif sidomukti dgn panjang 4 meter yg dililitkan ke tubuh mempelai.
Kemudian dilengkapi dgn celana cindhe, sabuk atau lhontong, ikat pinggang bordir atau kamus bludiran, timang kreteb, buntal, mogo, keris branggah, & kuluk kanigara polos dgn warna biru.
Tidak lupa sang pengantin dilengkapi dgn aksesoris ekstra mirip subang ronyok, karset, kalung susun tiga, gelang kana, kelat pundak, & cincin. Hal ini dikerjakan semoga performa sang mempelai laki-laki semakin gagah & berwibawa.
Sementara untuk pengantin wanitanya menggunakan kain kampuh selaku busananya, & kain cindhe, slepe, serta udhet cindhe. Pengantin perempuan pula dilengkapi dgn pemakaian aksesoris perhiasan di antaranya kalung susun tiga, sengkang ronyok, gelang kana, kelat pundak, & cincin. Dengan demikian, diperlukan penampilan sang mempelai perempuan kian ayu & elegan.
Penutup Pakaian Adat Yogyakarta
Itulah aneka macam macam busana akhlak Yogyakarta yg sukses Wargamasyarakat tulis buat kamu. Begitu beragam & indah bukan?
Dari satu tempat saja sebanyak ini pakaian tradisionalnya, lantas bagaimana dgn busana adab dr kawasan lainnya di seluruh Indonesia?
Temukan jawaban lengkapnya dgn mendatangi halaman lain di wargamasyarakat & jangan lupa bagikan artikel ini ke sahabat-sobat yang lain ya.
Pakaian Adat Yogyakarta
sumber rujukan:
@https://tambahpinter.com/pakaian-adat-yogyakarta/
@https://jogja.bunyi.com/read/2021/02/24/171000/anggun-dan-berwibawa-ini-5-pakaian-budbahasa-yogyakarta-untuk-perempuan-dan-pria
@https://www.orami.com/magazine/busana-adab-yogyakarta/