Racmat Djoko Pradopo & Contoh Karya Puisinya – Mungkin Sobat-sobat pecinta dunia sastra di negeri ini sudah sangat familier dgn tokoh yg satu ini. Ya, nama Rachmat Djoko Pradopo yg dilahirkan pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah & menikah dgn Sri Widati, sarjana sastra Indonesia merupakan hebat sastra di Indonesia yg telah banyak menghasilkan karya ilmiah tentang sastra, pula populer pula selaku penyair karena ia pun sudah menulis banyak puisi.
- Beberapa Gagasan dlm Bidang Kritik Sastra Indonesia Modern (Penerbit Lukman, 1988)
- Bahasa Puisi Penyair Utama Sastra Indonesia Modern (Pusat Bahasa, 1985)
- Prinsip-Prinsip Karya Sastra (Gadjah Mada University Press, 1987)
- Pengkajian Puisi Indonesia (Gadjah Mada University Press, 1987)
- Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik & Penerapannya (Pustaka Pelajar, 1995)
- Kritik Sastra Indonesia Modern (Gama Media, 2002)
- Wajah Indonesia dlm Sastra Indonesia: Puisi 1960—1980 (karya bersama Imron T. Abdullah, Supriyadi, & Sugihastuti) (Pusat Bahasa, 1994)
Untuk puisinya, hasil karyanya itu dikumpulkan dlm kumpulan puisi yg berjudul Matahari Pagi di Tanah Air (1967) & Aubade (1999). Hasil karya puisinya yg lain diangkut dlm kumpulan puisi Tugu (1986) & Tonggak II (1990).
Berikut 10 hasil kreatifitas sastra Rachmat Djoko Pradopo yg bisa Sobat simak.
DEMI WAKTU
ialah pengalaman yg fantastis
mungkin tak mungkin ada
namun demi waktu
sungguhnya insan itu merugi
begitu cepatnya waktu
tapi kita masih di sini
dalam kesia-siaan
dalam kehampaan
tetapi tak bagi orang yg berinfak baik
penganjur kebenaran & tabah *)
rugilah mereka yg berbuat sia-sia
rugilah mereka yg berkubang
dalam ketakacuhan
begitu cepatnya waktu
begitu cepatnya usia
tapi amal kebaikan tak pernah bertambah
padahal di ujung usia
kubur menganga
begitu cepatnya, wah, begitu cepatnya
waktu larut begitu saja
*) Surat Al-Ashr
DOA
doa demi doa telah diucapkan
tetapi akan senantiasa diucapkan beribu kali
bahkan maling pun berdoa
ketika mau mencuri harta
doa demi doa telah diucapkan
dan tak akan pernah berhenti
saya pun berdoa pada-Mu
biar hingga simpulan denyut nadiku
doa demi doa sudah diucapkan
supaya doaku sampai pada-Mu
Amien!
LANGIT SEPI
langit sepi
tiga burung hitam merendah menggoda ombak
orang-orang yg berbondong ke pantai
mungkin mencari saudaranya yg lenyap di seberang angin
parangtritis 1976
BERDOA
Kita hanya bisa berdoa
padahal doa hanyalah doa
apakah Tuhan menggubrisnya
sebab kita tak lain Cuma
titik-titik semut di tengah semesta
kita Cuma bisa berdoa
padahal, doa cuma doa
tak bisa mengangkat kita
dari kesengsaraan yg menimpa
tetapi, kita cuma bisa berdoa
meski doa tak bisa
mengentas kita dari
segala kemalangan & tragedi
HANYA DIA YANG MAHA
yang penting ialah Tuhan
yang utama yaitu Allah
lainnya boleh tak digubris
bahkan, agama tak perlu
asal senantiasa ingat pada Tuhan
selalu beriman pada Allah
maka, yg lain boleh ditinggalkan
agama & peribadatan
cuma untuk umum
orang biasa
supaya tetap jadi orang baik
atau untuk menjadi orang baik
maka, bagi mereka yg sudah terlanjur baik
yang penting selalu ingat pada Tuhan
senantiasa taqwa pada Allah
entah bagaimana caranya
yang penting ingat & berbakti pada Allah
yang sudah mencipta semesta
tergolong manusia di dunia
Tuhan cukup sekali bersabda,
“Kun!” fa yakun!
“Jadi” maka jadilah
semua yg diharapkan-Nya
yang penting yaitu Tuhan
yang utama adalah Allah
lainnya boleh ditinggalkan
yang lain boleh tak diingat!
MESKI
meski Tuhan mahatahu
tahukah ia gue berada di sini
artinya, apakah ia mengubris
diriku dengan-cara khusus automatis
sebab gue Cuma setitik semut
di tengah semesta maha luas tanpa batas
yang dicipta cuma dgn bersabda,
“Kun!” fa yakun! “Kaprikornus” maka jadilah
semesta seisinya beserta hukum biologis
dan aturan alam yg mekanis
yang tepat tanpa cacatnya
tergolong manusia bertriliun,
aku salah satunya, yg hanya
titik semut di tengah semesta mahaluasnya
setelah itu, ia tak peduli lagi
sebab semua sudah kodratnya
terlebih mau menggubris keadaanku
ah, bagaimana mungkin
aku cuma sebutir semut
di antara bermiliaran, triliunan
insan semut semesta
tapi, gue pun tak peduli
digubris atau tak
saya cuma menjalani nasib
yang diputuskan-Nya bersama semesta!
kini ia di mana
sedang apa atau mengapa…
entah, gue tak tahu…
karena gue cuma
setitik bubuk kentut-Nya
tak bermakna
tak punya tugas apa-apa
titik semut di tengah semesta
DI PEGUNUNGAN
di sini, angin hijau
mendinginkan kegerahan
menghapus abu-debu kota
inilah napas segar, dgn butir-butir oksigen bening
yang mestinya dilestarikan
sempai ke tepi-tepi waktu
di antara geretak bintang
komputer & derum pembangunan
yang gempita menjagakan hari
waduh, jambonnya langit muda
menjinakkan matahari yg bernafsu
mengendurkan urat-urat yg capek
membasuh jiwa yg pedih yg letih
inilah tamasya alam nyaman
yang senantiasa manusia rindukan
dalam pergolakan tak reda-reda
yang melapah tenaga melapah usia
inilah ketenteraman sebelum
kembali kegerahan
11-3-1990
AUBADE
matahari mencipta musik pagi hari
sebagai dirigent profesional maestro
memimpin musik alam menyala warna
kuncup-kuncup mawar bareng mekar
kuncup-kuncup aster membuka putiknya
bareng melati & teratai putih
kenanga, cempaka, bahkan randu hutan
koor bareng mengayun suara
mengobarkan langit pagi
burung-burung pipit menjerit-jerit
lebah, kupu, & burung-burung kolibri
menari-nari ngikuti musik pagi
bunga-bunga di lembah bunga-bunga di hutan
menawarkan musik meriah
dalam tarian alam yg megah
di bawah dirigent Sang Matahari
membahanakan langit pagi
16-12-1992
ALAM TELAH MENGUCAP SYAHADAT
alam sudah mengucap syahadat & bersujud
di bumi Tuhan dgn khusuk & lapang dada
sewaktu hujan pertama deras menyiram
sesudah berbulan-bulan kering & kegerahan
hujan yaitu rahmat yg melimpah
bagi umat yg gerah menantikan
hujan ialah doa yg makbul
deras mencurah permata
alam pun mengucap syahadat & bertakbir
Allahu akbar subhanallahu
alam alam pun bersujud alhamdu lillah
bagi segala limpahan rahmat
hujan sudah membasahi kekeringan tenggorokan alam
hujan telah mendudah kesuburan tanah
bagi para petani yg terampil
dan arif membaca sabda yg Maha
bintang waluku sudah di timur
menandai tiba saat berangkat
memunguti rahmat Allah
mengolah tanah yg penuh berkah
27 September 2012
KAMI TERPAKSA MENGKAFANI HARAPAN
Kami terpaksa kini mengkafani impian
alasannya angin pun mogok makan
dan kemudian menjadi mayit
tak ada kilat yg berkelebat
kuburan-kuburan di mana-mana acak-acakan
menunggu penghuni-penghuni baru
yang tak mampu lagi hidup di tengah abu
wahai! cita-cita yg tanpa impian
terlantar terkapar bersama lapar memijar
tersuruk tertelungkup bangkar
Kuburan-kuburan itu adalah kuburan kami
yang terpaksa mengkafani cita-cita
terkubur sebelum meraih umur
yang hidup senantiasa di bawah ancaman sangkur
kelaparan & tindasan kekuasaan
4 April 1998