10 Contoh Puisi Armijn Pane

Armijn Pane & Contoh Puisinya – Siapakah Armijn Pane itu? Barangkali banyak pula Sobat yg sudah mengenal sastrawan yg satu ini. Tapi bagi yg belum mengenal Armijn Pane & acuan puisinya, berikut Admin hidangkan sekelumit biografi & pola puisinya.

Armijn Pane merupakan salah satu seorang sastrawan terkemuka di Indonesia pada zamannya, & ia pula seorang pendiri majalah Poedjangga Baroe. Ia pun telah banyak menunjukkan jasa-jasanya dlm perkembangan dunia kesusastraan Indonesia di tahun 1940-an.

Dilahirkan di Muara Sipongi Tapanuli Selatan pada 18 Agustus 1908. Bakat mengarang dlm diri Armijn diwarisi dr ayahnya Sutan Pengurabaan. Dari delapan bersaudara, cuma dua orang mewarisi bakat ayahnya yakni Sanusi Pane & Armijn Pane. Dalam menciptakan puisi, Armijn Pane pun berlainan dgn sobat-temannya. Ia punya persepsi & gaya tersendiri. Puisinya mengutamakan kesegaran, kedalaman & kebaruan didalam bahasa yg dipergunakannya di dlm puisi.

Minat Armijn Pane tak cuma terbatas pada bidang sastra saja, namun perhatiannya meliputi pula seni musik, tari, lukis, & bidang jurnalistik serta dunia kebahasaan & sejarah. Diluar kegiatannya dibidang sastra, ia pernah berpolemik ihwal musik dgn G.J. Resink & Ali Budiarjo dlm majalah Pujangga Baru tahun 1941. Selain itu, ia pula pernah menulis buku-buku perihal bahasa “Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia” tahun 1950, & wacana sejarah “Jalan Sejarah Dunia” ditahun 1952.

Armijn Pane terakhir timbul dimuka umum pada tanggal 15 Januari 1970, pada kesempatan memperlihatkan ceramah tahunan di ruang Teater Tertutup Taman Ismail Marzuki. Dalam ceramahnya tersebut, ia menuturkan pengalaman bathinnya sebagai pengarang. Ia pula menguraikan perihal sastra keagamaan dlm bahasa Indonesia, & wacana esai-esainya yg dikaitkan terhadap kehidupan sastra waktu itu dlm keadaan pada masa tersebut, & ini merupakan esai-esainya yg populer.

Hasil kreatifitas Armijn Pane dlm kesusastraan antara lain, Belenggu karyanya ini ditulis pada tahun 1940. Jiwa Berjiwa yg diorbitkan sebagai salah satu nomor khusus Pujangga Baru pada tahun 1939, Gamelan Jiwa tahun 1960. Karya-karya yg berupa drama atau sandiwara yaitu Jinak-Jinak Merpati tahun 1953, Lenggang Kencana tahun 1937, Lukisan Masa tahun 1937, & Ratna tahun 1943 yg merupakan karya saduran dr buku Nora, karya Ibsen. Kisah Antara Manusia tahun 1952 yaitu buku kumpulan dongeng pendeknya. Kemudian buku pelajaran, Tujuan Hidup (BPII) Sebuah Buku Tinjauan Tentang Sastra Indonesia Modern yg ditulis dlm bahasa Belanda dgn judul Kort Overzicht Van de Modern Indonesiche Literatuur tahun 1949, Membangun Hari Kedua tahun 1956 yg merupakan karya terjemahan dr roman karya Ilya Ehrenburg. Sajak-sajak Muda Mr. Mohammad Yamin tahun 1954, Jalan Sejarah Dunia tahun 1953, Habis Gelap Terbitlah Terang tahun 1953 yg merupakan terjemahan dr surat-suratnya R.A. Kartini yg dibukukan oleh Mr. Abendanon dlm bukunya Van Duisternis to Licht, & Mencari Sendi-Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia tahun 1950 ini yaitu buku pelajaran mengenai bahasa Indonesia.

Diakhir hayatnya Armijn Pane masih sempat menuliskan karyanya yg berbentuktiga buah roman yg terbagi atas tiga tahun 35-an & yg ketiga perihal tahun 69-an. Armijn Pane pernah menerima penghargaan Anugrah Seni pada tahun 1967 dr pemerintah alasannya karya-karyanya & jasa-jasanya dlm bidang sastra khususnya dlm bidang Sastra Indonesia Modern.



Untuk lebih mengenal contoh karya sastrawan besar ini, silahkah Sobat menyimak 10 Contoh Puisi Armijn Pane dibawah ini.

TERATAI


Kepada Ki Hajar Dewantoro 

Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai, 
Tidak tampakorang yg kemudian.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun berseri Laksmi mengarang;
Biarpun ia diabaikan orang, 
Seroja kembang gemilang mulia. 
Teruslah, O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun kamu-sekalian tak dilihat,
Biarpun kamu-sekalian tak diminat, 
Engkau turut mempertahankan Zaman



SAJAK

Di mana harga karangan sajak,
Bukanlah dlm maksud isinya,
Dalam bentuk, kata nan rancak
Dicari timbang dgn pilihnya.
Tanya pertama ke luar di hati,
Setelah sajak dibaca tamat,
Sehingga mana tersebut sakti,
Mengingat diri di dlm hikmat.
Rasa bujangga waktu menyusun,
Kata yg datang berduyun-duyun
Dari dalam, bukan nan dicari
Harus kembali dlm pembaca,
Sebagai bayang di muka beling,
Harus bergoncang hati nurani

PAGI

Pagi telah tiba, sinar matari
Memancar dr belakang gunung,
Menerangi bumi, yg tadi dirundung
Malam, yg sekarang sudahlah lari.
Alam bersuka ria, gelak tersenyum,
Berseri-seri, dipeluk si raja siang.
Duka nestapa sudah diganti riang,
Sebab Sinar Bahagia datang mencium.
Mari, O Jiwa, yg meratap senantiasa
Dalam rumahmu, turutlah daku.
Apa guna menangisi waktu yg silam?
Mari, bersuka ria, bercengkerema
Dengan alam, dgn sinar bantu-membantu,
Di bawah langit yg seperti nilam.

KESADARAN

Pada kepalaku sudah direka,
Mahkota bunga kekal belaka,
Aku sudah jadi merdeka,
Sudah menerima bahagia kekal.
Aku melayang kelangit bintang,
Dengan mata yg bercaya-caya,
Punah sudah apa melintang,
Apa yg dahulu mengikat saya.
Mari kekasih, jangan ragu
Mencari jalan; gue mendahului,
Adinda kini
Mari, kekasih, turut daku
Terbang kesana, dgn melalui,
Hati sendiri

  9 Contoh Puisi Iwan Simatupang

CANDI MENDUT

Di dlm ruang yg kelam terperinci
Berhala Budha di atas takhta,
Wajahnya tenang & tenung tenang,
Di kiri & kanan Bodhisatwa.
Waktu berhenti di kawasan ini
Tidak berombak, diam semata;
Azas berlawan bersatu diri,
Alam sunyi, kehidupan rata.
Diam hatiku, jangan bercita,
Jangan kau lagi mengandung rasa,
Mengharap senang dunia Maya
Terbang melamun, ayuhai, jiwa,
Menuju kebiruan angkasa,
Kedamaian Petala Nirwana.

CANDRA

Badan yg kuning-muda sebagai kencana,
Berdiri lurus di atas reta bercaya,
Dewa Candra keluar dr istananya
Termenung menuju Barat jauh di sana.
Panji berkibar di ajun, tangan kiri
Memimpin kuda yg bernapaskan nyala;
Begitu ilahi lewat cakrawala,
Menabur-naburkan perak ke bawah sini.
Bisikan malam bertiup seluruh bumi,
Sebagai lagu-merawan buluh perindu,
Gemetar-beralun rasa meninggikan sunyi.
Bumi berimajinasi & ia mengeluh di dalam
Mimpinya, karena ingin bertambah rindu,
Karena rindu dipeluk sang Ratu Malam

TANAH BAHAGIA

Bawa daku ke negara sana, kawasan bah’gia,
Ketanah yg subur, dipanasi kasih cinta.
Dilangiti biru yg suci, keinginan cinta,
Dikelilingi pegunungan hening mulia.
Bawa daku kebenua termenung berangan,
Ke tanah tasik kesucian memerak silau,
Tersilang sungai kekuatan kilau kemilau,
Dibujuk angin membisikkan kenang-ingatan
Ingin jiwa pergi ke sana tak terkata:
Hatiku dibelah sengsara setiap hari,
Keluh kesah tak berhenti sebentar jua.
O tanah bah’gia, bersinar emas permata,
Dalam sedih cita kau-sekalian mematahari,
Pabila gerang tiba waktu bersua?

MELATI

Kau tiba dgn menari, tersenyum simpul,
Seperti dewi, putih-kuning, ramping-halus,
Menunjukkan diri, seperti bunga yg anggun.
Dalam sinar matahari, membuat timbul
Di dlm hati berahi yg suci-permai.
Jiwa melamun, terlena dlm samadi,
O Melati, memandang kau seperti Pamadi,
Kebakaan kurasa, luas, tenang & hening
Engkau tinggal sebagai bunga dlm taman
Kenang-kenangan: dipetik tak ‘kan mampu,
Biar warna & anyir kau-sekalian berikan.
Engkau mirip bintang di balik awan,
Terkadang-kadang sejurus berkilat-kilat
Tapi jauh, ta’kan pernah tercapai tangan



KEMBANG MELATI

  Puisi Alam Pegunungan Indah Menawan

Aku menyusun kembang melati
Di bawah bintang tengah malam,
Buat memperlihatkan betapa dalam
Cinta kasih memasuki hati.
Aku tidur menantikan pagi
Dan mimpi dlm bah’gia
Duduk bersanding dgn Dia
Di atas pelaminan dr pelangi
Aku bangun, namun mentari
Sudah tinggi di cakrawala
Dan pujaan sudah selesai
O Jiwa, yg menunggu hari,
Sudah Hari tiba bernyala,
Engkau berimajinasi , bengong teledor.



WIJAYA KESUMA

Di balik gunung, jauh di sana,
Terletak taman dewata raya,
Tempat berkembang kesuma wijaya,
Bunga yg indah, penawar fana.
Hanya sedikit yg tahu jalan
Dari negeri sampai ke sana.
Lebih sedikit lagi orangnya,
Yang dapat mencapai gerbang taman.
Turut suara seruling Krisyna,
Berbunyi merdu di dlm hutan,
Memanggil kamu-sekalian dgn sih trisna.
Engkau diundang senantiasa
Mengikuti sidang orang pungutan:
Engkau menurut orang biasa.



TAJ MAHAL

Kepada Andjasmara

Dalam Taj Mahal, ratu astana,
Putih & permai: pantun pualam
Termenung diam di tepi Janma
Di atas makam Arjumand Begam
Yang beradu di segi Syah Jahan,
Pengasih, bernyanyi megah mulia
Dalam nalam tiada berpadam,
Menerangkan cinta akan dunia.
Di sana, dlm murung nestapa,
Aku merasa seorang peminta
Di depan gapura kasih cinta
Jiwa menjerit, dicakra duka
Akh, Kekasihku, memanggil tuan.
Hanya Jamna membalas ajakan.