Daftar Isi
Unsur intrinsik & ekstrinsik merupakan unsur penting yg diperlukan dlm untuk menulis atau membangun karya sastra. Biasanya, hal ini sungguh penting diperhatikan oleh para penulis karya sastra atau pengarang karya sastra.
Unsur intrinsik & ekstrinsik menjadi oembangun cerita atau karya sastra sehingga terbentuklah suatu karya yg bisa dinikmati pembaca. Di bawah ini akan dijelaskan dengan-cara mendetail tentang unsur intrinsik & ekstrinsik.
Pengertian Unsur Intrinsik Menurut Ahli
1. Pradopo (2003)
Menurut Pradopo, unsur intrinsik dlm suatu karya sastra merupakan mempunyai ciri yg positif. Ciri-ciri tersebut mencakup jenis sastra (genre), asumsi, perasaan, gaya bahasa, gaya penceritaan, & struktur karya sastra.
2. Sangidu (2004)
Selanjutnya, analisis struktur intrinsik menurut Sangidu disebut selaku pendekatan struktural & strukturalisme. Strukturalisme merupakan suatu disiplin yg memandang karya sastra sebagai suatu struktur yg terdiri atas beberapa struktur yg saling berkaitan satu sama lain, tergolong adanya unsur intrinsik & ekstrinsik dlm membuat karya.
3. Ratna (2014)
Unsur intrinsik berdasarkan Ratna meliputi tema, tokoh, gaya bahasa, alur, & sebagainya.
4. Sehandi (2014)
Adanya teori strukturalisme memberi penekanan analisis yg terbentuk dr unsur intrinsik. Menurutnya, unsur intrinsik mencakup plot, penokohan, latar, tema, amanat, sudut pandang, & gaya bahasa.
5. Nurgiyantoro (2009)
Unsur intrinsik dlm novel atau cerpen merupakan unsur-unsur yg membangun karya sastra. Unsur-unsur tersebut berikutnya memiliki kepaduan & akhirnya membangun inti cerita.
Pengertian Unsur Ekstrinsik Menurut Ahli
1. Rokhmansyah (2014)
Menurut Rokhmansyah, unsur ekstrinsik merupakan unsur yg berasal dr luar kisah. Unsur ekstrinsik karya sastra lazimnya mencakup unsur biografi, unsur psikologis, kondisi lingkungan, & pandangan hidup dr pengarang.
2. Kosasih (2012)
Unsur ekstrinsik menurut Kosasih berisi ihwal latar belakang pengarang, kondisi sosial budaya, & tempat novel dikarang.
3. Nurgiyantoro (2009)
Senada dgn Kosasih, Nurgiyantoro mengungkapkan unsur ekstrinsik meliputi keadaan subjektivitas pengarang, biografi pengarang, keadaan psikologi, & kondisi lingkungan pengarang.
4. Wellek & Warren (1989)
Menurut kritikus sastra Rene Wellek & Austin Warren, unsur ekstrinsik merupakan situasi subjektif pengarang yg mempunyai sikap, keyakinan, & pandangan hidup yg dituangkan ke dlm karya sastra.
Tak hanya itu, Wellek & Warren pula membagi adanya empat aspek ekstrinsik di dlm karya sastra di antaranya:
a. Biografi pengarang
Bahwa sebuah karya dr pengarang tak lepas dr pengarangnya. Karya-karyanya nantinya dapat ditelusuri melalui biografinya.
b. Psikologis atau proses kreatif
Aktivitas psikologis pengarang pada suatu waktu tertentu akan membawanya menciptakan karya, terutama dlm pengembangan inspirasi cerita & penokohannya.
c. Sosiologis
Adanya imbas sosial budaya dlm diri pengarang & sosial budaya yg relevan di penduduk akan menenteng potret atau cermin dlm dongeng. Misalnya profesi, intuisi, problematika penduduk , korelasi manusia satu & lainnya, & sebagainya.
Baca Juga:
- Cara Memulai Menulis Novel
- Tips Menemukan Ide untuk Menulis Buku
- Cara Menulis Cerpen untuk Pemula
- 13 Cara Menjadi Penulis Novel
Perbedaan Unsur Intrinsik & Ekstrinsik
Dari pengertian di atas, tentu ada perbedaan antara unsur intrinsik & ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yg membangun karya sastra. Biasanya unsur ini dengan-cara eksklusif membangun kisah demi cerita sehingga karya sastra terwujud.
Sementara unsur ekstrinsik, merupakan unsur-unsur yg ada di luar karya sastra. Tetapi dengan-cara tak langsung adanya unsur intrinsik & ekstrinsik pula memengaruhi bangunan & struktur sistem karya sastra.
Meski memiliki perbedaan, unsur intrinsik & ekstrinsik yakni unsur penting yg saling berhubungan & tak boleh diabaikan dlm membuat suatu karya sastra. Unsur intrinsik & ekstrinsik merupakan kesatuan yg mampu memproduksi karya sastra atau kisah dgn baik & sempurna.
Ciri-ciri Unsur Intrinsik
1. Tema
Salah satu perbedaan unsur intrinsik & ekstrinsik ialah ciri-cirinya. Pada unsur intrinsik, salah satu cirinya adalah adanya tema. Tema sebagai pembangun karya sastranya.
Menurut Nurgiyantoro (2009), tema merupakan makna yg terkandung dlm suatu kisah. Tema merupakan sebuah makna dongeng yg dengan-cara khusus menunjukan sebagian besar unsurnya dgn cara sederhana.
Karya sastra yg baik merupakan karya sastra yg mempunyai makna & dapat dipahami sebagai pemikiran pokok dlm suatu cerita. Sehingga tema kurang lebih bersinonim dgn ilham asumsi atau tujuan utama dongeng.
Selanjutnya, tema akan membawa karya sastra mempunyai makna yg mampu diambil & dipelajari oleh pembacanya.
2. Latar
Perbedaan ciri-ciri kedua pada unsur intrinsik & ekstrinsik pada unsur intrinsik adalah adanya latar. Dalam membangun unsur intrinsik dlm sebuah cerita yakni latar. Latar mencakup tempat, waktu, maupun kondisi yg menyebabkan peristiwa dlm sebuah cerita.
Latar pula lazimnya menggambarkan suatu kondisi fisik & suatu latar bukan cuma bersifat fisikal untuk bikin cerita menjadi logis.
Meski demikian, latar dlm suatu cerita tetap menggambarkan suasana tertentu yg menggerakkan emosi atau keingintahuan pembaca.
Menurut Panuti Sudjiman, seorang akademisi Sastra Indonesia, dengan-cara sederhana latar dongeng bisa dibilang sebagai informasi, petunjuk, & pengacuan yg berkaitan dgn waktu, ruang, & suasana terjadinya insiden dlm suatu karya sastra, baik novel maupun cerpen.
Latar dibagi menjadi dua yakni latar fisik & spiritual. Meski seolah tak ada perbedaan antara unsur intrinsik & ekstrinsik, tetapi ada perbedaan pada latar yg dibikin oleh penulis.
Latar fisik terdiri dr waktu & daerah. Contoh latar tempat lazimnya diterangkan nama kota, desa, jalan, sungai, & sebagainya. Latar waktu biasanya menyebut tahun, tanggal, pagi, sore, atau malam, & sebagainya.
Latar waktu berafiliasi dgn persoalan kapan peristiwa tersebut terjadi & kaitannya dgn jalan cerita. Latar kawasan lazimnya menggambarkan di mana insiden tersebut terjadi & pertentangan apa yg terjadi di dlm kisah tersebut.
Sementara latar spiritual berwujud tata cara, adab istiadat, kepercayaan, & nilai-nilai yg berlaku di kawasan tersebut. Biasanya latar spiritual disebut dgn latar sosial. Hal ini pasti sangat berhubungan dgn dibentuknya unsur intrinsik & ekstrinsik dlm suatu karya sastra.
3. Alur
Alur atau plot yaitu kerangka dasar suatu langkah-langkah yg berkaitan satu sama lain dlm suatu karya sastra, baik novel maupun cerpen. Alur akan menjadi pengiring jalannya kisah & mampu berbagi khayalan yg disajikan.
Alur pula akan menjadi harmonisasi lika-liku kejutan di dlm kisah & menjadi kekuatan terbesar pada suatu karya sastra. Umumnya, plot novel atau cerpen tak sederhana karena pengarang sengaja menyusunnya berdasarkan kaitan karena-balasan.
Alur merupakan hal penunjang unsur intrinsik & ekstrinsik yg membuat rangkaian cerita yg dibentuk oleh tahapan kejadian dlm menjalin suatu cerita. Alur kemudian pula dibagi menjadi tiga hal, berdasarkan Nurgiyantoro, di antaranya:
a. Alur Maju
Alur maju pula disebut sebagai alur progresif. Alur maju biasanya menghidangkan cerita dengan-cara berurutan mulai dr tahap perkenalan hingga tahap penyelesaiannya. Cerita yg disajikan dgn alur maju lazimnya tak terlalu berat & lebih gampang dipahami. Meski begitu, alur ini tetap akan mengejutkan pembaca.
b. Alur Mundur
Alur mundur merupakan proses susunan kisah yg tak urut atau tak runtut. Alur mundur umumnya disebut alur regresif yg menceritakan kisah mulai dr konflik & dilanjutkan dgn solusi.
Selanjutnya, penulis akan kembali menceritakan latar belakang timbulnya pertentangan yg terjadi dlm karya sastra tersebut. Dalam artian, penulis atau pengarang akan menceritakan masa lalu & menunjukkan klimaks di permulaan.
Hal yg menarik dlm alur mundur ialah adanya rahasia besar yg akan diungkap oleh penulis. Urutannya umumnya tak krognitif, dgn tahapan: selesai, antiklimaks, klimaks, peruwitan, & awal.
c. Alur Campuran
Alur adonan yaitu gabungan antara kedua alur sebelumnya yakni alur maju & alur mundur. Alur ini lazimnya diawali dr klimaks cerita kemudian melihat lagi masa lampaunya. Selanjutnya kisah dilanjutkan sampai pada penyelesaian.
Dalam alur ini, penulis lebih banyak menceritakan tokoh utama. Tahapan cerita pada alur gabungan ini mulai dr klimaks, peruwitan, permulaan, antiklimaks, & penyelesaian.
d. Alur Sorot Balik
Berbeda dgn alur mundur, alur sorot balik ini akan menenteng pembaca ke final cerirta lalu kembali ke awal kisah. Penulis atau pengarang bisa memulai dongeng dr titik puncak, kemudian kembali ke permulaan cerita menuju tamat kisah.
Adanya alur akan menguatkan unsur intrinsik & ekstrinsik sebuah dongeng atau karya sastra.
4. Penokohan
Tokoh atau penokohan dlm unsur intrinsik yg membangun suatu karya sastra biasanya ialah individu rekaan semata. Meski begitu, individu atau tokoh yg lazimdigambarkan dlm suatu karya sastra tak cuma sebatas wujud manusia saja, namun pula bisa berwujud binatang, tanaman, atau benda yg mewakili jalannya suatu kisah.
Tentu saja penokohan pula mendukung unsur intrinsik & ekstrinsik di dlm suatu karya sastra atau kisah. Biasanya tokoh atau penokohan dapat berbentukkata ganti yg memperlihatkan pemeran, mirip “saya”, “kamu”, “beliau”, “mereka”, & lain sebagainya. Penggunaan tersebut akan memperjelas sudut pandang penceritaan dlm karya sastra.
Ada dua pembagian tokoh dlm cerita, yakni:
a. Tokoh Utama
Dalam suatu karya sastra, lazimnya ada dua jenis tokoh yg pertama ialah tokoh utama. Tokoh utama merupakan tokoh yg memiliki peranan penting dlm suatu kisah. Tokoh utama umumnya paling kerap diceritakan atau diperlihatkan dlm kisah tersebut.
Beberapa kisah bahkan memperlihatkan tokoh utama dlm semua peristiwa dongeng, mulai dr permulaan hingga simpulan.
b. Tokoh Pendamping
Tokoh pendamping atau pemanis atau istilahnya tokoh pembantu merupakan tokoh yg tak sepenting tokoh utama. Meski demikian, tokoh utama membantu menunjang tokoh utama dlm dongeng tersebut.
5. Perwatakan
Perwatakan dlm unsur intrinsik sebuah karya sastra masih berafiliasi dgn penokohan. Berbeda dgn penunjang unsur intrinsik & ekstrinsik yakni penokohan yg dibagi menjadi dua serpihan tokoh yg berlainan, dlm perwatakan dibagi menjadi tiga perwatakan.
Perwatakan di dlm suatu tokoh berguna untuk menggambarkan sifat atau watak tokoh yg memerankan atau diceritakan dlm karya sastra tersebut. Menurut Wicaksono (2017), tokoh adalah pelaku kisah, sedangkan penokohan ialah sifat yg dilekatkan pada diri tokoh, penggambaran, atau pelukisan mengenai tokoh dongeng.
Sementara itu menurut Nurgiyantoro (1998), tokoh dongeng mampu menempati posisi strategis selaku pembawa & penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yg sengaja ingin disampaikan nilainya pada pembaca.
Perwatakan seorang tokoh dlm dongeng lazimnya dibedakan menjadi beberapa sifat berlawanan di antaranya:
a. Protagonis
Tokoh protagonis merupakan tokoh yg mempunyai sifat positif di dlm suatu dongeng. Tokoh protagonis memperlihatkan sesuatu sesuai pandangan & keinginan pembaca sehingga dapat menguras empati & perhatian pembaca.
b. Antagonis
Kontras dgn tokoh protagonis, tokoh antagonis atau tokoh yg memiliki sifat negatif. Tokoh antagonis biasanya akan mengakibatkan pertentangan dlm dongeng. Penggambaran wataknya yg buruk akan membuat pembaca tak suka tokoh ini sehingga dlm beberapa cerita, penulis atau pengarang cuma memberi porsi cukup & tak berlebihan pada tokoh antagonis ini.
c. Tritagonis
Perwatakan dlm tokoh yg selanjutnya yakni tokoh tritagonis yg merupakan tokoh dgn sifat penengah atau netral. Nantinya, tokoh tritagonis ini akan menjadi pendamai & jembatan yg menuntaskan pertentangan dlm suatu kisah.
d. Figuran
Tokoh figuran memang tak senantiasa ada di dlm cerita. Tetapi perlu diketahui bahwa tokoh figuran merupakan tokoh atau tugas yg meski kurang mempunyai arti tetapi mampu menjadi tugas pembantu. Berbeda dgn tiga tokoh sebelumnya, tokoh figuran digolongkan dlm jenis tokoh menurut tingkat pentingnya suatu peran.
Adanya penokohan merupakan cara pengarang dapat menggambarkan karakter tokoh di dlm dongeng tersebut yg terdiri dr karakter tokoh, watak, & ciri fisik tokoh. Perawatakan pada suatu tokoh ini merupakan unsur yg mesti ada selaku pendukung unsur intrinsik & ekstrinsik.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang biasanya dipakai penulis atau pengarang untuk memberikan pesan dlm dongeng. Penulis atau pengarang akan mengklasifikasikan pencerita atau tokoh yg menyampaikan dongeng melalui sudut pandang orang pertama atau sudut pandang orang ketiga.
Untuk mendukung terpenuhinya unsur intrinsik & ekstrinsik pada karya sastra atau dongeng, ada dua pembagian sudut pandang tersebut dibagi lagi menjadi sudut pandang tergantung selaku pelaku dlm kisah, mirip berikut.
a. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama
Sudut pandang orang pertama lazimnya memakai kata “aku” untuk menggambarkan tokoh. Biasanya, sudut pandang orang pertama mampu timbul sebagai pelaku utama maupun pelaku sampingan.
Sudut pandang orang pertama pelaku utama mengisahkan wacana banyak sekali peristiwa yg dialami seorang tokoh.
b. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan
Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan dlm sebuah cerita lazimnya hadir hanya untuk membawa dongeng pada pembacanya. Kemudian, penulis akan menggambarkan tokoh cerita yg dikisahkan untuk mengisahkan sendiri banyak sekali pengalaman di kisah tersebut. Tokoh yg dibiarkan mengisahkan sendiri ceritanya merupakan tokoh utama.
c. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu
Sudut pandang orang ketiga serba tahu menceritakan semua hal yg dilihat, dialami, dipikir, & dirasakan oleh tokoh-tokoh dlm cerita. Penulis umumnya menceritakan hal apa saja yg menyangkut tokoh & kemudian disebut “dia” pada sudut pandang ini.
d. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat
Berbeda dgn sudut pandang orang ketiga serba tahu, sudut pandang orang ketiga pengamat ini hanya menceritakan hal yg dialami tokoh di dlm kisah saja & terbatas pada seorang tokoh saja.
Sama halnya seperti penokohan, perwatakan merupakan unsur penting yg membangun keterpaduan unsur intrinsik & ekstrinsik dlm karya sastra atau cerpen.
7. Amanat
Dalam sebuah unsur intrinsik, amanat merupakan pesan moral atau pesan yg ingin disampaikan oleh penulis atau pengarang pada pembaca. Amanat umumnya disampaikan dengan-cara implisit atau eksplisit.
Amanat yg disampaikan dengan-cara implisit sifatnya tersirat atau tak eksklusif diceritakan & digambarkan dlm suatu kisah. Pembaca mesti dapat mengambil amanat itu sendiri lewat insiden & tingkah laris tokoh menjelang dongeng atau karya sastra selsai.
Sementara itu, amanat yg bersifat eksplisit biasanya disampaikan dengan-cara pribadi oleh pengarang baik di tengah cerita atau di selesai dongeng. Penulis atau pengarang akan memberikan seruan, nasehat, perayaan, pesan tersirat, ujaran, larangan, & sebagainya dengan-cara pribadi, sehingga pembaca tak perlu menganalisis sendiri amanat ceritanya.
Tak cuma di dlm unsur intrinsik & ekstrinsik, sebuah amanat dlm karya sastra diciptakan untuk menyentuh emosi pembaca & membuat pembaca berada di dlm kisah tersebut.
Ciri-ciri Unsur Ekstrinsik
Karena pentingnya unsur intrinsik & ekstrinsik dlm membuat karya sastra atau dongeng, maka dua hal tersebut tak bisa dilepaskan. Adanya unsur intrinsik & ekstrinsik dlm suatu karya sastra atau cerita memang tak bisa dilepaskan satu sama lain.
Setelah mengetahui wacana berbagai hal mengenai unsur intrinsik & ekstrinsik dlm karya sastra atau dongeng, berikut ini unsur ekstrinsik yg tak boleh diabaikan oleh penulis dikala menciptakan karya.
1. Latar Belakang Penciptaan Karya
Dalam membuat suatu karya sastra baik cerpen atau novel, penulis atau pengarang akan membuat latar belakang yg kemudian akan menjadi suatu unsur ekstrinsik dlm karya. Tujuan dibuatnya latar belakang ialah mengaitkan maksud cerita dgn tujuan dibuatnya karya sastra tersebut.
2. Latar Belakang Pengarang
Untuk mendukung adanya latar belakang penciptaan karya, diperlukan pula adanya latar belakang pengarang. Unsur ekstrinsik yg satu ini biasanya berkaitan dgn kondisi sosial atau kondisi tertentu seorang penulis.
3. Kondisi Masyarakat
Dalam membuat suatu karya, penulis pula umumnya mengaitkan kondisi masyarakat tatkala karya tersebut dibuat. Apakah berhubungan dgn kondisi saat itu atau berseberangan.
4. Unsur Psikologis
Penulis atau pengarang pula mempunyai kondisi psikologis tertentu yg mampu memengaruhi bagaimana latar belakang karya tersebut terbentuk.
5. Nilai-nilai dlm Cerita
Hampir sama dgn amanat, meski tak tersirat di dlm tulisan tetapi nilai-nilai dlm dongeng menjadi unsur ekstrinsik yg dipakai penulis atau pengarang untuk membangun suatu kisah. Unsur ini digunakan mudah-mudahan cerita sampai & mampu diterima pembaca.
Tak jauh berbeda, unsur intrinsik & ekstrinsik memang memiliki amanat & nilai dlm dongeng untuk membangun & berbagi karya sastra atau kisah.
Adanya nilai-nilai dlm kisah ini akan membangun emosi pembaca sehingga pembaca merasa erat dgn karya tersebut. Biasanya penulis pula menyisipkan banyak pelajaran yg ia alami atau ia lihat dlm karyanya.
Tentu saja adanya unsur intrinsik & ekstrinsik yg membentuk karya sastra atau dongeng bukan dibuat semata-mata tanpa alasan. Manfaat unsur intrinsik & ekstrinsik pada tahap inteprestasi.
Unsur intrinsik & ekstrinsik, khususnya unsur intrinsik untuk mengetahui cara penyair membangun karya sastra atau ceritanya melalui unsur kebahasaan. Sementara unsur ekstrinsik berkhasiat untuk membantu memahami latar belakang hingga cara berpikir penulis atau pengarang menyajikan karya.
Artikel Terkait :
21 Jenis Novel Berdasarkan Genre
Cara Riset untuk Menulis Novel